Hingga Juli, sembilan orang tewas dibunuh di Aceh yang pemicunya mulai dari persoalan ekonomi, narkoba, hingga relasi sosial yang buruk.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
DOKUMEN POLRES LANGSA
Tersangka pelaku pembunuhan, ZW(25), warga kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, saat ditahan oleh Polisi Resor Kota Langsa, Minggu (25/7/2021).
LANGSA, KOMPAS — Kasus penemuan mayat di Sungai Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, terungkap. Aparat Kepolisian Resor Kota Langsa menangkap ZW (25), tersangka pembunuhan Ridwan (53).
Kepala Kepolisian Resor Langsa Ajun Komisaris Besar Agung Kanigoro Nusantoro, Minggu (25/7/2021), menuturkan, tersangka pelaku pembunuhan warga Kabupaten Aceh Tamiang. Tersangka ditangkap pada Sabtu (24/7) di rumahnya.
Sementara korban adalah warga Kota Langsa. Pelaku merupakan pekerja di gudang barang bekas milik korban. ”Pelaku sakit hati karena pernah dimarahi oleh korban dengan kata-kata kasar dan pernah dipukuli. Dia membunuh korban karena dendam,” kata Agung.
Korban dibunuh dengan menggunakan pisau. Lokasi pembunuhan di rumah korban, tidak jauh dari gudang. Saat peristiwa pembunuhan, korban berada seorang diri di rumah, sedangkan keluarganya berada di luar. Setelah korban tewas, mayat dimasukkan ke dalam karung dan dibuang ke Sungai Peureulak, Aceh Timur, kabupaten tetangga.
Pelaku sakit hati karena pernah dimarahi oleh korban dengan kata-kata kasar dan pernah dipukuli. Dia membunuh korban karena dendam.
”Dia membuang mayat korban bersama temannya yang kini jadi buronan polisi,” kata Agung.
Penemuan mayat
Warga Peureulak dikejutkan dengan penemuan mayat terapung di sungai pada Senin, 20 Juli 2021. Saat itu polisi menduga mayat itu korban pembunuhan karena ada sejumlah luka di punggung dan tangannya terikat tali nilon.
Pembunuhan karena dilatarbelakangi dendam bukan pertama terjadi di Aceh.
Pada Januari 2018, di Kota Banda Aceh, satu keluarga berjumlah tiga orang tewas dibunuh oleh karyawannya sendiri. Pelaku dendam karena pernah dimarahi dan pukuli.
Data yang dihimpun Kompas, sepanjang tahun 2021, sembilan orang tewas dibunuh di Aceh. Persoalan ekonomi, narkoba, dan relasi sosial yang buruk menjadi pemicunya.
Sebelumnya, dosen psikolog Universitas Muhammadiyah Aceh, Endang Setianingsih, mengatakan, secara psikologis, persoalan ekonomi termasuk pemicu orang berbuat kejahatan, seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan.
DOKUMEN POLRES ACEH SINGKIL
Personel Kepolisian Resor Aceh Singkil merilis kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap anak, Selasa (18/5/2021). Dalam kasus itu, dua orang ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan dan pemerkosaan.
Namun, kata Endang, faktor lainnya adalah pelaku tidak memiliki relasi sosial yang baik dengan lingkungan. ”Tidak ada orang yang memperhatikan dan memberi nasihat sehingga dia tidak merasa bersalah saat melakukan perbuatan melanggar hukum,” kata Endang.
Selain itu, kata Endang, sanksi terhadap pelaku masih rendah sehingga tidak memberikan efek jera. Tak jarang, setelah keluar penjara, pelaku mengulangi kejahatan yang sama.