Para pelaku wisata di Jawa Tengah menunggu kepastian pembukaan destinasi wisata menjelang berakhirnya PPKM darurat. Kepastian informasi sangat dibutuhkan agar minat dan kunjungan wisatawan tidak terganggu.
Oleh
REGINA RUKMORINI/GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pelaku wisata di Jawa Tengah berharap pemerintah segera memberi kejelasan operasional destinasi wisata setelah perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat berakhir pada Minggu (25/7/2021). Ketidakjelasan aturan bakal memicu kebingungan yang berpotensi menghambat pemulihan ekonomi pariwisata.
Ketua Forum Daya Tarik Wisata Kabupaten Magelang Edwar Alfian mengatakan, menjelang berakhirnya PPKM darurat pada Minggu (25/7/2021) ini, sektor pariwisata yang sekian lama terpuruk diharapkan segera kembali beroperasi. Tanpa informasi jelas dan cepat, mengacu pengalaman sebelumnya, pengunjung biasanya langsung berkesimpulan destinasi wisata sudah dibuka. Selain memicu kerumunan, hal itu bisa memicu kekecewaan jika ternyata destinasi belum dibuka.
”Bagi wisatawan, kekecewaan akan membuat mereka berpikir ulang untuk kembali berkunjung,” ujar Edwar, Minggu. Di Kabupaten Magelang terdapat sekitar 200 destinasi wisata, dan sekitar 60 destinasi di antaranya siap beroperasi dengan protokol kesehatan.
Kekecewaan pengunjung mesti diantisipasi karena bisa menurunkan citra destinasi wisata. Kondisi ini juga mempersulit pelaku wisata menarik kunjungan pengunjung saat obyek wisata sudah diizinkan dibuka secara penuh.
Kekecewaan berpotensi muncul karena di tengah pandemi dan pelaksanaan PPKM darurat ini, minat masyarakat untuk berwisata masih cukup tinggi. Edwar yang juga menjabat kepala bagian pemasaran dan promosi obyek wisata Ketep Pass, mencontohkan, pada 20 Juli 2021 saat PPKM darurat dijadwalkan berakhir, pihaknya menerima banyak pertanyaan melalui telepon dan media sosial terkait pembukaan Ketep Pass. Sebagian mengaku sudah bersiap berkunjung pada Rabu (21/7/2021).
Selain itu, saat awal PPKM darurat dijalankan pada 3 Juli 2021 ternyata masih banyak wisatawan yang tetap datang ke Taman Wisata Candi Borobudur. Hal ini justru memancing banyak pedagang yang semula berjualan di sekitar areal parkir Taman Wisata Candi Borobudur untuk mendekat dan akhirnya berdagang di dekat pintu masuk candi sehingga memicu kerumunan.
Edwar berharap, pemerintah tidak perlu menunggu lama untuk mengeluarkan keputusan. Sebab, pengelola destinasi butuh waktu beberapa hari untuk melakukan sosialisasi dan promosi.
Ketua Forum Rembug Kluster Pariwisata Borobudur Kirno Prasojo mengatakan, informasi terkait pembukaan destinasi wisata sangat ditunggu kalangan pelaku wisata Borobudur. Namun, ketika dibiarkan lama tanpa kejelasan atau tetap diputuskan ditutup, sejumlah pelaku wisata, terutama dari kalangan UMKM, dimungkinkan akan menempuh jalan nekat berjualan dengan mengabaikan protokol kesehatan.
Kirno mengatakan, hal tersebut dimungkinkan terjadi karena banyak pelaku UMKM saat ini mengeluhkan kesulitan menjalankan aktivitas berdagang. Selain dipicu nihilnya kunjungan wisatawan, beban mereka makin berat karena masih harus melunasi pinjaman di bank.
”PPKM jalan terus, penjualan sepi, tetapi bunga pinjaman juga terus diberlakukan tiap bulan,” ujarnya.
Muhtarom, pemilik homestay First Kinara di Desa Borobudur, mengatakan, di tengah pelaksanaan PPKM darurat, dia masih membuka homestay dan menerima tamu. Namun, setelah sebelumnya empat kamar homestay sempat penuh terisi, dalam dua pekan terakhir, dia hanya menerima dua tamu yang memesan satu kamar.
Setelah perpanjangan PPKM darurat berakhir pada Minggu (25/7/2021), dia pun berharap agar destinasi wisata langsung dibuka kembali. ”Kami sudah berupaya melengkapi berbagai hal agar kunjungan dan layanan bagi tamu tetap sesuai protokol kesehatan. Namun, jika destinasi wisata ditutup, semua upaya tersebut tidak akan bermakna apa-apa,” ujarnya.
Pengelola Agen Wisata Milangkori di Kebumen, Sigit Asmodiwongso, mengatakan, di masa pandemi, para pelaku wisata dituntut semakin inovatif menyiasati berbagai pembatasan selama masa pandemi Covid-19. Tur secara daring bisa menjadi salah satu cara menarik wisatawan.
”Saya beberapa kali menggelar tur daring berbayar. Ternyata respons publik cukup antusias. Namun, memang tampilan visual mesti diutamakan supaya warga puas,” ujarnya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi Jateng Sugeng Sugiantoro mengungkapkan, sembari menunggu kebijakan resmi dari pemerintah, para pengelola destinasi wisata mesti menyiapkan prosedur kunjungan seturut protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Salah satunya dengan mengupayakan reservasi daring yang memungkinkan jumlah kunjungan wisatawan terpantau.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Jateng Sinoeng Nugroho Rachmad mengungkapkan, angka kunjungan wisatawan di Jawa Tengah pasca-Lebaran tahun ini, hingga akhir Mei lalu, turun 24 persen jika dibandingkan tahun lalu. Pihaknya mencatat, jumlah wisatawan pada 2020 sebanyak 960.460 orang, sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 722.572 orang.