Surabaya Manfaatkan Gedung Sekolah dan Kelurahan untuk Isolasi
Tempat isolasi mandiri bagi warga Kota Surabaya, Jawa Timur, yang terpapar Covid-19, terutama berstatus OTG terus ditambah agar setiap kelurahan memiliki rumah sehat dengan memanfaatkan sekolah dan kantor kelurahan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Masih tingginya kasus positif Covid-19, terutama berstatus orang tanpa gejala atau OTG, menjadi alasan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menambah rumah sehat untuk tempat isolasi. Paling tidak sudah ada 15 tempat isolasi bagi pasien OTG, mulai dari gedung yang dipinjamkan, sekolah, gedung olahraga, hingga kantor kelurahan
Penambahan tempat isolasi bagi mereka yang berstatus OTG dilakukan agar pemantauan pasien lebih mudah. Hal itu karena setiap lokasi rumah sehat dikawal 24 jam oleh tenaga kesehatan dari puskesmas terdekat. Selain itu, upaya memutus rantai penularan Covid-19 terutama varian delta, bisa dilakukan lebih cepat.
”Penularan virus korona sekarang begitu cepat sehingga meski OTG dan menjalani isolasi, kemungkinan menulari anggota keluarga yang serumah justru lebih cepat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Sabtu (24/7/2021).
Melihat masih tingginya warga yang terpapar Covid-19, berbagai elemen masyarakat tanpa henti memberikan dukungan dan bantuan kepada Pemerintah Kota Surabaya. Bantuan bahkan berupa peminjaman gedung untuk isolasi mandiri Covid-19. Di gedung sekolah, misalnya, bisa menampung 105 pasien isoman.
Selain bantuan gedung, Pemkot Surabaya juga mulai menyiapkan beberapa sekolah antara lain SMPN 63 Gunung Anyar dan kantor kelurahan. Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, eks Gedung Kantor Kelurahan Mulyorejo disiapkan sebagai rumah sehat. Gedung tersebut, bakal dimanfaatkan juga sebagai tempat pelayanan warga sekitar yang terpapar Covid-19 supaya segera pulih dan dapat kembali beraktivitas.
Rumah sehat
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, di setiap kelurahan harus ada tempat sehat untuk pemulihan bagi warga yang terpapar Covid-19. Ruang tersebut dimanfaatkan sebagai pengganti tempat perawatan di rumah untuk mencegah klaster di lingkungan keluarga.
Di setiap kelurahan harus ada tempat sehat untuk pemulihan bagi warga yang terpapar Covid-19. (Eri Cahyadi)
Hal itu sudah dilakukan seperti di Griya Mulyorejo Sehat di Kelurahan Mulyorejo. Warga yang hasil swab antigennya positif bisa langsung menjalani isolasi di Griya Mulyorejo Sehat.
Rumah Sehat yang ada di kelurahan itu pun dilengkapi sarana prasarana agar warga yang menjalani pemulihan di rumah sehat itu tidak bosan. Semisal menyediakan fasilitas meja pingpong, bulu tangkis, hingga menghadirkan instruktur senam.
Kehadiran rumah sehat di tingkat kelurahan adalah upaya kuratif dan preventif untuk mencegah klaster Covid-19 di lingkungan keluarga. Karena, ketika ada warga yang sakit dan kemudian menjalani perawatan di rumah dengan kondisi tidak layak, dampaknya akan buruk pada kondisi kesehatan seluruh keluarganya.
"Ketika Covid-19 muncul di keluarga, dengan kondisi rumah kurang memenuhi syarat, justru mempercepat penularan. Oleh karena itu pasien bisa segera dibawa ke rumah sehat, sehingga anggota keluarga lain masih serumah, aman dari penuralan virus korona," ujar Eri.
Orang nomor satu di lingkup Pemkot Surabaya ini meyakini, dengan kekuatan gotong-royong, pandemi Covid-19 di kota pahlawan tertangani. Apalagi inti dari memutus rantai penularan virus tersebut adalah warga dengan ketat menjalankan protokol kesehatan.
Ke depan diharapkan tidak ada warga Surabaya yang kesulitan mendapat perawatan kesehatan karena kondisi rumah sakit penuh. Apalagi sampai ada warga meninggal dunia lantaran terlambat mendapat layanan kesehatan. Oleh sebab itu, rumah sehat harus dibentuk di masing-masing kelurahan sebagai tempat perlindungan bagi warga di wilayah tersebut.
Penularan virus korona sekarang begitu cepat, sehingga meski OTG dan menjalani isolasi, kemungkinan menulari anggota keluarga yang serumah justru lebih cepat. (Febria Rachmanita)
Edaran gubernur
Semenatara itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Surat Edaran (SE) nomor 4255/204.3/2021 tentang Monitoring Lokasi Isolasi Mandiri pada 22 Juli 2021 sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri dalam Negeri (Inmendagri) sebelumnya terkait PPKM Darurat dan SE tentang Pemeriksaan Covid-19 dan Vaksinasi.
Dalam SE Gubernur Jatim itu menurut Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Heru Tjahjono, untuk mengurangi tingkat penularan, Gubernur Jatim menginstruksikan agar pejabat di lingkungan Pemprov Jatim memerhatikan laporan pegawai yang terpapar Covid-19 di masing-masing organisasi perangkat daerah atau OPD.
Hal ini penting dilaksanakan karena fakta di lapangan menunjukkan, tingkat kematian tinggi disebabkan masyarakat baru berangkat ke rumah sakit ketika kondisi sudah kritis. Untuk itu isolasi mandiri yang dilakukan di rumah perlu perhatian lebih.
Menurut epidemilogi Universitas Airlangga Windhu Purnomo, pemerintah memang perlu menyiapkan tempat-tempat isolasi terpusat untuk mencegah penularan karena varian delta penularannya lebih cepat. "Semakin cepat orang yang terpapar dijauhkan dari lingkungannya, penularan virus korona pun segera berhenti. Salah satu upaya dengan menyediakan tempat isolasi," katanya.
Mengutip laman resmi http://www.infocovid19.jatimprov.go.id/, setelah memperlihatkan tren menurun, penambahan kasus harian naik lagi. Sepekan sebelumnya, penambahan kasus harian berturut-turut ialah 8.230 kasus, 7.832 kasus, 6.920 kasus, 5.726 kasus, 4.424 kasus, 5.654 kasus, dan 3.856 kasus. Namun, Sabtu, kasus bertambah sebanyak 5.699 kasus atau turun 1.213 kasus dibandingkan Jumat (23/7/2021) sebanyak 6.912 kasus.
Dengan penambahan 6.625 kasus, secara akumulatif atau sejak Maret 2020, di Jatim telah tercatat ada 259.730 kasus Covid-19. Kesembuhan bertambah 3.156 orang menjadi 192.067 orang. Kematian bertambah 279 orang menjadi 17.486 orang. Kasus aktif atau jumlah pasien dirawat bertambah 3.190 orang menjadi 50.177 orang. Tingkat kesembuhan 73,9 persen, sedangkan fatalitas atau tingkat kematian 6,7 persen.
Dilihat dari kasus aktif yang mencapai 50.177 orang, saat ini diperlukan ketersediaan dipan isolasi dengan jumlah yang sama dengan kasus aktif. Namun, kapasitas yang tersedia baru separuhnya atau sekitar 25.000 dipan isolasi khusus pasien Covid-19. Penambahan kapasitas yang salah satunya memanfaatkan gedung dan fasilitas yang ada perlu terus ditempuh sampai kasus melandai.