Varian Delta Terindikasi Telah Menyebar di Kendari
Sejumlah gejala klinis varian Delta dialami sebagian besar pasien Covid-19 di Kendari. Meski masih perlu penelitian laboratorium, pemerintah dituntut bersiap, memperbanyak penelusuran, dan melakukan pengawasan ketat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Varian baru Covid-19, khususnya Delta, terindikasi telah menyebar di Kendari, Sulawesi Tenggara. Meski belum ada hasil laboratorium, sebagian besar pasien Covid-19 menunjukkan gejala dari varian ini. Pemerintah dituntut melakukan penelusuran masif serta penanganan yang maksimal agar lonjakan kasus tidak semakin besar.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara Ridwan menyampaikan, varian baru Covid-19 Delta terindikasi telah masuk di wilayah Sultra, khususnya Kendari dan sekitarnya. Hal ini terlihat dari gejala klinis pasien serta penyebaran virus yang jauh lebih cepat dari sebelumnya.
”Semua gejala varian ini kami temukan, mulai dari batuk-batuk panjang, hidung meler, sakit kepala, dan lainnya. Gejala ini kami temukan sebagian besar di pasien yang menjalani perawatan. Belum lagi dengan penyebaran virus yang cepat di masyarakat,” kata Ridwan di Kendari, Selasa (13/7/2021).
Peningkatan kasus ini, tutur Ridwan, terjadi dalam satu bulan terakhir. Jumlah pasien yang terus meningkat membuat rumah sakit penanganan Covid-19 hampir terisi penuh.
Meski begitu, ia melanjutkan, masuknya varian Delta ini baru sebatas indikasi gejala dan penyebaran. Sebab, pemeriksaan laboratorium terhadap sampel virus dari pasien terkonfirmasi positif Covid-19 belum ada.
”Sampelnya baru dikirim dan menunggu hasil dari laboratorium Kementerian Kesehatan di Surabaya. Seiring dengan itu, penelusuran kasus saat ini terus dilakukan, bersamaan dengan pelaksanaan PPKM mikro di Kendari, juga di Kabupaten Konawe,” katanya.
Varian Delta, seperti dikutip dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), termasuk dalam kategori variant of concern (VOC) bersama Alpha, Beta, dan Gamma. Sementara varian Eta, Iota, Kappa, dan Lambda merupakan variant of interest (VOI).
Berdasarkan hasil riset, varian Delta memiliki karakter penyebaran yang jauh lebih cepat dibandingkan beberapa varian lain. Dari analisis peneliti Eijkman, varian Delta mulai banyak ditemukan pada sampel yang diperiksa pada Maret 2021 dan semakin membesar pada Juni 2021, menggeser berbagai varian lain yang telah lebih dulu menyebar. Varian Delta telah ditemukan di Indonesia sejak Januari 2021.
Direktur RSUD Kendari Sukirman menuturkan, pihaknya juga menyinyalir varian Delta memang mulai menyebar di masyarakat. Kondisi klinis pasien yang dalam perawatan sebagian besar menunjukkan gejala dari varian ini.
”Kalau melihat pasien yang masuk dalam waktu hampir bersamaan, memang sepertinya varian ini telah menjangkiti pasien. Namun, tentu harus melihat hasil tes laboratorium dulu,” tambahnya.
Hingga Selasa, total kasus Covid-19 di Kendari terus melonjak, mencapai 5.628 kasus. Kasus harian terus bertambah puluhan setiap hari, dengan total kasus meninggal sebanyak 72 orang.
Lonjakan kasus baru Covid-19 terjadi lebih dari satu bulan terakhir. Pada awal Juni lalu, kasus aktif hanya ada empat kasus. Saat ini, sebanyak 703 orang dalam perawatan atau bertambah hampir 200 kali lipat.
Lonjakan kasus juga terjadi setelah perhelatan Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin), akhir Juni lalu. Kegiatan yang dibuka Presiden Joko Widodo ini diikuti ratusan peserta dari seluruh Indonesia.
Lonjakan kasus dan varian baru Covid-19 telah dikhawatirkan oleh akademisi dan epidemiolog di wilayah ini. Epidemiolog Universitas Halu Oleo (UHO), La Ode M Sety, mengkhawatirkan ledakan kasus Covid-19 akan terjadi di Kendari dan Sultra secara umum dalam dua pekan setelah munas berlangsung. Sebab, ribuan orang berdatangan dari berbagai penjuru dan berkumpul di Kendari.
Ledakan kasus, lanjutnya, harus diantisipasi oleh pemerintah. Sebab, fasilitas kesehatan di Kendari saat ini tidak akan mampu menangani jika lonjakan pasien terus terjadi. Belum lagi dengan masuknya varian baru Covid-19 yang lebih ganas dan cepat dalam penyebaran.
”Oleh karena itu, sebelum terlambat, pemerintah daerah agar segera mengambil langkah penanganan. Mulai dari sosialisasi ke masyarakat, pembatasan di pintu masuk, serta penelusuran kasus yang lebih giat. Kita sama-sama tidak ingin kasus melonjak, yang membuat fasilitas kesehatan kolaps dan menambah korban jiwa seperti di daerah lainnya,” kata Sety.