Pasien Membeludak, Riau dan Kepri Siapkan RS Darurat
Lonjakan kasus yang tak terkendali memaksa pemerintah di Riau dan Kepulauan Riau menyiapkan RS darurat. Hal itu jadi alarm bagi semua daerah di Sumatera agar segera bersiap mengantisipasi kolapsnya fasilitas kesehatan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Penambahan kasus baru Covid-19 yang semakin tinggi membuat pemerintah bersiap menyiapkan rumah sakit darurat di Riau dan Kepulauan Riau. Dua provinsi di pantai timur Sumatera itu tengah berkejaran dengan waktu menyulap gedung biasa menjadi fasilitas kesehatan untuk menampung pasien Covid-19 yang telah membeludak di RS sejumlah daerah.
Juru bicara Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Riau, Indra Yovi, Kamis (29/7/2021), mengatakan, tingkat keterisian ruang perawatan intensif (ICU) khusus pasien Covid-19 di Kota Pekanbaru telah mencapai 92 persen. Agar fasilitas kesehatan tidak kolaps, pemerintah menyiapkan gedung asrama haji sebagai RS darurat dengan kapasitas 100 tempat tidur.
”Saat ini pembuatan RS darurat itu masih berlangsung. Kami butuh melakukan beberapa perubahan fisik bangunan agar gedung itu layak digunakan sebagai RS untuk merawat pasien Covid-19 bergejala sedang,” kata Indra saat dihubungi dari Batam.
Ia menjelaskan, dalam tiga atau empat hari ke depan, gedung asrama haji di Pekanbaru itu harus diubah sedemikian rupa agar nantinya memudahkan evakuasi pasien Covid-19. Selain itu, tim satgas juga tengah berupaya melengkapi gedung itu dengan instalasi oksigen sentral. Sistem oksigen sentral dinilai lebih efisien daripada menggunakan oksigen tabung.
Tantangan lain yang dihadapi tim satgas adalah menyediakan dokter dan perawat untuk RS darurat di tengah kondisi tenaga kesehatan yang terus berkurang akibat terpapar Covid-19. Dibutuhkan setidaknya 20 dokter dan 20 perawat untuk melayani 100 pasien di RS darurat tersebut.
”Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan itu, nanti kami juga akan meminta bantuan kepada universitas supaya menugaskan mahasiswa tingkat akhir untuk membantu pelayanan di RS darurat itu,” ujar Indra.
Data Satgas Penanggulangan Covid-19 Riau menunjukkan, hingga 28 Juli, total kasus Covid-19 di provinsi itu 91.857 orang atau bertambah 1.275 orang dari satu hari sebelumnya. Dari jumlah itu, 10.116 merupakan kasus aktif yang sebagian tengah dirawat di RS. Adapun jumlah pasien meninggal hingga saat ini tercatat 2.476 orang.
Lonjakan kasus baru Covid-19 mulai terpantau pada awal Juni lalu atau tepat seusai mudik Lebaran 2021. (Indra Yovi)
Menurut Indra, lonjakan kasus baru Covid-19 mulai terpantau pada awal Juni lalu atau tepat seusai mudik Lebaran 2021. "Dilihat dari pola lonjakan kasus ini, tampaknya sudah terjadi penularan virus Covid-19 varian Delta. Namun, untuk memastikan hal itu, kami masih harus menunggu hasil pengujian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta," ucapnya.
Langkah serupa juga ditempuh pemerintah di Kepri yang tengah menyiapkan gedung asrama haji sebagai RS darurat di Batam. Data pada 29 Juli menunjukkan, tingkat keterisian tempat tidur isolasi khusus pasien Covid-19 di Batam masih berada di angka 64,68 persen. Namun, tingkat keterisian khusus pasien Covid-19 sudah mencapai 85,11 persen.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan, gedung asrama haji di kota itu akan digunakan sebagai instalasi gawat darurat (IGD) tambahan dengan kapasitas 35 tempat tidur. Langkah itu diambil setelah tenaga kesehatan di sejumlah RS mengeluh kewalahan melakukan diagnosis awal terhadap pasien baru yang terus-menerus memadati ruang IGD.
Hingga 29 Juli, total kasus positif Covid-19 di Batam 22.834 orang atau bertambah 270 orang dari satu hari sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.640 merupakan kasus aktif yang sebagian tengah dirawat di RS. Adapun jumlah pasien meninggal hingga saat ini tercatat 457 orang.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kepri Rusdani mengatakan, tingginya keterisian tempat tidur Covid-19 di Batam adalah alarm bagi Pemprov Kepri. ”Batam yang punya banyak RS saja ICU Covid-19 penuh semua. Untuk daerah terpencil, tidak ada ICU. SDM juga terbatas, bahkan di beberapa kabupaten tidak ada spesialis paru dan anestesi,” katanya, Rabu (28/7/2021).