Dari Rantai Penularan Covid-19 ke Rantai Kebaikan Berbagi
Gerakan-gerakan solidaritas dan aksi sosial bermekaran di tengah pandemi Covid-19. Mereka yang pernah terbantu selama menjadi pasien Covid-19 enggan ketinggalan berkontribusi pascasembuh. Rantai kebaikan terbentuk.
Bukan hanya persoalan kesehatan dan ekonomi yang kerap kali berbenturan, pandemi Covid-19 juga perihal kepekaan kemanusiaan. Empati dan solidaritas berjalan dalam satu napas. Gerakan-gerakan sosial pun bertumbuhan serta mengubah rantai penularan virus SARS-CoV-2 menjadi rantai kebaikan. Hal itu, antara lain, terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah.
Film Pay It Forward (2000), yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya novelis Amerika Serikat, Catherine Ryan Hyde, sarat akan makna. Secara sederhana, konsep atau gerakan pay it forward ialah membalas pertolongan atau kebaikan, tetapi bukan kepada sang penolong, melainkan kepada orang lain yang membutuhkan. Begitu seterusnya hingga terbentuk ranting atau rantai kebaikan.
Tanpa didesain, gerakan serupa banyak terjadi selama pandemi Covid-19, termasuk di Kabupaten Rembang, Jateng. Difasilitasi Covid Rangers, gerakan Rembang peduli pasien Covid-19, benih-benih kebaikan tersemai untuk kepentingan bersama.
Fransisca Dias Ariani (30), warga Kota Bandung, Jawa Barat, amat khawatir saat kedua orangtuanya yang tinggal di Rembang terkonfirmasi positif Covid-19 pada Januari 2021. Pasalnya, ayah dan ibunya yang sudah sepuh hanya tinggal berdua. Ketiga anak mereka tinggal di luar kota, yakni di Pontianak, Jakarta, dan Bandung.
Baca juga : Elan Kesetiakawanan bagi Warga ”Isoman”
Ia lalu direkomendasikan untuk menghubungi Covid Rangers. Dari situ, segala keperluan untuk kedua orangtuanya dibantu oleh sukarelawan Covid Rangers. Apalagi, kedua orangtuanya harus dirawat di RS. Sang ayah dirawat selama sekitar sebulan dan sempat dirawat di ICU, sedangkan ibunya selama 10 hari.
Pendampingan oleh para anggota Covid Rangers dilakukan hingga kedua orangtuanya sembuh dan pulang ke rumah. ”Saya luar biasa terbantu. Mereka (Covid Rangers) berjasa dan selalu menolak kalau saya transfer lebih (dari biaya keperluan). Semua bukti pembelian selalu disertakan. Itu gerakan sukarela dan mereka sama sekali tak mencari untung,” kata Sisca saat dihubungi, Kamis (22/7/2021).
Sisca semakin terenyuh saat ibunya sudah keluar dari RS, lalu menjalani isolasi mandiri di rumah. Ibunya masih dikirimi bingkisan penyemangat oleh Covid Rangers yang berisi, antara lain, beras, mi instan, dan makanan ringan. Kebaikan itu sampai membuat ibunya menangis. Padahal, Sisca dan ibunya merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Dari pengalaman itu, Sisca hingga kini masih berkomunikasi dengan Covid Rangers, juga berdonasi. ”Kalau berdonasi pun, mereka monolak kalau berupa uang, tetapi katanya dengan beli kaus (keuntungannya untuk donasi) saja. Kalau ada informasi kebutuhan plasma konvalesen di Rembang, saya juga mencoba mencarikan dengan menghubungi kenalan di sana,” katanya.
Menurut Sisca, yang juga guru SMA di salah satu sekolah swasta di Bandung, kebaikan yang dilakukan para anggota Covid Rangers perlu diteruskan. Ia menyadari, banyak warga atau pasien Covid-19 yang benar-benar membutuhkan dukungan, termasuk saat menjalani isolasi mandiri (isoman). Kebersamaan dan saling dukung antarwarga ialah hal yang diperlukan saat ini.
Lawan stigma
Miftachussolichin (34), salah seorang anggota Covid Rangers, mengatakan, gerakan itu terinspirasi dari adik ipar beserta istrinya yang dirawat di RS karena Covid-19 pada pertengahan tahun 2020. Keduanya lalu memesan kaus bertuliskan ”Pernah Positif” serta memakainya begitu keluar dari RS. Sebagai penyintas, mereka juga menyatakan siap menjadi donor plasma konvalesen.
