Masjid Agung Keraton Surakarta Tetap Gelar Shalat Idul Adha Berjemaah
Masjid Agung Keraton Surakarta tetap menggelar shalat Idul Adha berjemaah di tengah masa PPKM Darurat. Pelaksanaan ibadah menerapkan protokol kesehatan ketat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Masjid Agung Keraton Surakarta tetap menggelar shalat Idul Adha berjemaah di tengah masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat. Pelaksanaan ibadah menerapkan protokol kesehatan ketat. Jemaah yang hadir pun dibatasi hanya penduduk di sekitar lingkungan masjid.
Berdasarkan pantauan, shalat Idul Adha berlangsung khusyuk di Masjid Agung Keraton Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (20/7/2021). Masjid tampak lengang. Saf antarjemaah pun diberi jarak lebih kurang 1 meter. Setiap anggota jemaah juga sudah membawa sajadah dari rumah. Seluruh jemaah mengenakan masker dengan tertib.
Jumlah jemaah hanya sekitar 100 orang pada shalat Idul Adha kali ini. Angka tersebut jauh dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Saat itu, jumlah jemaah bisa 6.000-7.000 orang.
Ketua Takmir Masjid Agung Keraton Surakarta Muhtarom menyampaikan, shalat Idul Adha tetap digelar berjemaah agar santri dari pondok pesantren setempat tidak bepergian ke luar kompleks masjid. Dikhawatirkan, jika tidak ada shalat di masjid setempat, para santri justru keluar mencari shalat berjemaah di masjid-masjid lain.
”Ini diselenggarakan terbatas. Kebetulan di kompleks masjid ini ada pondok pesantren. Jadi, daripada santri keluar mencari tempat untuk shalat Idul Adha, nanti mobilitasnya malah tidak bisa dikendalikan. Lebih baik kami menyelenggarakan di internal sendiri,” kata Muhtarom, saat ditemui seusai shalat.
Muhtarom menambahkan, pemberi ceramah dalam ibadah tersebut juga merupakan salah satu santri. Namun, jemaah yang turut hadir tidak hanya santri dari pondok pesantren itu. Ada sebagian warga di kompleks masjid yang juga turut serta.
”Yang bukan warga setempat, dengan hormat, tidak diperbolehkan (shalat berjemaah) di sini,” kata Muhtarom.
Untuk itu, jelas Muhtarom, pihaknya menutup sejumlah akses masuk utama menuju masjid. Pintu di sebelah barat yang kerap menjadi pintu masuk jemaah dari luar kompleks tersebut dikunci. Pintu yang dibuka hanya di sisi utara. Biasanya, pintu tersebut hanya dapat diakses warga yang tinggal dalam kompleks masjid.
Selain itu, disiagakan pula petugas keamanan yang berjaga. Petugas keamanan diminta untuk melakukan penapisan jemaah. Mereka yang memastikan bahwa jemaah hanya berasal dari kompleks masjid tersebut.
Lebih lanjut, Muhtarom menambahkan, masjid juga disemprot disinfektan, baik sebelum maupun setelah shalat. Penyemprotan rutin dilakukan setidaknya dua kali dalam sepekan. Langkah itu merupakan upaya sterilisasi masjid.
Secara umum, tetap melanggar surat edaran. Tetapi, kewenangan kami hanya mengimbau dan mengingatkan.
Sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Surakarta Hidayat Masykur mengimbau agar masyarakat melakukan shalat Idul Adha di rumah masing-masing. Diharapkan, masyarakat tidak menggelar shalat berjemaah di tempat umum demi meminimalisasi potensi penularan Covid-19. Pihaknya tak punya kuasa lebih ketika masih ada sebagian masyarakat yang tetap menggelar shalat berjemaah.
”Secara umum, tetap melanggar surat edaran. Tetapi, kewenangan kami hanya mengimbau dan mengingatkan. Kami mengajak agar shalat dari rumah masing-masing karena memang shalatnya bisa dipindahkan,” kata Hidayat.
Hidayat menambahkan, imbauan shalat dari rumah didasari situasi penularan Covid-19 yang masih tinggi. Meski dibatasi bagi warga setempat, tidak menutup kemungkinan penularan Covid-19 tetap bisa terjadi. Pihaknya tak ingin perayaan keagamaan justru menjadi kluster baru penularan.
”Kami menyadari hampir semua lingkungan ada yang terpapar (Covid-19). Untuk itu, kami menghendaki agar bisa shalat di rumah masing-masing dalam rangka saling menjaga. Kami sudah sosialisasi kepada para takmir. Tetapi, namanya orang yang berbeda-beda, jadi tetap ada yang menggelar (shalat berjemaah),” kata Hidayat.