Pasokan Sapi Potong di Kalsel dari Luar Pulau Justru Naik
Hingga Juli 2021, peningkatan pasokan sapi potong dari luar Pulau Kalimantan ke Kalsel lebih dari 30 persen.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Di tengah kondisi pandemi Covid-19 tahun ini, kebutuhan daging sapi di Kalimantan Selatan justru meningkat. Sampai dengan Juli 2021, peningkatan pasokan sapi potong dari luar Pulau Kalimantan ke Kalsel lebih dari 30 persen.
Berdasarkan data pada sistem perkarantinaan (IQFAST System) di wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin, tercatat peningkatan lalu lintas hewan ternak melalui Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin. Dari Januari hingga 18 Juli 2021 tercatat 19.689 sapi. Jumlah itu meningkat 33,2 persen dari angka lalu lintas tahun lalu pada periode yang sama, 13.144 ekor.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Nur Hartanto mengatakan, lalu lintas hewan ternak ke Kalsel melalui Pelabuhan Trisakti terpantau melonjak tinggi pada Juli 2021. Lonjakan itu terjadi menjelang Idul Adha 1442 Hijriah. Adapun Idul Adha dirayakan pada 20 Juli 2021.
Pada 1-18 Juli 2021, terdata 3.424 sapi potong telah memenuhi permintaan pasokan pasar hewan kurban di Kalsel. Jumlah itu meningkat 11,8 persen dibandingkan lalu lintas hewan ternak pada Idul Adha tahun 2020, yang berjumlah 2.900 ekor sapi.
”Dengan adanya peningkatan arus lalu lintas hewan ternak tersebut, kami pun meningkatkan pengawasan di lokasi pintu masuknya,” kata Hartanto melalui keterangan tertulis yang diterima di Banjarmasin, Rabu (21/7/2021).
Dua hari menjelang perayaan keagamaan umat Islam, 375 sapi potong yang berasal dari Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur, tiba di Banjarmasin. Hewan ternak itu diangkut kapal khusus ternak KM Camara Nusantara 6 melalui tol laut.
Menurut Hartanto, kapal ternak itu adalah alat angkut yang didesain khusus berdasar dan berprinsip pada kesehatan dan kesejahteraan hewan (animal welfare) sehingga meminimalkan risiko, seperti stres atau bahkan kematian pada hewan ternak.
”Sesuai dengan tugas perkarantinaan, kami melakukan pengawasan keamanan dan pengendalian mutu pakan dan pakan asal produk pertanian, termasuk hewan ternak itu, agar sehat, aman, dan layak dikonsumsi,” katanya.
Secara teknis, Sub-koordinator Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Isrokal, yang juga turut melaksanakan pengawasan, menjelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan terhadap hewan ternak adalah pemeriksaan dokumen karantina asal dan pemeriksaan fisik.
”Dari hasil pemeriksaan dokumen dinyatakan bahwa semua sapi telah diuji dengan hasil negatif penyakit brucellosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Brucella),” ujarnya.
Menurut Isrokal, pemeriksaan terhadap penyakit itu penting mengingat Kalsel salah satu kawasan yang masih berstatus bebas penyakit brucellosis berdasar Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2540/Kpts/PD.610/6/2009 tentang pernyataan pulau Kalimantan bebas dari penyakit hewan menular (brucellosis) pada sapi dan kerbau.
”Setelah memeriksa kelengkapan dokumen dan fisik terhadap semua sapi potong yang masuk ke Kalsel, kami menyatakan dokumennya sah dan lengkap serta sapi potong itu sehat, layak, dan aman dikonsumsi masyarakat,” katanya.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Bambang menyampaikan bahwa tren peningkatan arus lalu lintas komoditas pertanian hewan ternak berupa sapi potong dari wilayah sentra bukan hanya terjadi di Kalsel, melainkan juga hampir di seluruh jajaran unit kerjanya di Tanah Air.
”Sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, hewan ternak yang dilalulintaskan telah melalui serangkaian tindakan karantina guna memastikan kesehatan dan keamanannya,” kata Bambang.