Pasien Meninggal akibat Krisis Oksigen di Papua Barat Bertambah
Jumlah pasien Covid-19 di Papua Barat yang meninggal karena minimnya pasokan oksigen terus bertambah dalam empat hari terakhir. Rumah sakit sangat membutuhkan bantuan alat produksi oksigen.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal karena persediaan oksigen yang terbatas di Papua Barat terus bertambah. Tercatat sebanyak sembilan pasien meninggal akibat masalah tersebut. Respons cepat dari pemerintah pusat diperlukan untuk mengatasi krisis ini.
Dari data yang dihimpun Kompas, sembilan pasien yang meninggal ini terdiri dari 3 pasien di Rumah Sakit Umum Provinsi Papua Barat dan 6 pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari.
Direktur RSUD Manokwari Alwan Rimosan, saat dihubungi dari Jayapura pada Rabu (28/7/2021), mengatakan, pasien Covid-19 meninggal dalam empat hari terakhir dengan gejala berat akibat saturasi oksigen di bawah angka 60 persen. Angka itu jauh di bawah ambang batas saturasi normal, yakni 95 persen.
Ia menyatakan, pihak rumah sakit sudah berupaya maksimal dalam penanganan pasien dengan gejala berat. Namun, produksi oksigen di RSUD Manokwari hanya 10-15 tabung berukuran 2 meter kubik per hari.
Adapun kebutuhan oksigen di RSUD Manokwari sebanyak 30-40 tabung berukuran 6 meter kubik per hari. Sementara kebutuhan oksigen 1 pasien dengan gejala berat bisa mencapai 10-15 tabung per hari.
”Kapasitas produksi oksigen di rumah sakit kami hanya cukup untuk satu pasien gejala berat. Produsen oksigen di Manokwari juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan kami,” ujar Alwan.
Kebutuhan oksigen medis di RSUD Manokwari melonjak karena tingginya jumlah pasien Covid-19. Keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) untuk pasien Covid-19 di RSUD Manokwari sudah mencapai 100 persen dengan jumlah pasien yang dirawat sebanyak 33 orang.
Alwan pun berharap ada bantuan dari Kementerian Kesehatan untuk mengirimkan alat produksi oksigen ke Manokwari. Hal ini agar rumah sakit dapat memenuhi kebutuhan vital tersebut.
Direktur RSUD Provinsi Papua Barat dr Arnold Tiniap mengatakan, tiga pasien yang meninggal di rumah sakitnya karena tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Dia mengungkapkan, total produksi oksigen di Manokwari, ibu kota Papua Barat, hanya 100 tabung per hari. Terdapat enam rumah sakit di Manokwari dan kebutuhan setiap rumah sakit minimal 100 tabung per hari.
”Kami sudah menyampaikan masalah ini kepada pemerintah pusat. Hingga saat ini belum ada respons dari pusat untuk membantu masalah krisis oksigen di Papua Barat,” tutur Arnold yang juga juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Papua Barat.
Sebanyak 20 persen dari total 100-200 kasus positif Covid-19 per hari adalah pasien dengan gejala berat.
Arnold menambahkan, meningkatnya pemakaian oksigen di setiap rumah sakit di Papua Barat dipengaruhi jumlah pasien Covid-19 dengan gejala berat yang melonjak drastis.
”Sebanyak 20 persen dari total 100-200 kasus positif Covid-19 per hari adalah pasien dengan gejala berat. Satu pasien dengan gejala berat bisa menghabiskan 10-15 tabung berukuran 2 meter kubik per hari,” papar Arnold.
Sementara itu, krisis oksigen medis juga terjadi di Wamena, Provinsi Papua. Kepala Bidang Penunjang RSUD Wamena dr Anton Manaor mengatakan, pihaknya saat ini mengalami masalah keterbatasan oksigen untuk penanganan pasien Covid-19.
RSUD Wamena memproduksi oksigen sebanyak 50 tabung berukuran 6 meter kubik per hari. Sementara kebutuhan oksigen saat jumlah pasien Covid-19 dengan gejala berat meningkat dapat mencapai 153 tabung per hari.
Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Wamena hingga Rabu ini mencapai 98 orang. Sementara persentase keterisian tempat perawatan di RSUD Wamena sudah mencapai 98 persen.
”Rencananya RSUD Wamena akan mengajukan bantuan pengadaan 30 alat konsentrator oksigen dan 50 tabung oksigen. Hingga kini belum ada pasien Covid-19 yang meninggal karena minimnya pasokan oksigen,” ujar Anton.