Kluster Rumah Tangga di Bali Mendominasi, Efektifkan Isolasi Terpusat
Wapres Ma’ruf Amin dalam rapat dengan Satgas Penanganan Covid-19 Bali menekankan pentingnya isolasi terpusat diefektifkan. Hal ini penting menyusul dominannya kluster penularan Covid-19 di rumah tangga.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bali mencanangkan kebijakan karantina terpusat untuk menekan laju penularan Covid-19 yang didominasi kluster rumah tangga. Melalui karantina terpusat ini, pasien Covid-19 tidak menjalani karantina secara mandiri di rumah demi menghindarkan potensi penularan ke anggota keluarga yang sehat.
Langkah isolasi terpusat ini dinilai perlu dilakukan secara efektif agar kebijakan tersebut dapat berjalan optimal. ”Isolasi terpadu ini suatu langkah baik, tapi memang perlu lebih diefektifkan,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada rapat koordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 provinsi, kabupaten, dan kota di Bali melalui konferensi video dari kediaman resmi Wapres di Jakarta, Kamis (29/7/2021).
Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit, ketersediaan obat, dan oksigen juga mesti menjadi fokus perhatian.
Hal lain yang mengemuka dalam rapat koordinasi tersebut menyangkut percepatan vaksinasi. Percepatan vaksinasi dinilai perlu agar kekebalan komunal segera tercapai sehingga Bali dapat kembali menarik wisatawan untuk memulihkan industri pariwisatanya.
”Sebagai destinasi pariwisata, saya kira perlu dipastikan agar herd immunity (kekebalan komunal) dapat segera tercapai. Selain melindungi warga Bali, pemenuhan target vaksinasi juga akan membantu meyakinkan para wisatawan bahwa Bali sudah menjadi daerah yang selain indah juga aman,” kata Wapres Amin.
Di samping vaksinasi, lanjut Wapres, pelaksanaan 3T atau testing, tracing, dan treatment (pengetesan, pelacakan, dan tindakan) juga harus terus ditingkatkan untuk mencegah penularan Covid-19 di Bali. Meskipun pengetesan di Bali sudah di atas standar WHO, yakni 1.000 tes dari satu juta penduduk dalam satu minggu, positivity rate masih di angka 38,3 persen atau sangat jauh dari standar WHO yang dipatok di angka 5 persen.
”Perlu dilihat kembali dan disesuaikan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri bahwa bila positivity rate-nya di atas 25 persen, jumlah tes perlu ditingkatkan menjadi 15.000 tes per 1 juta penduduk,” kata Wapres Amin.
Karantina terpusat
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Bali I Wayan Koster melaporkan bahwa kluster rumah tangga mendominasi tingginya penambahan kasus aktif Covid-19. Hal tersebut menjadikan Pemprov Bali memberlakukan kebijakan baru, yaitu dengan menerapkan karantina terpusat, yang telah berlangsung dalam beberapa minggu ini.
Meski demikian, lanjut Wayan Koster, upaya membawa warga di rumah untuk dikarantina di satu tempat yang sudah disiapkan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan kota belum optimal.
”Kami akan gencarkan dalam beberapa hari ke depan, untuk karantina terpusat dipimpin oleh Bapak Pangdam dan Bapak Kapolda supaya warga lebih patuh mengikuti karantina terpusat, (serta) mau pindah dari karantina yang dijalaninya di rumah sendiri,” ujarnya.
Koster menuturkan ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 masih mencukupi. Namun, sebagai antisipasi peningkatan kasus aktif, Gubernur Bali telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk menambah tempat tidur di rumah sakit. Penambahan tempat tidur di Provinsi Bali tersebut diharapkan dapat dipercepat.
Wayan Koster juga melaporkan bahwa suntikan dosis pertama vaksinasi telah melebihi 70 persen dari total penduduk Bali yang berjumlah sekitar 4,3 juta orang. ”(Jumlah penduduk) yang sudah divaksin suntik pertama kami laporkan sudah melebihi 3 juta orang, yaitu 3.046.886 orang,” kata Wayan Koster.
Menurut dia, antusiasme masyarakat Bali untuk mengikuti vaksin sangat tinggi. Vaksinasi dinilai dapat dipercepat dan target dapat dicapai karena vaksinasi dilakukan dengan berbasis banjar dan berbasis komunitas
Berkenaan percepatan vaksinasi, Wayan Koster menuturkan bahwa hal tersebut akan terus dilakukan dengan menyesuaikan ketentuan batas waktu penyuntikan antara dosis pertama dan dosis kedua. Sejauh ini vaksin Covid-19 yang digunakan di Bali adalah vaksin Sinovac yang memiliki jarak penyuntikan empat minggu dan vaksin AstraZeneca yang berjarak penyuntikan delapan minggu. Bali saat ini masih membutuhkan 1,4 juta dosis vaksis.
Terkait hal ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menuturkan bahwa Kemenkes akan memenuhi kekurangan tersebut pada Agustus 2021.
”Untuk vaksin, pada Agustus nanti kita akan mendapat tambahan kira-kira 6,5 juta sampai 8 juta dosis vaksin. Mudah-mudahan kebutuhan untuk masyarakat Bali yang tinggal sedikit lagi dapat terpenuhi sepenuhnya,” kata Dante.
Sehubungan dengan dukungan kebijakan isolasi terpusat, Dante menuturkan, Kemenkes berkomitmen akan memberikan bantuan, terutama oksigen. ”Isolasi terpusat yang nanti membutuhkan prasarana dan sarana, terutama oksigen, akan kami bantu. Misalnya, dengan menggunakan konsentrator oksigen,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Tim Pakar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wiku Adisasmito yang mewakili Kepala BNPB melaporkan bahwa tempat isolasi terpusat di Provinsi Bali sudah disediakan di Wisma Werdhapura dan Wisma Bima I.
”Tempat isolasi terpusat sudah ada, total ada 259 kapasitas tempat tidur untuk isolasinya, dan nanti (apabila) memang diperlukan kita bisa menambah,” katanya.