Akselerasi Vaksinasi Covid-19 di Sidoarjo Terkendala Menipisnya Stok Vaksin
Upaya Sidoarjo menggenjot cakupan vaksinasi Covid-19 dan mengakselerasi terbentuknya kekebalan komunitas terhambat karena stok vaksin yang semakin menipis. Sementara rencana kedatangan vaksin tambahan belum dipastikan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Upaya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menggenjot cakupan vaksinasi Covid-19 dan mengakselerasi terbentuknya kekebalan komunitas terhambat karena stok vaksin yang semakin menipis. Stok yang tersedia hanya cukup untuk dua hari, sementara rencana kedatangan vaksin tambahan belum bisa dipastikan.
Sejumlah warga yang sudah mendaftar vaksin Covid-19 melalui RT/RW mengeluh tak kunjung mendapat panggilan dari puskesmas. Sebagian warga yang nekat mendatangi puskesmas harus menelan kekecewaan karena tidak mendapat layanan vaksinasi.
Salah satunya Suwarni (45), warga Kecamatan Sukodono. Dia telah mendaftar vaksinasi di puskesmas setempat sejak dua pekan lalu. Menurut bidan desanya, Suwarni sudah mendapat nomor antrean untuk mendapatkan layanan vaksinasi. Namun, hingga sekarang dia tak kunjung dipanggil.
Selain di sejumlah puskesmas di Sidoarjo, penundaan layanan vaksinasi juga terjadi di gerai layanan massal. Suyono (42), warga Kecamatan Gedangan, mengatakan, pihaknya seharusnya menerima penyuntikan vaksin dosis kedua, Rabu (21/7/2021). Dia pun mendatangi gerai vaksinasi tempatnya dijadwalkan mendapatkan layanan penyuntikan.
”Namun, sesampai di lokasi, petugas yang berjaga mengatakan tidak ada layanan vaksinasi. Saya diminta kembali lagi minggu depan, itu pun belum bisa dipastikan harinya,” ujar Suyono, Kamis (22/7/2021).
Suyono tak sendiri. Di belakangnya ada ratusan orang yang kecewa karena gagal mendapatkan layanan vaksinasi Covid-19, baik penyuntikan dosis pertama maupun dosis kedua. Mereka pun mengaku khawatir apabila penundaan layanan vaksinasi ini berlangsung lama dan tanpa kepastian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sidoarjo M Athoillah mengatakan, penyebab tertundanya layanan vaksinasi di puskesmas ataupun di gerai layanan lainnya karena stok vaksin Covid-19 yang semakin menipis. Pihaknya telah berupaya meminta tambahan vaksin ke Dinkes Jatim.
”Hasilnya, ada tambahan vaksin yang baru datang. Akan tetapi, jumlahnya sangat sedikit, yakni 760 vial atau 7.600 dosis penyuntikan. Vaksin tersebut langsung habis diambil puskesmas,” kata Athoillah.
Athoillah meminta masyarakat yang belum mendapatkan layanan vaksinasi dosis pertama agar bersabar. Adapun masyarakat yang tengah menantikan jadwal penyuntikan vaksin dosis kedua diminta tidak perlu khawatir. Dia optimistis pasokan vaksin akan didapatkan kembali dalam waktu tidak lama.
Perihal menipisnya stok vaksin Covid-19 yang berimplikasi pada terkendalanya jadwal vaksinasi di masyarakat juga disampaikan oleh Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. ”Suplai dari pusat macet, Kak,” tulis Muhdlor di akun Instagram-nya, yang di-posting, Rabu (21/7/2021)
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim, hingga Rabu, Sidoarjo telah merealisasikan penyuntikan vaksin dosis pertama sebanyak 423.134 penerima. Adapun untuk penyuntikan vaksin dosis kedua terealisasi sebanyak 195.703 penerima.
Hasilnya, ada tambahan vaksin yang baru datang. Akan tetapi, jumlahnya sangat sedikit, yakni 760 vial atau 7.600 dosis penyuntikan. Vaksin tersebut langsung habis diambil puskesmas.
Kabupaten Sidoarjo sebenarnya menargetkan pelaksanaan vaksinasi dengan sasaran 15.000 orang setiap harinya. Untuk mengejar target tersebut, layanan vaksinasi dibuka di 26 puskesmas, RSUD Sidoarjo, serta sejumlah gerai vaksinasi massal, seperti di Markas Polresta Sidoarjo dan Gelora Delta Sidoarjo.
Muhdlor mengatakan, vaksinasi merupakan salah satu ikhtiar mengatasi pandemi Covid-19 yang kini memasuki tahun kedua dan berimplikasi luar biasa di berbagai sektor, terutama kesehatan. Data Satgas Covid-19 menyebutkan, hingga Rabu sebanyak 16.902 warga Sidoarjo telah terpapar.
Dari 16.902 warga yang terpapar tersebut, sebanyak 676 orang meninggal dunia dan 12.939 orang dinyatakan sembuh. Hingga saat ini, sebanyak 3.287 orang masih menjalani perawatan di RS rujukan, isolasi yang disediakan pemerintah, serta isolasi mandiri.
Tingginya pasien Covid-19 berimplikasi pada tingkat keterisian ruang perawatan, terutama di RS rujukan. Dari total 29 RS yang ada di Sidoarjo, tersedia sebanyak 3..809 tempat tidur pasien. Namun, ruang perawatan isolasi yang disediakan hanya 1.174 tempat tidur, sedangkan perawatan intensif hanya 157 tempat tidur.
Kondisi bed occupancy rate (BOR) di Sidoarjo saat ini berada di angka 89,41 persen. Tingkat keterisian ruang isolasi mencapai 89,10 persen, sementara tingkat keterisian ruang intensif mencapai 91,72 persen. Untuk meningkatkan layanan perawatan pasien Covid-19, pemda telah menyediakan hotel isolasi dengan kapasitas 120 tempat tidur.
Dalam pekan ini, pemda menambah sejumlah shelter isolasi terintegrasi di sejumlah kecamatan dengan angka kasus Covid-19 tinggi. Shelter itu, antara lain, adalaha Puskesmas Sedati, Mal Pelayanan Publik Sidoarjo, gedung bekas Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) Waru, SMP Negeri 2 Sidoarjo, serta rusunawa di Krian.
Setiap shelter dilengkapi tabung oksigen dan tenaga kesehatan, minimal bidan puskesmas yang bertanggung jawab. Selain itu, kader posyandu serta ibu-ibu PKK setempat diminta membantu penanganan pasien yang dirawat.
Rata-rata setiap shelter mampu menampung 40 pasien Covid-19. Namun, tempat ini hanya dikhususkan bagi terkonfirmasi positif bergejala ringan atau tanpa gejala. Syaratnya, antara lain, pasien kesulitan menjalani isolasi mandiri di rumah karena tidak memiliki kamar tersendiri atau tinggal di kamar indekos.