TNI Mulai Terlibat Garap Program ”Food Estate” di Sumsel
Optimasi dan intensifikasi lahan mulai diterapkan di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Dengan menghabiskan dana Rp 306 miliar, produktivitas lahan seluas 75.619 hektar dapat lebih optimal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Anggota TNI mulai dilibatkan dalam optimasi dan intensifikasi lahan pertanian di Sumatera Selatan. Strategi ini diyakini mampu membuat pengelolaan pertanian lebih efektif. Apalagi, Sumsel memiliki ambisi untuk meningkatkan produktivitas lahan agar dapat bertengger sebagai daerah penghasil gabah terbesar nomor tiga secara nasional.
Pelibatan anggota TNI itu dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman pekerjaan konstruksi, pekerjaan optimasi lahan, dan olah tanah intensifikasi tahun anggaran 2021 antara Pemerintah Sumatera Selatan dan TNI, Kamis (15/7/2021), di Palembang. Dengan penandatanganan itu, TNI bisa berperan dalam pengembangan lahan pertanian di Sumsel.
Langkah itu dilakukan setelah Kementerian Pertanian menggelontorkan dana sebesar Rp 306 miliar untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Sumsel. Upaya itu juga merupakan tindak lanjut pelaksanaan program lumbung pangan (food estate) yang sudah diluncurkan di Sumsel pada Mei 2021.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, selain menjaga keamanan negara, TNI juga memiliki peran cukup penting untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional. ”Atas dasar inilah, kami menggandeng TNI untuk terlibat langsung dalam pengembangan lahan pertanian di Sumsel,” ucapnya.
Lahan seluas 75.619 hektar di Sumsel akan menjalani fase optimasi dan intensifikasi lahan sehingga produktivitas lahan pertanian dapat didongkrak dari 2,7 juta ton per tahun pada 2021 menjadi 5,1 juta ton per tahun pada 2024.
Herman meyakini, dengan potensi lahan pertanian yang sangat luas, Sumsel memiliki peluang menjadi daerah lumbung pangan nasional. Bahkan, Herman berharap dalam tiga tahun ke depan Sumsel dapat merangsek masuk sebagai tiga besar daerah penghasil gabah terbesar di Indonesia.
Optimasi lahan itu akan diterapkan di empat daerah, yakni Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan Muara Enim, dengan total luasan 49.990 hektar. Sementara intensifikasi lahan akan diterapkan di tiga daerah, yakni Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, OKU Selatan, dan Ogan Ilir dengan luas lahan yang digarap 25.692 hektar.
Pelibatan TNI juga bertujuan agar program dapat dijalankan secara efektif sesuai dengan rancangan detail engineering design (DED) yang telah dirancang akademisi dan tim ahli. ”Nantinya akan ada konsultan dalam proses pengawasan sehingga semua pengerjaan dapat lebih terstruktur,” kata Herman.
Karena itu, peran dari bintara pembina desa yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sangat diperlukan. Herman berharap program ini dapat membuahkan hasil dengan indikator keberhasilan bertambahnya produktivitas lahan.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono mengatakan, optimasi lahan dilakukan dengan merehabilitasi lahan pertanian. Langkahnya adalah membangun sejumlah sarana, seperti pintu bagi, tanggul, saluran irigasi, dan pengadaan pompa. ”Jika perlu, juga dibangun jembatan penghubung untuk mempermudah akses petani dalam menyalurkan produknya,” ucap Bambang.
Kami akan terus membantu sampai program ini tuntas.
Sementara intensifikasi lahan dilakukan dengan menumbuhkan pola koorporasi petani guna meningkatkan kesejahteraan petani dengan menggandeng sejumlah perusahaan penggilangan gabah di beberapa daerah. Tidak hanya itu, proses pendampingan juga akan diperketat sehingga hasil produksi petani bisa lebih optimal.
Salah satu program turunan yang sudah dicanangkan adalah membuat wadah mandiri benih Sumsel. Ke depan, Sumsel diharapkan bisa memproduksi dan menangkar benih sesuai dengan kondisi lahan setempat. Dengan demikian, produktivitas lahan bisa meningkat pesat.
Komandan Korem 044/Garuda Dempo Brigadir Jenderal Jauhari Agus Suraji menegaskan, pihaknya akan mengerahkan semua anggota TNI di Sumsel untuk turut membantu baik secara teknis maupun operasional di lapangan, seperti pembangunan sarana dan prasarana pertanian, sehingga apa yang sudah direncanakan dapat sesuai target.
Tugas pertama adalah memetakan permasalahan di lapangan untuk dicari jalan keluarnya. Harapannya, program ini dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan target produksi yang sudah disepakati bersama. ”Kami akan terus membantu sampai program ini tuntas,” ujarnya.
Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Yulian Junaidi, berpendapat, pengembangan optimasi dan intensifikasi lahan pertanian dapat berjalan baik jika semua unsur berkolaborasi secara seimbang. ”Perlu partisipasi secara pentaheliks agar pelaksanaanya, pengawasaannya, berjalan baik,” ucapnya.
Pelaksanaannya pun boleh dilakukan oleh siapa saja, termasuk jajaran TNI, sepanjang mereka tetap mengacu pada survei investigasi desain dan detail engineering design yang telah dibuat oleh akademisi ataupun konsultan yang berwenang. ”Pengerjaannya pun harus terus diawasi, terutama dari organisasi masyarakat sipil dan media,” ucapnya.