Selama Juli 2021, 252 Pasien Covid-19 di Sumbar Meninggal
Angka kematian pasien Covid-19 di Sumatera Barat kembali mencatatkan angka tertinggi sejak pandemi dengan 252 orang meninggal selama Juli 2021.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Angka kematian pasien Covid-19 di Sumatera Barat kembali mencatatkan angka tertinggi sejak pandemi dengan 252 orang meninggal selama Juli 2021. Pemerintah daerah disarankan memastikan kesiapan rumah sakit dan mencegah penularan Covid-19 dengan penguatan di sektor hulu.
Berdasarkan kajian epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, kasus kematian pasien Covid-19 selama 28 hari bulan Juli 2021 mencapai 252 orang dari 16.888 kasus positif. Laju kematiannya juga tertinggi, yakni 4,55 orang per 100.000 penduduk.
Angka tersebut melampaui catatan tertinggi pada Mei 2021 dengan angka kematian 200 orang dari 7.327 kasus positif. Adapun laju kematian pada Mei sekitar 3,61 orang per 100.000 penduduk.
”Belum genap 30 hari bulan Juli ini, angka kematian dilaporkan sudah mencapai 252 orang. Kalau ini tidak diantisipasi, belajar dari bulan Agustus 2020 tahun lalu, laju kematian meningkat tajam sampai bulan Oktober 2020. Jangan sampai, untuk tahun ini lebih dari itu,” kata Defriman, Kamis (29/7/2021).
Tahun lalu, angka kematian pasien Covid-19 di Sumbar mulai menanjak pada Agustus dan mencapai angka tertinggi pada Oktober dengan 135 orang meninggal dari 8.257 kasus positif. Laju kematiannya 2,44 orang per 100.000 penduduk.
Menurut Defriman, angka kematian pada 2021 mulai terjadi sejak Maret. Angkanya terus meningkat hingga Juli ini. Selain karena lonjakan kasus, peningkatan angka kematian diduga dipicu pula oleh menurunnya kapasitas respon rumah sakit akibat tingginya angka keterisian tempat tidur.
”Orang yang meninggal ini, pertama, bisa saja karena terlambat mendapat perawatan. Kedua, bisa saja karena respons yang tidak maksimal dari rumah sakit,” ujar Defriman, yang juga menjabat Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Walaupun demikian, Defriman menyarankan agar pemerintah daerah menganalisis data rekam medis dengan tajam. Dengan demikian, risiko dan penyebab kematian pasien bisa diketahui secara komprehensif.
Untuk menekan angka kematian pasien Covid-19, Defriman menyarankan pemerintah daerah memastikan kesiapan rumah sakit dari segi infrastruktur, sarana, tenaga, hingga alat pendukung lainnya. Selain itu, menekan tingkat transmisi virus juga perlu dilakukan dengan pembatasan aktivitas masyarakat dan penerapan protokol kesehatan.
”Kuncinya cuma dua, tingkat transmisi dan kapasitas respons. Ini yang dikendalikan. Tingkat transmisi diturunkan di sektor hulu dengan pembatasan. Kapasitas respons ditingkatkan dengan mempersiapkan rumah sakit dan menyiapkan masyarakat agar bisa beradaptasi dengan menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Pejabat pembuat informasi dan dokumentasi RSUP Dr M Djamil Padang, Gustavianof, mengatakan, angkat kematian pasien Covid-19 di rumah sakit ini juga meningkat signifikan. ”Data bulan Februari dan bulan Mei kami bandingkan, (angka kematian) itu memang meningkat tajam, hampir 300 persen,” kata Gustavianof.
Orang yang meninggal ini, pertama, bisa saja karena terlambat mendapat perawatan. Kedua, bisa saja karena respons yang tidak maksimal dari rumah sakit. (Defriman Djafri)
Menurut Gustavianof, peningkatan angka kematian itu dipengaruhi pula dengan peningkatan pasien Covid-19 yang dirawat. Hingga Rabu (28/7/2021) kemarin, jumlah pasien yang dirawat di RSUP mencapai 238 orang, mulai dari kategori sedang, berat, hingga kritis. Biasanya pasien Covid-19 yang dirawat cuma 50-70 orang.
Gustavianof melanjutkan, peningkatan jumlah pasien Covid-19 di RSUP mulai terjadi sejak periode libur Idul Fitri. Sekarang, tingkat keterisian tempat tidur pasien khusus Covid-19 tinggi. Tingkat keterisian ruang ICU berkisar 90-100 persen, sedangkan ruang perawatan lainnya 90-an persen.
”Semua kalangan harus bekerja sama untuk mengakhiri pandemi Covid-19 ini. Masyarakat secepatnya mengikuti vaksinasi dan mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Kompas di Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Barat, penerapan protokol kesehatan masih lemah. Sebagian besar warga yang dijumpai di jalan tidak mengenakan masker. Begitu pula dengan rumah makan, yang pegawainya tidak mengenakan masker ketika mengambilkan pesanan.
Sementara itu, angka kasus Covid-19 di Sumbar masih tinggi. Data Satgas Penanganan Covid-19 Sumbar menyebutkan, jumlah kasus positif Covid-19 hari Rabu (28/7/2021) kemarin bertambah 863 orang dari 6.443 sampel. Angka kematian Rabu itu mencapai 20 orang. Kasus positif Covid-19 terbanyak disumbang oleh Kota Padang dengan 327 orang.
Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Sumbar menjadi 68.074 orang. Dari total kasus tersebut, 11.450 orang di antaranya merupakan kasus aktif. Sementara itu, jumlah pasien meninggal 1.445 orang dan pasien sembuh 55.179 orang.
Kepala Dinkes Sumbar Arry Yuswandi tidak menjawab panggilan wawancara dari Kompas. Namun, dalam wawancara sebelumnya, Arry mengatakan, provinsi sudah bersurat kepada bupati dan wali kota di Sumbar untuk menambah tempat tidur pelayanan Covid-19.
”Di Padang, beberapa rumah sakit sudah menambah kapasitas tempat tidur Covid-19, seperti RS Universitas Andalas, RS BMC, RSUD dr Rasidin. Rasidin beberapa hari ke depan menambah 40 tempat tidur lagi,” kata Arry, Senin (26/7/2021).
Data Kementerian Kesehatan, hingga 28 Juli 2021, tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Sumbar sekitar 77 persen. Dari 19 kabupaten/kota, enam di antaranya mengalami tingkat keterisian rumah sakit 80 persen atau lebih, yaitu Agam (100 persen), Sawahlunto (88 persen), Padang (86 persen), Sijunjung (86 persen), Kota Solok (83 persen), dan Bukittinggi (80 persen).