Elan Kesetiakawanan bagi Warga ”Isoman”
Warga desa di Kabupaten Magelang dan Batang, Jawa Tengah, siaga dan peduli membantu tetangga sekitarnya yang tengah menjalani isolasi mandiri. Segala bentuk perhatian diyakini sebagai bagian upaya mendukung kesembuhan.
Di tengah gelombang penularan Covid-19 yang semakin tinggi, kepedulian warga desa tetap menyala bagi mereka yang terpapar virus dan terasing menjalani isolasi mandiri. Tak hanya di kota, warga desa punya cara sendiri untuk saling menjaga. Dukungan dan bantuan mengalir dalam berbagai bentuk. Kepedulian menjadi merupakan bagian dari upaya mendukung penyembuhan.
Di Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang mayoritas penduduknya adalah petani sayur, kepedulian warga ditunjukkan dengan kesigapan mereka membantu, memastikan agar petani yang menjalani isolasi mandiri (isoman) tidak lagi pusing perihal aktivitas pertanian di lahannya.
Tetangga sekitar biasanya akan langsung bergerak cepat melakukan beragam aktivitas sesuai kebutuhan tanaman, mulai dari menyemprotkan obat hama, mengguyur pupuk, hingga membantu memanen serta menjualnya ke pasar.
”Saat yang lain membantu memanen, petani yang tengah menjalani isolasi mandiri tinggal menunggu uang hasil penjualan sayurnya diletakkan di pintu rumah,” ujar Muji Warsono, koordinator sukarelawan penanganan Covid-19 di Desa Ngablak, Sabtu (10/7/2021).
Komunikasi tentang volume sayuran yang dipanen serta harga dilakukan lewat telepon seluler. Tidak hanya aktivitas bertani, warga biasanya juga ikhlas membantu mencarikan rumput untuk kebutuhan pakan ternak para penderita Covid-19. Rumput akan dipotong, kemudian dibawa dan diletakkan di depan pintu rumah pasien.
Baca juga : Pasien Isolasi Mandiri Perlu Pendampingan Medis dan Psikologis
Sejak awal pandemi Covid-19, Desa Ngablak membentuk kelompok sukarelawan yang anggotanya tersebar di tujuh dusun. Sukarelawan tersebut bertugas, antara lain, membantu mendistribuskan bantuan pangan dan vitamin bagi pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah.
Namun, di luar tugas atau aktivitas yang dilakukan kelompok sukarelawan biasanya langsung dilakukan warga lain, tanpa diminta. Adapun bantuan memanen sayuran dan mencari rumput yang menjadi rutinitas penting petani disadari warga menjadi hal yang harus dilakukan agar petani penderita Covid-19 bisa lebih tenang menjalani masa isolasi.
”Kami menyadari, ketenangan pikiran menjadi bagian penting untuk mendukung kesembuhan,” ujarnya. Warga pun ikhlas menolong memberi beragam bantuan makanan, sayuran, ikan, ataupun ayam, baik dalam bentuk bahan mentah maupun masakan olahan.
Sementara itu, di Desa Sidogede, Kecamatan Grabag, keinginan warga untuk membantu menyediakan makanan juga langsung diwujudkan dengan membentuk dapur umum. Dapur umum itu setiap hari menyuplai lauk-pauk dua kali sehari kepada para pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Joko Wasito (48), salah seorang warga, mengatakan, aktivitas dapur umum dan pengantaran lauk-pauk ke rumah pasien Covid-19 melibatkan sedikitnya 34 warga. Mereka, di antaranya, adalah empat orang yang khusus bertugas sebagai koki. Para koki ini sengaja dipilih dari mereka yang benar-benar tepercaya menghasilkan hidangan enak untuk acara hajatan. ”Jika diberi masakan yang bercita rasa enak, pasien pun bisa menjalani masa isolasi dengan senang dan tenang,” ujarnya.
Jika diberi masakan yang bercita rasa enak, pasien pun bisa menjalani masa isolasi dengan senang dan tenang.