”Saya pikir, itu sikap positif. Jadi, tidak malu dan tak takut dijauhi. Mereka juga turut mengimbau agar pasien Covid-19 tidak dikucilkan. Di-posting di media sosial, lalu ternyata banyak penyintas memesan kaus yang sama. Si pembuat kaus juga berjiwa sosial tinggi. Keuntungan penjualan kaus itu untuk gerakan membantu pasien Covid-19,” kata Miftah. Adapun istri Miftah juga sempat terkonfirmasi positif.
Dimulai sejak Desember 2020, Covid Rangers awalnya hanya beranggotakan empat orang. Keempatnya ialah wartawan di Rembang. Seiring waktu, banyak anggota lain bergabung hingga kini terdiri atas 25 orang.
Pada dasarnya, Covid Rangers melakukan empat hal. Pertama, memberi bingkisan penyemangat bagi mereka yang terkena Covid-19. Tidak peduli miskin atau kaya, sasaran dapat memesan kebutuhan apa pun dengan limit Rp 120.000-Rp 130.000. Apabila tidak ada permintaan khusus, sasaran akan dibelikan buah, susu, atau asupan sehat lainnya.
”Kedua, kami menerima jasa titipan secara gratis. Misalnya, ada keperluan pasien di RS, kami belikan dan nanti uangnya ditransfer. Ketiga, mencari atau membantu mencarikan donor plasma bagi pasien Covid-19. Keempat, membantu pemerintah melakukan kampanye terkait Covid-19, seperti lewat pesan-pesan pada kaus,” ucap Miftah.
Sasaran yang diberi bingkisan penyemangat berkisar 5-10 orang per hari. Adapun biaya operasional Covid Rangers sepenuhnya dari donatur. Yang pertama kali berdonasi ialah salah seorang kepala dinas di bawah Pemerintah Kabupaten Rembang yang tergerak setelah melihat gerakan itu di media sosial. Tak pernah membuka atau mencari donasi, dukungan selalu ada.
”Saya bilang ini matematikanya Gusti Allah. Mereka yang sebelumnya dibantu kemudian ikut berdonasi setelah sembuh. Sekitar 75 persen seperti itu. Bahkan, ada yang bergabung menjadi sukarelawan Covid Rangers,” kata Miftah.
Pada Rabu (21/7/2021), di sela-sela Rembug Online Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan kepala desa/lurah se-Rembang, di Pendopo Kabupaten Rembang, Miftah berkesempatan menceritakan gerakan itu. Ia juga memberikan dua kaus Covid Rangers secara gratis kepada Ganjar. Apabila dijual, kaus itu seharga Rp 85.000.
Baca juga : Berkat Kalian, Kami Tak Sendirian
Namun, Ganjar seketika teringat dengan video yang beredar di media sosial, yakni penjual minuman sari tebu yang diberi Rp 500.000 meski ia menjualnya seharga Rp 5.000. ”Aku arep ikut-ikut pengalaman yang di Youtube itu. Kaus ini Rp 85.000, tapi pantasnya dibeli Rp 1 juta. Dua, jadi Rp 2 juta. Biar bisa dipakai untuk nyumbang,” katanya.
Tak lupa, Ganjar juga mengapresiasi gerakan tersebut. Menurut dia, gerakan itu menunjukkan bahwa ada kekuatan masyarakat yang luar biasa untuk saling membantu antarsesama di masa pandemi Covid-19.
Tidak sendiri
Gerakan memberi bantuan makanan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri juga tumbuh di Kabupaten Batang, Jateng. Sejak hari pertama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat atau 3 Juli 2021, sekelompok orang yang tergabung dalam komunitas Kampung Hijrah dan Omah Tani tergerak menyalurkan makanan siap santap kepada ratusan warga setiap harinya.
Awalnya, dua komunitas itu mendirikan dapur umum di sekretariat Kampung Hijrah di Kelurahan Proyonanggan Selatan, Kecamatan Batang. Setiap hari, petani sayur dari Omah Tani dijemput dan diantar oleh anggota Kampung Hijrah dari Bandar yang berjarak sekitar 25 kilometer. Mereka bersama mengolah makanan di dapur umum itu untuk kemudian dibagikan.
Sepekan terakhir, kegiatan di dapur umum mulai berhenti karena juru masak dari Omah Tani kelelahan. Namun, penyaluran tak berhenti. Anggota dari dua komunitas itu sepakat untuk membeli makanan siap santap dari warung-warung yang ada. Dengan cara seperti itu, mereka juga turut membantu para pemilik warung makan yang terdampak PPKM darurat.
Hingga Kamis (22/7/2021) siang, bantuan dari sejumlah donatur masih mengalir. Tak hanya datang dari para pengusaha dan anggota komunitas, bantuan juga datang dari penyintas Covid-19 yang sempat disuplai makanan oleh dapur umum. Sekitar 60 persen penyintas yang disuplai makanan balik membantu selepas mereka sembuh dan isolasi mandiri.
