Pasien Capai 816 Orang, Rumah Sakit di Kendari Penuh
Lonjakan kasus Covid-19 di Kendari membuat pasien dalam perawatan mencapai 816 orang. Dengan jumlah ruangan perawatan yang terbatas, rumah sakit pun kini telah penuh. Sebagian pasien belum bisa mendapatkan penanganan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Jumlah pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di Kendari, Sulawesi Tenggara, terus melonjak mencapai 816 orang. Melonjaknya pasien, membuat rumah sakit penuh dan kesulitan menerima pasien baru. Akibatnya, tidak semua pasien dengan gejala berat bisa segera mendapatkan perawatan.
”Hari ini ruangan perawatan Covid-19 sudah penuh. Ruangan yang kita tambah terisi pasien. Kami masih bisa terima untuk pasien dengan gejala, tetapi kami tangani dulu di unit gawat darurat (UGD),” kata Direktur RSUD Kendari dr Sukirman, di Kendari, Minggu (18/7/2021).
Sejak kasus melonjak, tutur Sukirman, pihaknya telah membuka ruangan perawatan baru Covid-19. Ruangan yang awalnya hanya untuk memuat 40 pasien saat ini telah ditambah menjadi 124 kamar. Meskipun begitu, semua ruangan perawatan telah penuh pasien.
Saat ini, Sukirman melanjutkan, pihaknya berupaya menambah kapasitas perawatan pasien Covid-19. Ruangan yang tidak diisi pasien penyakit lain akan dialihfungsikan untuk perawatan pasien yang terpapar virus ini. ”Apalagi, kasusnya terus melonjak. Kalau melihat gejala penyakit, sepertinya varian yang menyerang pasien merupakan varian Delta yang penyebarannya cepat di masyarakat,” katanya.
Salman (39), warga Kendari, merasakan kesulitan mencarikan ruangan untuk keluarganya yang sakit. Sejumlah kerabat dekatnya saat ini menjalani isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19. Bahkan, sang ibu yang berusia lanjut dan memiliki komorbid juga menjalani isolasi mandiri di rumah.
”Saya sudah telepon rumah sakit, semuanya penuh. Kami hanya siapkan tabung oksigen di rumah untuk berjaga-jaga jika kondisi memburuk. Mau bagaimana lagi, dengan kondisi seperti sekarang ini, fasilitas perawatan sulit dicari,” tambahnya.
Hingga Sabtu (17/7), jumlah pasien dalam perawatan di Kendari mencapai 807 orang. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan periode yang sama pada Juni lalu, yang hanya ada 65 pasien dalam perawatan. Jumlah pasien meninggal juga terus melonjak dari 58 orang menjadi 76 orang atau bertambah 12 orang dalam sebulan. Total jumlah kasus mencapai 5.921, dengan 5.029 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh.
Sementara itu, jumlah ruangan perawatan di Kendari, baik rumah sakit maupun fasilitas isolasi mandiri, hanya ada 525 ruangan. Dua fasilitas isolasi mandiri, yaitu Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Sultra dan Balai Diklat, yang totalnya mencapai 252 ruangan, belum difungsikan.
Tidak hanya di RSUD Kendari, sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 lainnya di wilayah ini juga telah penuh pasien. Hal ini termasuk di RS Bahteramas, rumah sakit milik Pemprov Sultra yang menjadi rujukan perawatan oleh pemerintah pusat.
Direktur RS Bahteramas dr Hasmuddin menyampaikan, dari total kapasitas 146 ruangan untuk pasien Covid-19, jumlah pasien yang menjalani perawatan sebanyak 112 orang. Meski jumlah ruangan masih tersisa, ruangan khusus penanganan pasien bergejala berat telah terisi 99 persen.
”Pasien memang terus bertambah, meski kami telah menambah banyak ruangan. Tapi, memang tidak semua pasien bisa dirawat karena fasilitas kami terbatas,” kata Hasmuddin, Sabtu (17/7).
Menurut Hasmuddin, sejumlah rumah sakit lain di Kendari memang telah dibuka untuk pelayanan Covid-19 seiring melonjaknya kasus. Akan tetapi, tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas pelayanan yang memadai, khususnya untuk pasien dengan gejala berat.
Akibatnya, pasien dari rumah sakit lain lalu dirujuk ke RS Bahteramas untuk mendapatkan penanganan. Di sisi lain, pasien yang dirawat juga terus bertambah sehingga tidak semua pasien rujukan bisa diterima. Terlebih lagi, fasilitas penanganan juga terbatas, khususnya untuk alat ventilator.
”Kami hanya ada enam alat ventilator untuk perawatan pasien Covid-19. dari jumlah itu, hanya satu yang tersisa, sementara lima lainnya terpakai. Kalau menambah ruangan tidak masalah, masih bisa direkayasa. Yang sulit itu menambah alat dan fasilitas,” kata Hasmuddin.
Terus melonjaknya jumlah pasien ditengarai akibat merebaknya varian Delta. Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara dr Ridwan menyampaikan, varian baru Covid-19, utamanya Delta, terindikasi telah masuk di Sultra, khususnya Kendari dan sekitarnya. Hal ini terlihat dari gejala klinis pasien serta penyebaran virus yang jauh lebih cepat dari sebelumnya.
Gejala ini kami temukan sebagian besar pada pasien yang menjalani perawatan.
”Semua gejala varian ini kami temukan, mulai dari batu-batuk panjang, hidung meler, sakit kepala, dan lainnya. Gejala ini kami temukan sebagian besar pada pasien yang menjalani perawatan. Belum lagi dengan penyebaran virus yang cepat di masyarakat,” kata Ridwan, pekan lalu. Peningkatan kasus ini, tutur Ridwan, terjadi dalam satu bulan terakhir.
Lonjakan kasus dan varian baru Covid-19 sebelumnya telah dikhawatirkan akademisi dan epidemiolog. Epidemiolog Universitas Halu Oleo (UHO) La Ode M Sety mengkhawatirkan ledakan kasus Covid-19 akan terjadi di Kendari dan Sultra imbas penanganan pemerintah yang tidak optimal.
Belum lagi dengan kegiatan skala nasional yang dihadiri ribuan orang akhir Juni lalu, yang sangat berisiko membuat penyebaran virus meluas.
Ledakan kasus yang terjadi saat ini, ia menambahkan, harus diantisipasi oleh pemerintah. Sebab, fasilitas kesehatan yang ada di Kendari saat ini tidak akan mampu menangani jika lonjakan pasien terus terjadi. Belum lagi dengan masuknya varian baru Covid-19 yang lebih ganas dan cepat dalam penyebaran.
”Oleh karena itu, pemerintah daerah harus tegas mengambil langkah penanganan. Kolapsnya fasilitas kesehatan dan jatuhnya korban jiwa sudah di depan mata. Kita tentu tidak ingin hal ini terjadi, seperti halnya di daerah lainnya,” kata Sety.