Seperti diungkapkan Muji, perasaan tenang dan senang dari pasien diyakini nantinya juga akan semakin mempercepat kesembuhan mereka. Menu lauk pun disusun dengan cermat sehingga dapat benar-benar menjadi asupan bergizi bagi pasien.
Dibuka akhir Juni lalu, ide dapur umum tersebut muncul karena saat itu jumlah penderita Covid-19 melonjak mencapai 70 orang. Memasak dan memberikan bantuan lauk dinilai lebih efektif dibandingkan memberi bantuan bahan mentah karena hal itu dapat benar-benar menekan gerak pasien sehingga tidak perlu belanja ke luar rumah.
Karena saat itu separuh perangkat desa terpapar Covid-19 dan anggaran penanganan Covid-18 tidak bisa dicairkan, warga pun sepakat bergerak sendiri. Beramai-ramai mereka menyumbang uang dan bahan untuk menjadi bahan baku masakan di dapur umum.
Dapur umum tersebut beroperasi selama seminggu dan melayani kebutuhan lauk-pauk bagi pasien Covid-19 bersama keluarganya dengan jumlah total warga mencapai 200 orang. Dinilai cukup efektif untuk mendukung kesembuhan pasien, Tadi memastikan dapur umum akan kembali digerakkan saat jumlah kasus Covid-19 kembali melambung.
Baca juga : Obat dan Suplemen untuk Pasien Isoman di Jabar Mulai Diberikan
Dapur umum juga didirikan di Desa Girikulon, Kecamatan Secang, 25 Juni lalu. Murni dari inisiatif warga, aktivitas memasak dan menu makanan mengandalkan bahan baku yang didapatkan dari warga sekitar.
Kepala Desa Girikulon Asdat Imam Ukir mengatakan, setelah sempat diadakan pada tahun 2020, aktivitas dapur umum kembali digerakkan karena hal itu dinilai mampu mendukung para pasien yang sedang menjalani masa isolasi dan membuat mereka benar-benar tertib menjalankan protokol kesehatan di rumah.
”Merasa berterima kasih terhadap perhatian warga. Pasien isolasi biasanya akan membalasnya dengan berdisiplin diam di rumah dan menjalankan protokol kesehatan dengan baik,” ujarnya.
Teman curhat
Di luar masalah bantuan, warga, terutama sukarelawan desa, juga harus memberikan dukungan dengan menyiapkan dirinya sebagai teman berbagi, menerima curahan hati (curhat) dari pasien Covid-19 yang kerap kali merasa putus asa.
”Kami harus siaga mendengarkan dan memberikan penghiburan. Pasien yang menjalani isolasi kerap merasa sedih, stres, dan mengeluh apakah mereka masih bisa bertahan hidup keesokan pagi atau tidak,” kata Tadi.
Tadi, yang sempat terpapar Covid-19 pada tahun 2020, kerap menjadi sasaran curahan hati para pasien melalui telepon seluler. Keluhan para pasien itu kerap diterimanya dari pagi hingga larut malam.
Telepon seluler Rohman, sukarelawan penanganan Covid-19 di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, juga terus siaga 24 jam. Tidak hanya menerima permintaan warga yang ingin dibelikan vitamin atau makanan tertentu dari warung terdekat, setiap hari ia juga harus selalu menjalin komunikasi, mengecek kondisi pasien, serta memberi semangat kesembuhan kepada mereka. ”Kami harus memberikan semangat agar mereka pun dapat selalu berpikir positif dan termotivasi untuk sembuh,” ucapnya.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, Nanda Cahyadi Pribadi, mengatakan, kebutuhan setiap pasien isolasi dan keluarganya bisa dicukupi desa dengan menggerakkan warga dan mengoptimalkan program Jogo Tonggo.
