Dampak PPKM Darurat Bervariasi terhadap Mobilitas Masyarakat di Jawa dan Bali
Peneliti Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerja sama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Cahyani Widi Larasakti menyatakan, pasca PPKM darurat, dampak mobilitas di Jawa dan Bali bervairiasi.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat sekitar satu minggu ini secara umum mengurangi aktivitas masyarakat di ruang publik. PPKM darurat berdampak meningkatkan aktivitas masyarakat di dalam rumah. Namun demikian, dampak kebijakan tersebut terhadap mobilitas masyarakat di Jawa dan Bali bervariasi.
Demikian antara lain mengemuka pada konferensi pers bertajuk Catatan Setengah Jalan PPKM Darurat. Diseminasi riset big data (mahadata) terkait efektivitas PPKM darurat dan pergerakan masyarakat selama gelombang kedua Covid-19 disampaikan pada acara yang digelar secara daring, Kamis (15/7/2021) tersebut.
“Berdasarkan sumber dari Google Mobility, kami mencoba melihat dampak PPKM darurat dalam mengendalikan mobilitas masyarakat di Jawa dan Bali,” kata Peneliti Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerja sama (PPKK) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) Cahyani Widi Larasakti.
Tim peneliti menemukan bahwa penurunan mobilitas masyarakat tersebut ternyata bervariasi antarprovinsi berdasarkan kategori area yang berbeda. Peningkatan aktivitas masyarakat di rumah setelah PPKM darurat paling signifikan terjadi di Jawa Timur. “Setelah PPKM berlangsung kurang lebih seminggu ini, aktivitas masyarakat di rumah di Jawa Timur naik sebesar 2,71 persen dibandingkan sebelum PPKM darurat diberlakukan,” ujarnya.
Namun, pemberlakuan PPKM darurat ini berjalan kurang efektif di Jawa Tengah (Jateng), Jawa Barat (Jabar), dan Banten. “Data ini jelas mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten yang beraktivitas di luar rumah relatif dibandingkan provinsi lainnya di Jawa dan Bali,” kata Widi.
Di Jawa Timur perkantoran naik
Secara umum, mobilitas masyarakat di tempat kerja juga turun setelah PPKM darurat. Penurunan tertinggi pada area ini terutama terjadi di Jawa Timur dan DKI Jakarta. “Namun, sayangnya, aktivitas masyarakat di Jawa Tengah di tempat kerja justru meningkat setelah PPKM darurat diberlakukan,” ujarnya.
PPKM darurat di Jawa Timur juga berhasil menekan aktivitas masyarakat di stasiun transportasi, namun kurang efektif di Jakarta. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) relatif berhasil menekan aktivitas masyarakat di area retail dan rekreasi. “Sedangkan Bali, dalam area ini, merupakan daerah yang paling kurang efektif untuk mencapai goal (tujuan) tersebut, yakni untuk menekan aktivitas masyarakat di retail dan rekreasi,” kata Widi.
Meskipun DIY berhasil menekan aktivitas masyarakat di tempat rekreasi, PPKM darurat justru berdampak pada peningkatan aktivitas masyarakat DIY di taman. Jadi, masyarakat DIY dimungkinkan justru beralih ke taman walaupun aktivitas mereka di area retail dan rekreasi berhasil diturunkan.
“Ada peningkatan aktivitas, kerumunan-kerumunan, yang terjadi di taman setelah pemberlakuan PPKM darurat. Tren ini sesungguhnya juga terjadi di Jakarta. Jawa Timur sekali lagi menjadi daerah yang paling unggul menekan aktivitas di area taman dibandingkan provinsi-provinsi lainnya di Jawa dan Bali,” ujarnya.
Menurut Widi pesan yang dapat diambil adalah PPKM darurat di Jawa dan Bali memang menurunkan mobilitas. Namun, penurunan mobilitas tersebut sangat bervariasi antarprovinsi di Jawa dan Bali. Bahkan, aktivitas di beberapa area justru meningkat setelah PPKM darurat.
Terlihat pula dari indeks transportasi publik bahwa ada penurunan 18,6 persen antusiasme masyarakat untuk mencari informasi tentang transportasi publik setelah PPKM darurat. “Mungkin ini disebabkan karena syarat-syarat yang ditambah atau diperketat untuk melakukan perjalanan ke luar kota,” katanya.
