Terpapar Covid-19, Warga Kendari Meninggal Tanpa Penanganan Medis
Dua warga Kendari, Sultra, meninggal di kediaman dalam rentang berdekatan. Keduanya diketahui reaktif Covid-19 dan tidak mendapatkan penanganan. Lonjakan kasus terus terjadi, bahkan berkali lipat dari sebelumnya.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sedikitnya dua warga Kendari, Sulawesi Tenggara, diketahui meninggal di rumah setelah mengalami demam dan sesak napas, Kamis (22/7/2021). Belakangan, keduanya diketahui reaktif Covid-19. Kasus warga meninggal dunia sebelum mendapatkan perawatan medis ini harus menjadi alarm keras bagi pemerintah pada era pandemi ini.
Kepala Kepolisian Sektor Mandonga Ajun Komisaris I Ketut Arya Wijanarkan mengatakan, pihaknya mendapat laporan dari warga terkait dengan temuan mayat di Kelurahan Tobuha pada Kamis siang. Jenazah bernama Taufik (38), pekerja di bengkel aluminium.
”Jenazah ditemukan pertama kali oleh pemilik bengkel sekaligus atasan korban. Kondisinya tertelungkup di lantai tanpa tanda kekerasan. Kemungkinan meninggal saat sedang bekerja. Korban diketahui sakit dalam empat hari terakhir,” kata Arya di Kendari, Kamis (22/7/2021).
Berdasarkan informasi saksi, terang Arya, almarhum sempat demam dan batuk. Pada Rabu malam, ia mengeluh sesak napas. Seorang tetangga lalu memberinya obat pereda demam dan batuk.
Hingga Kamis siang, korban tidak terlihat keluar dari kediaman. Saat dicek, korban ditemukan tidak bernyawa. Petugas yang datang lalu mengambil sampel usap korban. Dari tes cepat antigen, korban reaktif Covid-19.
”Jenazah telah dibawa ke RS Bhayangkara Kendari dan menunggu keputusan keluarga karena almarhum berasal dari Pinrang, Sulawesi Selatan, yang merantau ke Kendari,” ujarnya.
Kasus lain melibatkan warga Baruga, Hadi Widodo (93). Dia ditemukan meninggal di kediamannya. Warga lanjut usia ini menetap di rumah bersama istri, Murmini, yang juga berusia lanjut. Saat dilakukan tes cepat antigen, almarhum reaktif Covid-19.
”Almarhum telentang di ruang depan rumah. Dari kondisi tubuh, korban meninggal kurang dari 1 x 24 jam. Sementara istrinya ada di dalam kamar, takut bertemu aparat. Ia memiliki asma akut,” ucap Kapolsek Baruga Ajun Komisaris I Gusti Komang Sulastra.
Pasangan suami-istri lansia ini, katanya, merupakan warga berpendapatan rendah yang hanya hidup berdua. Mereka bergantung pada bantuan tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat ini, jenazah telah dibawa ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan penanganan hingga pemakaman.
Kasus meninggalnya warga dengan reaktif Covid-19 dan tanpa sempat mendapatkan penanganan ini terjadi seiring meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Kendari. Hingga Kamis, total pasien terkonfirmasi positif mencapai 6.265 orang dan 907 orang di antaranya masih dalam perawatan. Jumlah kasus meninggal sebanyak 81 orang, atau bertambah sembilan kasus dalam dua pekan terakhir.
Sementara itu, kasus harian juga bertambah drastis setiap harinya. Dua hari terakhir, kasus positif bertambah 261 kasus. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya, yang kasus harian berkisar 50-80 kasus terkonfirmasi positif.
Meningkatnya pasien ini membuat rumah sakit penanganan Covid-19 kewalahan merawat pasien. Sejumlah rumah sakit penuh dengan pasien meski telah dilakukan penambahan ruangan.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, kasus yang terus meningkat ditengarai dari penyebaran varian Delta. Peningkatan kasus terjadi meski telah dilakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
”Melihat kasus yang eksponensial begini, kemungkinan varian Delta sudah masuk ke Kendari. Karena itu, kita harus bersama-sama sekuat tenaga menerapkan protokol kesehatan dan berupaya melakukan penanganan,” katanya.
Lonjakan kasus, kewalahannya rumah sakit, dan meninggalnya pasien tanpa penanganan telah dikhawatirkan sejumlah epidemiolog. Sebab, penanganan Covid-19 pemerintah di wilayah Kendari ataupun Sultra secara luas tidak menunjukkan komitmen dan konsistensi.
Saat lonjakan kasus terjadi, pemerintah memberi izin terselenggaranya Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) akhir Juni. Hal ini berpotensi besar menjadi penyumbang lonjakan kasus karena ribuan orang berdatangan dari seluruh Indonesia. Selain belasan peserta munas terdeteksi positif Covid-19, kasus meninggal pun terjadi.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, La Ode M Sety, menyampaikan, ledakan kasus Covid-19 akan terjadi di Kendari dan Sultra secara umum saat ini, imbas kebijakan pemerintah yang tidak konsisten. Mulai dari izin acara nasional hingga minimnya pengawasan dan penelusuran kasus.
Akibatnya, warga yang terpapar Covid-19 tidak peduli memeriksakan kesehatan. Saat ke rumah sakit pun, mereka tidak bisa mendapatkan penanganan karena ruangan yang penuh. Belum lagi jika mereka berasal dari kalangan ekonomi bawah, yang harus bergulat dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
”Ini menjadi alarm keras untuk pemerintah. Sebelum terlambat, pemerintah daerah harus segera mengambil langkah penanganan. Kita sama-sama tidak ingin kasus terus melonjak, yang membuat fasilitas kesehatan kolaps, dan menambah korban jiwa setiap waktunya,” kata Sety.