”Itu sebagai wujud syukur karena pernah dibantu dan diperhatikan selama isolasi. Katanya, kalau ada yang memperhatikan itu rasanya mereka tidak berjuang sendirian, jadi lebih semangat melawan Covid-19. Mereka ingin agar orang-orang yang menjalani isolasi mandiri juga bisa bersemangat seperti mereka,” kata Sukoningsih dari Humas Kampung Hijrah.
”Super Isoman”
Di Kabupaten Sukoharjo, Jateng, Agus Widanarko (40) sudah satu bulan belakangan punya kesibukan baru menjadi pahlawan super bernama ”Super Isoman”. Musuhnya bukan penjahat bengis seperti kisah pahlawan super pada umumnya. Yang ia basmi adalah perut lapar warga yang tengah menjalani isolasi mandiri akibat tertular Covid-19.
Dengan kostum pahlawan super, mulai dari Batman, Power Rangers, hingga Spiderman, Widanarko mendatangi rumah warga Sukoharjo yang menjalani isolasi mandiri. Ia membawakan sego berkat, atau nasi berkat, yang khas dengan cita rasa pedasnya. Kata dia, rasa pedas dari makanan yang dibawanya itu menggugah dan mengembalikan indera perasa sebagian warga yang sempat hilang akibat penyakit tersebut.
Nasi berkat diberikan secara cuma-cuma. Warga yang menjalani isolasi mandiri cukup menghubunginya lewat media sosial Facebook. Setidaknya ada dua hari yang diluangkannya untuk berkeliling membagikan paket nasi berkat itu, yakni Selasa dan Jumat. Pada Selasa, ada 20-30 bungkus yang dibagikannya. Pada Jumat, ia bisa membagikan hingga 150 bungkus nasi berkat.
”Kalau Jumat, sebagian dibagikan untuk yang isoman, sebagian lainnya dibagikan buat orang-orang yang terdampak berbagai pembatasan kegiatan ini. Khususnya pekerja-pekerja jalanan, seperti tukang becak, pedagang asongan, dan lain-lain,” kata Danar.
Modalnya diambil dari kantong pribadi Danar. Setiap bulan, ia menyisihkan 25 persen dari penghasilannya sengaja untuk aksi berbagi. Istrinya yang sudah mengotak-ngotakkan biaya berbagi setiap bulan. Jumlah yang dibagikan menyesuaikan.
”Dengan berbagi, saya tidak merasa berkekurangan. Justru saya lebih bahagia bisa berbagi dengan orang lain. Akan selalu ada rezeki jika mau berbagi. Itu saya alami sendiri,” ucap Danar, yang sehari-harinya bekerja sebagai tenaga kontrak untuk penyuluhan pencegahan narkoba di Pemkab Sukoharjo.
Aksi berbagi nasi berkat sebenarnya sudah dilakukannya sejak awal pandemi lalu. Bagi-bagi nasi berkat dilakukannya setiap Jumat, dengan jargon ”Jumat Berkat”. Sasarannya adalah para pekerja jalanan.
Bicara soal kostum pahlawan super yang dikenakan, Danar menyatakan, ia ingin memberikan hiburan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri, khususnya anak-anak. Ia ingin anak-anak itu tidak tertekan karena harus mengurung diri di rumah selama 14 hari. Total ada 20 kostum pahlawan super yang dikoleksinya.
”Saya membayangkan, anak-anak itu apa tidak stres betul harus di rumah saja selama isolasi. Jadi, ini kan sekaligus hiburan bagi anak-anak itu,” katanya.
Danar tak hanya membawakan nasi berkat bagi keluarga isolasi mandiri yang memiliki anak-anak. Ia juga membawa paket makanan ringan, buku dongeng, dan balon bagi anak-anak yang sedang menjalani isolasi mandiri. Kostum yang dikenakan Danar juga menyesuaikan dengan permintaan si anak.
”Ternyata responsnya baik. Anak-anak menjadi lebih senang. Bahkan, ada yang minta saya datang setiap hari. Permintaan lewat media sosial juga terus berdatangan. Saya ikut senang kalau anak-anak juga senang,” kata Danar.
Cerita dari Rembang, Batang, dan Sukoharjo itu tentu hanya beberapa keping puzzle aksi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia. Tanpa batasan jumlah ataupun bentuk, aksi solidaritas tak pernah absen di tengah bencana, termasuk bencana kemanusiaan yang sedang dihadapi bangsa. Satu energi menuju akhir pandemi yang dinanti.