Pneumonia Penyebab Utama Kematian Anak Balita di Dunia
Pencegahan pneumonia terus dikampanyekan melalui beragam cara. Salah satunya lewat lagu ”Stop Pneumonia” yang liriknya berisi cara mengenali penyakit ini, seperti gejala demam, batuk, dan sesak napas secara cepat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pneumonia atau radang paru akut menjadi penyebab utama kematian anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) di dunia. Pencegahan melalui vaksinasi dan upaya menurunkan faktor risikonya terus digaungkan. Kampanyenya melibatkan banyak pihak dengan berbagai cara, salah satunya lewat lagu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pneumonia berkontribusi 15 persen terhadap kematian anak balita di dunia. Untuk menurunkan angka kematian tersebut, diperlukan praktik kesehatan terhadap anak sejak lahir.
Budi menyebutkan, 70 persen penyebab pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi. ”Yaitu 20 persen karena haemophilus influenzae tipe B yang dapat dicegah dengan vaksin Hib dan 50 persen karena streptococcus pneumonia yang bisa dicegah dengan vaksin PCV (pneumococcal conjugate vaccin),” ujarnya dalam peluncuran lagu ”Stop Pneumonia” secara daring, Jumat (16/7/2021).
Pencanangan introduksi vaksinasi PCV dilakukan di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Vaksinasi perlu dikombinasikan dengan upaya pencegahan lainnya, yaitu promosi pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif, serta menurunkan tingkat polusi udara di ruangan dan polusi asap rokok.
”Pihak terkait, para pemangku kebijakan lintas sektor, organisasi profesi bidang kesehatan, dan organisasi masyarakat diimbau berkontribusi melindungi anak dari pneumonia,” ucapnya.
Kampanye pencegahan pneumonia terus digaungkan oleh berbagai pihak, salah satu Save The Children. Organisasi internasional non-pemerintah itu telah mencanangkan kampanye stop pneumonia pada anak sejak 2019.
Kampanye ini menyasar kesadaran bersama untuk mengatasi pneumonia. Bentuknya berupa sosialisasi kepada para pemangku kepentingan, mobilisasi sosial, dan menguatkan peran ayah dalam keluarga. Sebab, pemenuhan kesejahteraan anak bukan hanya kewajiban ibu.
Pneumonia berkontribusi sebesar 15 persen terhadap kematian anak balita di dunia. Untuk menurunkan angka kematian tersebut, diperlukan praktik kesehatan terhadap anak sejak lahir.
Chief Executive Officer Save the Children Indonesia Selina Sumbung mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Kesehatan serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengajak orangtua menjadikan Hari Anak Nasional 2021 dan pencanangan vaksin PCV sebagai upaya bersama mencegah kematian anak akibat pneumonia.
”Salah satunya dengan membangun kesadaran akan pentingnya pemberian imunisasi secara penuh sebagai bentuk penyelamatan dan kelangsungan hidup anak, karena itu merupakan hak utama anak. Kami berharap pneumonia, the silent killer pada anak, dapat berkurang ke depannya,” ujarnya.
Peluncuran lagu ”Stop Pneumonia” diharapkan memperluas kampanye pencegahan tersebut. Dalam peluncuran secara daring, lagu itu dibawakan oleh grup musik dari Saung Angklung Udjo, Bandung.
Lirik lagunya berisi cara mengenali pneumonia, seperti gejala demam, batuk, dan sesak napas secara cepat. Selain itu juga ajakan melindungi bayi sejak dini, seperti pemberian ASI eksklusif, gizi cukup, dan memantau tumbuh kembang anak.
Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Agustina Erni mengatakan, pneumonia masih menjadi kendala serius pada anak. Penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua anak balita di Indonesia setelah persalinan prematur.
Agustina menuturkan, pencegahan pneumonia bukan hanya kewajiban Kementerian Kesehatan, melainkan juga kementerian dan lembaga lintas sektor lainnya. ”Pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatannya. Orangtua pun sangat berperan bagaimana agar anaknya tidak terinfeksi (pneumonia),” ujarnya.