Kebakaran Lahan di Sumsel Sudah Memasuki Kawasan Gambut Dalam
Dalam tiga hari terakhir, kebakaran lahan terjadi di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Kebakaran itu sudah merambah ke lahan gambut dalam dan mendekati permukiman warga.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dalam tiga hari terakhir, kebakaran lahan terjadi di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Kebakaran tersebut sudah merambah ke lahan gambut dalam dan mendekati permukiman warga. Lima helikopter dikerahkan untuk mengantisipasi kebakaran, terutama di kawasan yang sulit dijangkau melalui jalur darat.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, Senin (26/7/2021), mengatakan, dalam tiga hari terakhir, kebakaran terjadi di Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir. Hal ini disebabkan oleh menurunnya intensitas hujan yang berdampak pada keringnya lahan.
Di Kabupaten Ogan Ilir, ujar Ansori, kebakaran terjadi di Desa Ibul Besar, Kecamatan Pemulutan, serta di Desa Palem Raya, Kecamatan Indralaya Utara. Bahkan, di Desa Ibul, kebakaran sudah mendekati sekolah sehingga tim yang terdiri dari Manggala Agni, BPBD, TNI, dan Polri berjibaku untuk memadamkan api. ”Kebakaran sudah menghanguskan sekitar 4 hektar lahan,” ucapnya.
Tidak hanya itu, kebakaran lahan juga terjadi di Pedamaran, Pangkalan Lampam, dan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Bahkan, beberapa titik kebakaran, terutama di Pangkalan Lampam, sudah mendekati Suaka Margasatwa Padang Sugihan. Kawasan tersebut merupakan habitat bagi sekitar 60 gajah sumatera dan merupakan kawasan gambut yang jika telah terbakar akan sulit dipadamkan.
Bahkan, untuk mengantisipasi agar kebakaran tidak meluas, sebanyak lima helikopter bom air berkapasitas sekitar 5 ton air dikerahkan ke tiga kabupaten tersebut untuk memadamkan api dari udara dan melakukan pembasahan lahan. Dari awal beroperasi hingga saat ini, terhitung sudah 592.000 liter air dikucurkan untuk memadamkan api.
Bahkan, untuk memadamkan api, kami harus membentangkan selang dengan panjang hingga 300 meter. (Ferdian Krisnanto)
Berdasarkan prediksi BMKG, jelas Ansori, dalam beberapa hari ke depan, intensitas hujan akan menurun. Hal ini menyebabkan lahan akan kering sehingga risiko kebakaran lahan semakin besar. Karena itu, tambah Ansori, pihaknya sudah meminta tambahan helikopter bom air kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai langkah antisipasi apabila intensitas kebakaran lahan meningkat.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto mengungkapkan, kebakaran tidak hanya terjadi di tiga kabupaten itu, tetapi sudah menyebar di beberapa daerah lain, seperti Muara Enim, Musi Banyuasin, dan Penukal Abab Lematang Ilir. Hanya saja, intensitas kebakaran masih kecil sehingga bisa segera dikendalikan.
Kali ini, petugas berkonsentrasi memadamkan api di kawasan yang rawan, seperti di Kecamatan Pemulutan yang sudah mendekati sebuah sekolah, demikian juga di kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan yang merupakan habitat gajah sumatera.
Hanya, ada beberapa kendala yang dialami petugas pemadam di lapangan, mulai dari kencangnya tiupan angin hingga jauhnya jarak antara sumber air dan titik api. ”Bahkan, untuk memadamkan api, kami harus membentangkan selang dengan panjang hingga 300 meter,” ujarnya.
Dari hasil pemantauan di lapangan, ujar Ferdian, kebakaran yang terjadi kali ini baru merambah permukaan gambut, kemungkinan masih tersedia air di sana. Namun, kewaspadaan perlu ditingkatkan lantaran bulan Agustus-September diprediksi menjadi puncak musim kemarau sehingga lahan akan semakin kering.
Ferdian menambahkan, kawasan yang terbakar akhir-akhir ini memang merupakan kawasan yang menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pada 2015 dan 2019 di kawasan tersebut memang terjadi kebakaran besar. Karena itu, sejak awal tahun 2021, ujar Ferdian, pihaknya bersama satgas penanggulangan karhutla Sumsel telah bersiaga di daerah tersebut untuk melakukan pembasahan dan juga antisipasi dini jika terjadi kebakaran.
Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal Eko Indra Heri mengatakan, guna mengantisipasi kebakaran, pihaknya sudah melakukan persiapan sejak awal, antara lain sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di kawasan rawan terbakar, termasuk mengedarkan maklumat larangan membakar lahan. Dalam maklumat tersebut juga tertera sanksi yang akan diberikan bagi mereka yang masih nekat membakar lahan.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menganalisis kebakaran yang terjadi di Sumsel itu sekadar titik panas yang juga harus diselidiki kebenarannya di lapangan. Kalaupun ada yang membakar secara sengaja, memang disebabkan oleh mereka yang ingin membuka lahan untuk menghadapi musim tanam. ”Namun, semua masih terkendali,” ucapnya.