Tim peneliti juga melihat dari web traffic penerbangan terjadi penurunan jumlah pengunjung layanan informasi penerbangan sekitar 7,78 persen. Walaupun, di beberapa hari kemudian tren itu naik kembali. Jadi, antusiasme masyarakat untuk mencari informasi terkait penerbangan naik kembali.
Widi menuturkan setelah PPKM darurat antusiasme masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan kereta api turun. Hal ini karena kereta api mempunyai syarat yang lebih detail untuk melakukan perjalanan. “Sedangkan di bus, beberapa hari setelah pemberlakuan PPKM darurat antusiasme masyarakat untuk mencari informasi dan menggunakan moda transportasi bus sebetulnya meningkat,” katanya.
Mengawali paparannya, Widi menuturkan bahwa data menunjukkan adanya peningkatan tren kata kunci ‘flight to Indonesia’ pada pencarian Google di negara India ketika gelombang kedua Covid-19 terjadi di India.
Bertepatan dengan terjadinya gelombang Covid-19 di India, atau pada minggu ketiga bulan Maret (2021), terdapat juga peningkatan tren pencarian kata kunci ‘flight to Indonesia’ di negara India.
“Bertepatan dengan terjadinya gelombang Covid-19 di India, atau pada minggu ketiga bulan Maret (2021), terdapat juga peningkatan tren pencarian kata kunci ‘flight to Indonesia’ di negara India. Artinya apa? Artinya pada saat itu sesungguhnya sudah terdapat potensi sangat besar mobilitas orang India menuju ke Indonesia,” katanya.
Lemahnya upaya preventif
Lebih jauh Widi menuturkan, grafik memperlihatkan tren pencarian kata kunci ‘flight to Indonesia’ tersebut masih meningkat sampai sesaat sebelum PPKM darurat diterapkan di Indonesia. Sayangnya, akses masuk ke Indonesia baru diperketat belakangan setelah varian Delta berkembang di India.
“Kondisi ini mengindikasikan lemahnya upaya preventif pemerintah untuk mengendalikan mobilitas keluar masuk penduduk luar negeri, terutama dari India, yang kita semua jelas-jelas tahu ada varian baru yang berkembang di sana,” katanya
Terkait arus masuk orang ini, dosen Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP) Fisipol UGM Media Wahyudi Askar saat menyampaikan rekomendasi tim peneliti menuturkan, hingga hari ini pembatasan orang masuk ke Indonesia belum dilakukan. Hal ini dinilai sangat ironis karena virus Delta sekarang juga tidak hanya di India.
“Jadi, saya kira ini perlu perhatian khusus, khususnya dari pemerintah dan pakar kesehatan untuk mungkin, barangkali, mulai mempertimbangkan terkait regulasi-regulasi yang lebih ketat, restriksi dari arus orang masuk ke Indonesia. Data yang ada, memang, ‘flight to Indonesia’ selama second wave di India itu meningkat. Artinya, ada arus masuk orang ke Indonesia secara signifikan selama beberapa bulan terakhir dari India. Ini data yang berbicara dan ini saya kira perlu disikapi dengan hati-hati,” ujar Media.
Terkait hal tersebut, tim merekomendasikan untuk membatasi arus masuk bagi orang dari luar negeri dalam beberapa waktu ke depan. Pembatasan ini tidak hanya untuk pengunjung dari India, tetapi juga dari negara yang berisiko tinggi menyebarkan virus Covid-19 varian Delta.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menuturkan tantangan kenaikan angka kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia juga dihadapi oleh dunia. Direktur Jenderal WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) baru-baru ini menyampaikan bahwa selama 4 minggu terakhir, dunia menghadapi kenaikan kasus secara terus menerus di hampir semua kawasan.
“Jumlah kematian global minggu ini juga mulai naik kembali setelah 10 minggu, secara berturut-turut, mengalami penurunan,” kata Menlu Retno saat menyampaikan keterangan terkait kedatangan vaksin Covid-19 tahap 24 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (15/7/2021) sore.
Hingga minggu lalu, misalnya, kasus dunia naik 12 persen. Kawasan ASEAN naik 37,4 persen. Beberapa negara di kawasan Eropa naik ratusan persen. Bahkan, terdapat negara yang mengalami kenaikan 510 persen. “Dirjen WHO, pada tanggal 14 Juli 2021, menyampaikan bahwa varian Delta yang menjadi faktor utama kenaikan kasus saat ini dan telah menyebar di 111 negara,” ujar Menlu Retno.