Ratusan Dokter di Sumbar Terpapar Covid-19, Tiga Meninggal
Lonjakan kasus dua bulan terakhir menambah beban kerja dokter sehingga mereka berisiko terpapar Covid-19 selama pelayanan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sebanyak 400-an dokter di Sumatera Barat terpapar Covid-19 dan tiga di antaranya meninggal. Lonjakan kasus dua bulan terakhir menambah beban kerja dokter sehingga risiko terpapar Covid-19 selama pelayanan semakin besar.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumbar Pom Harry Satria, Rabu (28/7/2021), mengatakan, total jumlah dokter di provinsi ini sekitar 3.000 orang. Sekitar 70 persen atau 2.100 orang aktif memberi pelayanan di fasilitas kesehatan.
Dari 2.100 dokter itu, sekitar 20 persen atau 420 orang terpapar Covid-19 sejak pandemi. Adapun jumlah dokter yang masih dirawat atau isolasi 80 orang. ”Dari data (420 orang) itu, dokter yang meninggal tiga orang. Mereka memang murni melayani Covid-19 dan meninggal karena terpapar Covid-19 saat memberikan pelayanan,” kata Pom, Rabu siang.
Pom menjelaskan, jumlah dokter yang terpapar semakin banyak sejak ada lonjakan kasus di Sumbar dua bulan terakhir. Salah satu pemicunya diduga kelelahan akibat meningkatnya beban kerja.
Rumah sakit di Sumbar, kata Pom, sudah sampai pada titik jenuh. Tempat tidur bagi pasien Covid-19 sudah penuh. Beberapa rumah sakit juga sudah tidak sanggup melayani perawatan pasien Covid-19.
Di tengah kondisi itu, beban kerja dokter bertambah. Pom menyebutkan, dokter tidak lagi bekerja 8 jam sehari. Rata-rata dokter bekerja untuk pelayanan Covid-19, baik di puskesmas maupun di rumah sakit, sekitar 12 jam sehari.
”Dampaknya, dokter kelelahan. Itu salah satu faktor risiko yang kami temukan sekarang. Bekerja di lingkungan (pelayanan pasien) Covid-19 risiko penularan tentu lebih besar,” ujarnya.
Kekurangan SDM
Menurut Pom, krisis saat lonjakan kasus Covid-19 ini tidak hanya terjadi pada fasilitas (tempat tidur, peralatan, dan oksigen) dan anggaran kesehatan, tetapi juga pada sumber daya manusia (SDM) kesehatan, termasuk dokter. Apalagi, banyak dokter terpapar Covid-19 dan beberapa di antaranya meninggal.
”Fasilitas mungkin bisa ditambah dan anggarannya tersedia, tetapi SDM-nya di mana kita cari? SDM paling sulit untuk pemenuhannya. Ini sekarang yang sedang terjadi di beberapa rumah sakit. Kekurangan tenaga dokter. Perekrutan dokter dibuka, dokternya tidak ada yang mendaftar,” tuturnya.
IDI Sumbar pun mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memprioritaskan pemutusan rantai penularan Covid-19 dalam kebijakan dan regulasinya. Kemudian, pemimpin provinsi dan kabupaten/kota mesti bisa menjadi panutan dalam menjalankan kebijakan dan regulasi itu.
”Panutan ini penting ditampilkan oleh pemimpin provinsi dan kabupaten/kota. Jika ada undangan acara keramaian, pemimpin jangan ikut. Keramaian dibatasi. Kalau tidak ditegakkan aturan, tidak ada panutan. Kita akan berhadapan dengan ketidakmampuan pelayanan rumah sakit,” kata Pom.
Sementara itu, Direktur RSUD dr Rasidin Padang Herlin Sridiani mengatakan, rumah sakit masih kekurangan tenaga perawat seiring dengan bertambahnya kebutuhan ruang perawatan dan adanya perawat yang terpapar Covid-19.
Jumlah perawat di RSUD saat ini 100 orang dan masih kekurangan 40 perawat lagi. ”Kami sudah pernah mencoba merekrut, tapi hanya 25 persen yang mendaftar. Selain perawat, kami juga akan menambah enam dokter umum, radiografer, dan tenaga analisis,” ucap Herlin dalam rilis Dinas Kominfotik Sumbar.
Dalam kondisi kekurangan itu, RSUD menyiasatinya dengan menambah jam kerja para tenaga kesehatan, khususnya yang menangani pasien Covid-19. Jika sebelumnya setiap giliran/sif bekerja 3 sampai 4 jam, sekarang ditambah menjadi 6 jam.
Hingga Selasa (27/7/2021), pasien terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat di RSUD dr Rasidin Padang berjumlah 70 orang. Adapun jumlah tempat tidur yang tersedia sebanyak 94 tempat tidur.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan bakal berkoordinasi dengan bupati dan wali kota terkait kendala di RSUD dr Rasidin Padang. Jika ada daerah yang memiliki kelebihan SDM kesehatan, bisa diberdayakan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan pasien Covid-19 di Padang, yang juga melayani pasien dari daerah lain di Sumbar.
”Akan coba koordinasikan dengan kabupaten/kota yang surplus SDM-nya untuk bisa menyuplai ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang membutuhkan SDM. Mungkin dari Solok Selatan, misalnya, atau dari kabupaten/kota lain. Untuk penanganan Covid-19 ini, memang perlu tenaga yang terampil,” tutur Mahyeldi.