Kapal Tenggelam di Kalbar, 43 Orang Masih dalam Pencarian
Pencarian korban 18 kapal yang tenggelam di perairan Kalimantan Barat masih dilakukan hingga Minggu (18/7/2021). Hingga kini, sebanyak 43 orang masih hilang.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pencarian korban 18 kapal yang tenggelam akibat cuaca ekstrem di perairan Kalimantan Barat terus dilakukan. Pencarian selain di laut juga melalui udara serta menyisir daerah pesisir. Hingga Minggu (18/7/2021) sore, 43 orang masih dalam pencarian.
Sebelumnya, pada Selasa (13/7) malam, wilayah Kalbar dilanda cuaca ekstrem dengan curah hujan sangat tinggi. Kecepatan angin hingga 30 knot. Ketinggian gelombang bisa mencapai 4 meter bahkan bisa lebih kondisi riil di lapangan.
Saat itu, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Pontianak sejak tanggal 11 Juli tidak mengeluarkan izin berlayar. Namun, kapal-kapal ikan telanjur berada di laut sebelum cuaca buruk terjadi. Menurut informasi yang didapat Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) Pontianak, kapal-kapal nelayan sudah berusaha berlindung dengan mencoba menepi.
Namun, karena cuaca yang ekstrem, banyak kapal kecelakaan. Kepala Basarnas Pontianak Yopi Haryadi, Minggu (18/7), menuturkan, total ada 18 kapal yang mengalami kecelakaan yang terdiri dari 13 kapal nelayan dan 2 (dua) tugboat. Selain itu, 1 (satu) kapal yacht, 1 (satu) tongkang dan 1 (satu) kapal pemancing. Lokasi kecelakaan, yakni di daerah Jungkat, Pemangkat, Muara Kubu hingga ke Paloh.
Berdasarkan data Basarnas Pontianak, jumlah orang yang berada di dalam 18 kapal tersebut totalnya 138 orang. Sejauh ini, 80 orang selamat, 15 orang meninggal dan 43 orang hingga Minggu pukul 17.55 masih dalam pencarian. Dari korban yang telah ditemukan, 12 orang di antaranya sudah teridentifikasi dan tiga orang belum teridentifikasi.
Yopi, menuturkan, pencarian kapal diperluas. Ada 20 kapal yang mencari dan dua kapal di antaranya bersiaga. Selain pencarian lewat laut, pencarian juga dimaksimalkan melalui udara dengan dukungan dari TNI AU.
Selain metode tersebut, Basarnas Pontianak juga telah berkoordinasi dengan Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura yang akan melaksanakan penyisiran di pesisir pantai antara Jungkat dan Tanjung Bangkai.
Diprediksi ada korban yang terdampar di wilayah pesisir tak berpenghuni. Tim pencari pun menyisir kawasan pesisir di Kalbar.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Maritim Stasiun Pontianak Arrumi Isnandiahening, menuturkan, kondisi cuaca di perairan Kalbar tiga hari ke depan secara umum berawan hingga hujan ringan. Untuk kondisi gelombang diprakirakan kategori rendah hingga sedang.
Untuk kategori sedang diprakirakan terjadi di Laut Natuna Utara. Untuk wilayah perairan pesisir Kalbar, kemudian Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natuna gelombangnya diprakirakan rendah. Hanya di Laut Natuna Utara saja yang diprakirakan tiga hari ke depan kategori sedang. Gelombang kategori sedang berkisar 1,25 meter-2,5 meter.
Kondisi ketinggian gelombang tiga hari ke depan berbeda dengan ketinggian gelombang Selasa (13/7) yang mengakibatkan banyak kapal kecelakaan. Kala itu galombang kategori tinggi hingga ekstrem.
Faktor yang menyebabkan cuaca ekstrem beberapa hari lalu karena adanya tekanan rendah di bagian timur Filipina yang berpengaruh hingga ke perairan Kalbar. Sekarang sudah mulai melemah.
Namun, tiga hari ke depan diprediksi kecepatan angin tertinggi masih 20 knot, atau masih cukup tinggi. Hal itu bisa berpengaruh pada naiknya ketinggian gelombang. Kini, ketinggian gelombang sudah mulai menurun. Meskipun demikian, ketinggian gelombang kategori sedang, masih cukup berbahaya bagi kapal-kapal yang ingin berlayar.