Di luar itu, jika terjadi kekurangan, Pemerintah Kabupaten Magelang juga telah menyiapkan bantuan logistik yang terdiri atas bahan pokok, seperti beras, gula, dan minyak goreng. Permintaan bantuan tersebut bisa sewaktu-waktu diajukan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Terhitung sejak Januari 2021, BPBD telah membantu menyalurkan lebih dari 3.000 paket bantuan makanan kepada pasien yang menjalani isolasi mandiri. Paket tersebut terdiri dari beras, susu, dan mi instan.
Petani Batang
Di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, semangat kesetiakawanan juga ditunjukkan para petani sayur. Di sini, semangat solidaritas tetap menyala terang. Melihat orang lain kesulitan memenuhi kebutuhan selama isolasi mandiri membuat sejumlah petani yang tergabung dalam komunitas Omah Tani di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, tergugah untuk membantu. Hampir setiap pagi mereka mengirimkan sayuran, seperti sawi, kubis, kentang, labu siam, dan kelapa, ke komunitas Kampung Hijrah di Kecamatan Batang.
Selain mengirimkan sayuran, para petani juga dilibatkan dalam mengolah makanan untuk warga yang sedang menjalani isolasi mandiri. Setiap pagi, para petani yang umumnya perempuan itu dijemut oleh anggota komunitas Kampung Hijrah. Setelah selesai mengolah makanan pada sore hari, mereka akan kembali diantar pulang ke Bandar.
Setiap hari, petani dari Omah Tani dan anggota Kampung Hijrah mengolah dan membagikan 176-180 bungkus makanan untuk warga yang menjalani isolasi mandiri. Makanan itu mereka antar ke rumah warga pada sore hari. Sebab, selama pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, warung-warung makan tutup lebih awal. Akibatnya, warga yang menjalani isolasi mandiri kesulitan mencari makan malam. Gerakan ini sudah berjalan sejak Sabtu (3/7/2021) atau hari pertama PPKM darurat.
”Saat mengantar makanan, kami sering mendapat protes tentang kenapa (warga) yang rumahnya bagus dapat bantuan. Lalu kami jelaskan bahwa kami tidak memandang mana yang kaya dan miskin. Pada prinsipnya, orang kaya ataupun orang miskin perlu dibantu di saat-saat seperti ini,” kata Gotama Bramanti (43), inisiator program pembagian makan bagi warga yang menjalani isolasi mandiri.
Sementara di Pekalongan, Jawa Tengah, gerakan solidaritas juga dilakukan pemilik Raja Ampat Resto Pekalongan, Mochammad Syadhali (31). Kendati omzetnya turun hingga 80 persen selama pandemi, ia tetap rela menolong sesama. Sejak penerapan PPKM darurat, karyawan di restorannya lebih banyak menganggur. Ia pun memiliki ide memberdayakan mereka untuk membuat paket makanan bagi warga. Setiap hari, 150-200 bungkus nasi ia bagikan sebanyak dua kali untuk warga yang menjalani isolasi mandiri.
”Saya berharap, apa yang kami lakukan banyak diikuti pelaku usaha lain sehingga Pemerintah Kota Pekalongan bisa fokus menangani pasien-pasien dari sisi kesehatan. Untuk masalah isolasi mandiri, biar kami pelaku usaha yang mengurusi,” ujar Mochammad.
Tak berselang lama setelah gerakan pembagian makanan yang ia lakukan viral di media sosial, sejumlah pengusaha di Kota Pekalongan mulai menawarkan bantuan kepadanya. Lantaran khawatir mulai kewalahan, Mochammad menyarankan kepada mereka untuk membuat gerakan serupa di tempat usahanya masing-masing. Saran itu diterima, kemudian sejumlah gerakan serupa bermunculan di ”Kota Batik”.
Di masa sulit, kepedulian menjadi obat paling murah, sekaligus paling mujarab, bagi warga yang terpapar Covid-19. Saat terasing menjalani isolasi mandiri, perhatian dari sesama setidaknya membuat mereka tetap bersemangat untuk segera pulih.