PMI Kediri Berharap Penyintas Jadi Donor Plasma Konvalesen
Produksi plasma konvalesen tidak sebanding dengan tingginya permintaan. Apalagi, ada kecenderungan jumlah calon donor plasma konvalesen turun sejak April lalu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Banyak pasien Covid-19 harus mengantre guna mendapatkan plasma konvalesen untuk terapi. Pasalnya, sejauh ini produksi tidak sebanding dengan kebutuhan. Oleh karena itu, Palang Merah Indonesia Kota Kediri, Jawa Timur, berharap penyintas yang menenuhi syarat agar bersedia menjadi donor.
Kepala Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Kediri Ira Widyastuti, Selasa (13/7/2021), mengatakan, jumlah pasien yang membutuhkan plasma konvalesen mencapai dua kali lipat dari produksi plasma. Padahal, seorang pasien membutuhkan satu-dua kantong plasma konvalesen.
”Sampai sekarang, antrean kami, hanya untuk golongan darah A. Ada 17 pasien yang rata-rata butuh dua kantong. Itu data sejak 1 Juli. Mereka berasal dari sejumlah daerah, tidak hanya dari Kediri,” ujar Ira ketika dihubungi dari Malang.
PMI Kota Kediri melayani sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur bagian barat, seperti Madiun Raya, Ngawi, Ponorogo, Magetan, dan Pacitan. Selain itu, beberapa daerah di Karesidenan Kediri, seperti Nganjuk, Blitar Raya, dan Trenggalek, serta Kediri Raya juga mengandalkan dari PMI Kota Kediri.
Menurut Ira, orang yang bersedia menjadi donor plasma konvalesen saat ini tidak sebanyak pada Februari-Maret. Sejak pertengahan April, jumlah donor turun drastis. Jika Februari-Maret jumlah calon donor yang mendaftar bisa mencapai 10 orang per hari, sejak April hanya dua-tiga orang dalam sepekan.
Sejauh ini, secara keseluruhan di PMI Kota Kediri sudah ada 182 donor plasma konvalesen dengan produksi 480-an kantong. Adapun jumlah pasien yang sudah mendapatkan plasma 360-an orang.
”Kami kurang tahu penyebab pasti mengapa jumlah penyintas yang mau menjadi donor berkurang. Saat ini, sepertinya semua orang takut untuk keluar rumah. Mungkin itu jadi salah satu penyebab. Selain itu, kondisi penyebaran Covid-19 saat ini juga luar biasa. Penambahan pasiennya cepat,” kata Ira.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, PMI terpaksa membuat daftar tunggu. PMI Kota Kediri dan jaringannya juga meminta keluarga pasien membawa donor pengganti. Masalahnya, setelah memasuki Bulan Juli rata-rata calon donor pengganti sudah sembuh dari Covid-19 lebih dari tiga bulan (waktu yang disyaratkan dua minggu-dua bulan setelah sembuh) sehingga tidak memenuhi kriteria.
”Selain itu, penyintas yang komorbid juga tidak boleh donor plasma. Begitu pula mereka yang tidak bergejala atau bergejala ringan karena rumah sakit penuh akhirnya isolasi mandiri. Isolasi mandiri rata-rata pemeriksaannya hanya swab antigen, bukan polymerase chain reaction (PCR). Padahal, syarat mutlak menjadi donor konvalesen adalah swab PCR positif,” jelasnya.
Disinggung soal penyintas laki-laki yang menjadi prioritas untuk donor konvalesen. Ira menjelaskan donor perempuan disyaratkan bagi mereka yang belum pernah hamil. Cukup sulit mendeteksi apakah yang bersangkutan benar-benar belum pernah hamil sehingga harus dilakukan pemeriksaan antibodi human leukocyte antigen (HLA).
”(Alat pemeriksaan) antibodi HLA tidak ada di Kediri. Adanya di Surabaya dan Jakarta. Kalau kita dapat donor dari penyintas perempuan, prosesnya panjang dan lama. Karena alat pemeriksaan tidak ada, kami lebih memprioritaskan yang laki-laki,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Unit Donor Darah PMI Kabupaten Blitar Christine Indrawati membenarkan bahwa hasil koordinasi dengan PMI Tulungagung, Kota Malang, dan Kota Kediri, menyatakan yang saat ini dibutuhkan adalah donor plasma konvalesen laki-laki.
”Kapan hari saya terpaksa menolak rombongan ibu-ibu yang sebenarnya pengen donor plasma konvalesen. Kami sudah pindai awal di Blitar, tetapi ketika kami konsultasikan ke PMI tujuan, mereka minta donornya laki-laki. Sehingga batal,” ujarnya.
Menurut Christine, pihaknya sudah menyosialisasikan agar penyintas bersedia menjadi donor plasma. Namun, upaya itu tidak mudah karena beberapa hal, salah satunya banyak penyintas yang takut untuk jadi donor. ”Selain itu juga masa sembuhnya sudah melebihi batas waktu yang ditentukan,” katanya.