Ditemukan Bungkus Racun dalam Perut Gajah Mati Tanpa Kepala di Aceh
Kuat dugaan, gajah tersebut mati karena perburuan. Indikasinya, gajah yang mati jantan, berusia 12 tahun, yang standarnya memiliki gading 15 cm hingga 30 cm. Kepala gajah itu hilang.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Petugas menemukan dua bungkus plastik berisi racun dalam perut gajah sumatra yang ditemukan mati tanpa kepala. Aparat penegak hukum membentuk tim khusus untuk memburu pelaku pembunuhan gajah itu.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto, Selasa (13/7/2021), menuturkan, dua bungkusan berisi racun itu ditemukan dalam lambung gajah. Setelah gajah mati, baru kepalanya dipotong menggunakan gergaji mesin oleh pelaku.
”Kematian gajah liar ini akibat racun. Namun, kami harus memeriksa organ-organ untuk diperiksa di laboratorium,” kata Agus.
Tidak jauh dari posisi bangkai ditemukan sebuah belalai. Pada pangkal belalai terdapat bekas potongan yang mengarah pangkal gading. Agus menduga gajah berusia 12 tahun itu memiliki gading. Standar panjang gading gajah seusia itu sekitar 15 cm hingga 30 cm.
Dihubungi terpisah, Kepala Polisi Resor Aceh Timur Ajun Komisaris Besar Eko Widiantoro menuturkan, polisi mulai melakukan penyelidikan pelaku pembunuhan hewan dilindungi itu. Polisi menduga pembunuhan gajah dilakukan untuk kepentingan perdagangan satwa.
”Kuat dugaan gajah tersebut mati karena perburuan. Indikasinya gajah yang mati jantan dan gadingnya hilang,” kata Eko.
Saat ini, 80 persen gajah di Aceh berada di luar kawasan konservasi. Gajah semakin mudah diburu dan konflik semakin masif. (Donny Gunaryadi)
Perburuan gajah di Aceh Timur bukan kali pertama terjadi. Pada awal 2017, gajah jinak bernama Bunta diracun saat berada di pusat mitigasi dan sepasang gadingnya raib. Dalam kasus itu polisi dapat menangkap pelaku hingga divonis penjara.
Modus perburuan gajah di Aceh beragam seperti meracun, menjerat dengan kabel listrik, dan menembak. Data dari BKSDA Aceh sejak 2016 hingga 2020, sebanyak 42 ekor gajah mati atau berkisar 8-9 ekor gajah mati per tahun. Penyebab kematian 57 persen karena konflik, 33 persen mati alami, dan 10 persen karena perburuan.
Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) Donny Gunaryadi mengutuk pelaku perburuan. Donny menilai perburuan semakin barbar, sasaran bukan hanya gajah dewasa, melainkan juga gajah remaja.
Lokasi pembunuhan juga berada di dalam perkebunan sawit, milik sebuah perusahaan pemegang konsesi. ”Saat ini, 80 persen gajah di Aceh berada di luar kawasan konservasi. Gajah semakin mudah diburu dan konflik semakin masif,” kata Donny.