Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng terinfeksi Covid-19. Kasus penularan di Sulteng makin meningkat.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·5 menit baca
PALU, KOMPAS — Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng Rusdy Mastura-Ma’mun Amir terkonfirmasi positif Covid-19. Keduanya diketahui intens menerima tamu setelah dilantik pertengahan Juni lalu. Terinfeksinya pasangan kepala daerah itu menjadi ”alarm” bagi penanganan Covid-19 di Sulteng yang kasusnya terus meningkat signifikan.
Kondisi Rusdy-Ma’mun itu diketahui dari hasil pemeriksaan usap (swab) dengan metode polymerase chain reaction (PCR), Selasa (13/7/2021). ”Untuk menjaga kesehatan bersama, Gubernur dan Wakil Gubernur mulai hari ini melaksanakan isolasi mandiri sampai dengan keluarnya hasil tes usap negatif dalam pemeriksaan selanjutnya,” kata Kepala Bagian Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Sulteng Adiman, di Palu, Rabu (14/7/2021).
Adiman menuturkan, Rusdy dan Ma’mun akan menjalankan roda pemerintahan secara virtual. Dipastikan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu. Sekretaris Daerah dan kepala dinas atau organisasi perangkat daerah tetap bekerja seperti biasa.
”Gubernur dan Wakil Gubernur mengimbau kepada seluruh warga untuk terus mematuhi protokol kesehatan guna melindungi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat secara umum. Mereka juga memohon doa dari seluruh warga Sulteng kiranya keduanya lekas sembuh,” ujar Adiman.
Adiman tak menjelaskan riwayat aktivitas Rusdy-Ma’mun sampai terinfeksi Covid-19. Namun, berdasarkan foto-foto dan rilis berita yang disampaikan Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Sulteng di grup percakapan selama ini, keduanya cukup intens menerima tamu.
Mereka menerima tamu untuk audiensi terkait program kerja dan kegiatan dalam memimpin Sulteng ke depan. Para tamu tersebut dari beragam profesi dan sektor usaha, seperti perbankan, para pimpinan daerah (bupati), dan organisasi olahraga.
Bahkan, setelah dilantik 16 Juni lalu, Rusdy sempat pergi ke Jakarta untuk memperkuat sinergi dengan sejumlah kementerian dan lembaga negara. Sementara Ma’mun sempat berdinas ke sejumlah daerah, seperti Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan.
Dalam video yang dibagikan Adiman, Rusdy menyatakan, dirinya berkategori orang tanpa gejala. Ia menegaskan kondisinya masih segar bugar. Rusdy menyampaikan dirinya bersama Ma’mun telah ketat melaksanakan protokol kesehatan (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak).
Ia mencontohkan, selama ini, untuk semua tamu yang mau bertemu dengan dirinya, baik di kantor maupun rumah, diwajibkan mengikut tes cepat untuk menghindari terjadinya penularan Covid-19. ”Tapi, Tuhan berkehendak lain. Saya juga akhirnya terkonfirmasi positif,” ujarnya.
Saat kasus melonjak pada Januari-Maret lalu, Gubernur Sulteng waktu itu, Longki Djanggola, juga terpapar Covid-19. Longki butuh waktu sekitar dua minggu untuk kembali pulih atau negatif hasil tes PCR.
Meningkat signifikan
Terinfeksinya Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng bagian dari fakta bertambah signifikannya kasus Covid-19 di Sulteng, terutama sejak awal Juli 2021 atau dalam dua minggu terakhir. Dalam periode tersebut, tambahan harian kasus infeksi meningkat hingga 300-an kasus dari sebelumnya tak lebih dari 70 kejadian. Pada Selasa (13/7), misalnya, dilaporkan ada tambahan 328 kasus baru, jumlah kasus harian tertinggi sejauh ini.
Mari kita sama-sama disiplin. Kalau memang tak perlu bertemu dengan orang banyak dulu, ya, tunda atau gunakan medium teknologi.
Jumlah orang dirawat dan menjalani isolasi mandiri juga berlipat ganda, dari 556 pada 1 Juli menjadi 1.665 orang pada Selasa. Dengan kata lain, jumlah kasus aktif di Sulteng meningkat tiga kali lipat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 75 persen menjalani isolasi/karantina mandiri.
Penularan tercatat meningkat terus di Kota Palu, Kabupaten Banggai, Sigi, Tolitoli, Poso, dan Morowali. Keenam daerah itu pun ditetapkan zona merah yang artinya risiko penularan kasus tinggi.
Kebijakan sejauh ini untuk mengendalikan Covid-19 di Sulteng, yakni pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro yang diperketat. Kegiatan masyarakat dibatasi, seperti tempat usaha ditutup pukul 21.00 Wita (ada daerah yang membatasi lebih awal pada pukul 17.00 Wita) serta 25 persen pegawai atau karyawan bekerja di kantor, sisanya bekerja dari rumah.
Selain itu, untuk pelaku perjalanan, diwajibkan mengantongi hasil negatif dari tes PCR atau tes cepat antigen dan sertifikat atau kartu tanda sudah divaksin minimal dosis pertama. Itu berlaku untuk pelaku perjalanan di semua moda transportasi masuk dan keluar Sulteng, baik via udara, laut, maupun darat.
Namun, berbagai kebijakan tersebut belum mampu mengendalikan penularan Covid-19, termasuk di Palu yang sudah menerapkan PPKM mikro sejak akhir Juni.
Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulteng Sofyan F Lembah menyatakan, terinfeksinya Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng menjadi alarm bagi penegakan protokol kesehatan di Sulteng. Penerapan protokol kesehatan harus dimulai dari para pemimpin atau pejabat.
”Mari kita sama-sama disiplin. Kalau memang tak perlu bertemu dengan orang banyak dulu, ya, tunda atau gunakan medium teknologi. Protokol kesehatan tak hanya sekadar untuk imbauan kepada masyarakat, tetapi juga untuk dipraktikkan para pejabat,” katanya.
Untuk mengendalikan penularan secara keseluruhan, Sofyan menilai PPKM mikro sudah bagus. Hanya hal itu perlu diperketat lagi dengan membatasi kegiatan yang menimbulkan kerumunan, mulai dari pagi hingga sore hari. Ia mencontohkan, di sejumlah tempat usaha, seperti warung kopi, kerumunan pengujung terjadi.
”Kebijakan jam malam ini tidak seimbang. Bagaimana hanya pada malam hari tak ada aktivitas, sementara pada pagi dan siang hari orang berkerumun. Kami menginginkan agar satu daerah ditutup saja dulu atau karantina atau PPKM diperketat lagi sampai mobilitas warga betul-betul dibatasi. Kunci penanganan wabah ini, ya, pengendalian mobilitas warga,” ucapnya.
Sejauh ini, mobilitas warga di Sulteng masih tinggi. Di Palu, di luar jam malam (berhentinya aktivitas usaha), mobilitas warga masih tetap tinggi. Jalan-jalan dipenuhi kendaraan roda dua dan empat. Pada pagi dan siang hari, pengunjung terlihat berada di warung kopi dan kafe dengan sulit menjaga protokol kesehatan. Tempat duduk diatur tanpa jaga jarak. Pengunjung juga berbincang dengan melepaskan masker atau memakai masker secara tidak benar.