RSUD Dr Soetomo Surabaya Bangun Triase Darurat Covid-19 Berbahan Kontainer
Masih tutupnya layanan IGD di belasan rumah sakit di Surabaya mengakibatkan RSUD Dr Soetomo semakin kewalahan melayani pasien Covid-19. Agar layanan tak terhenti, RS rujukan ini bangun triase darurat dari kontainer.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya membangun triase darurat untuk perawatan darurat Covid-19 dari kontainer. Sementara itu, 14 rumah sakit di Jawa Timur masih menutup sementara layanan instalasi gawat darurat.
Lima kontainer itu berjajar di depan IGD RSUD Dr Soetomo, Minggu (11/7/2021). Setiap kontainer berisi tempat tidur pasien dan ruang pemeriksaan. Berfungsi sebagai triase darurat, kontainer ini menjadi solusi sementara karena kapasitas IGD penuh sehingga pasien meluber hingga selasar rumah sakit.
Triase merupakan sistem penanganan pasien berdasarkan klasifikasi gawat darurat. Klasifikasi itu menentukan pasien yang harus ditangani lebih dulu. Penentuannya berdasarkan kondisi kesehatan atau tingkat keparahan penyakit.
Direktur RSUD Dr Soetomo Djoni Wahyuadi mengatakan, jumlah pasien Covid-19 masih tinggi. Hal itu mengakibatkan pasien meluber hingga ke selasar rumah sakit. Saat ini, ada 20 pasien terpaksa menempati selasar.
”Total ada lima kontainer yang mampu menampung 25 pasien. Setiap kontainernya sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk perawatan Covid-19, seperti saluran udara, sehingga bisa dioperasikan menampung pasien yang saat ini dirawat di selasar,” ujar Djoni.
Djoni, juga Ketua Tim Kuratif Satgas Covid-19 Provinsi Jatim, mengatakan, pihaknya terus berupaya memberikan layanan kesehatan secara optimal di tengah pasien yang terus melonjak tinggi. Oleh karena itu, meski kondisi RSUD Dr Soetomo sudah kelebihan kapasitas, pihaknya tetap tidak akan menutup layanan.
RSUD Dr Soetomo juga menambah ruangan dan tenaga kesehatan serta melalui rekrutmen sukarelawan. Saat ini, di area parkir sebelah utara tengah dibangun ruangan dengan kualitas perawatan high care unit (HCU) untuk merawat pasien dengan kategori sedang dan berat dengan kapasitas 150 tempat tidur.
Alat-alat anestesi yang ada di ICU akan disiapkan untuk memenuhi fasilitas perawatan di ruangan tersebut. ”Hanya tempatnya yang direlokasi dari ICU pasien non-Covid-19 menjadi ICU pasien Covid-19. Selain itu sedang direkrut dokter-dokter yang baru lulus sebagai sukarelawan meskipun belum memiliki surat tanda registrasi. Saat ini, proses perizinannya di Kementerian Kesehatan,” kata Djoni.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim, pada Sabtu, jumlah kasus terkonfirmasi positif di Jatim secara kumulatif mencapai 191.942 kasus. Terdapat penambahan kasus baru hingga 2.237 kasus dibandingkan sehari sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 14.286 orang masih dirawat.
Provinsi Jatim mengalami lonjakan kasus sejak Juni. Bahkan, pekan ini, mayoritas daerahnya memerah. Dari 38 kabupaten dan kota, 20 daerah di antaranya masuk zona merah dalam peta risiko sebaran Covid-19. Jumlah daerah zona merah naik hampir tujuh kali lipat dari pekan lalu yang hanya tiga daerah.
Tingginya angka kasus yang dirawat ini mengakibatkan ruang perawatan di rumah sakit rujukan penuh sehingga tidak bisa lagi menerima pasien. Di Surabaya, misalnya, 14 rumah sakit rujukan masih menutup layanan IGD karena kondisi tempat tidur isolasi dan intensif penuh.
Distribusi oksigen
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pihaknya akan terus menambah ruang isolasi Covid-19 di RSUD Dr Soetomo. Alasannya, rumah sakit ini menjadi rujukan bagi masyarakat Jatim. Menurut Khofifah, di masa sulit seperti ini harus tetap ada layanan yang memberikan pengharapan bagi seluruh masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid 19.
”Pemerintah Provinsi Jatim berupaya memaksimalkan layanan kesehatan supaya proses penanganan yang dilakukan lebih komprehensif. Tetapi perlu diingat, ini hanya sektor hilir. Hulunya tetap disiplin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan,” ujar Khofifah.
Selain memastikan ketersediaan tempat tidur pasien Covid-19, mantan Menteri Sosial ini juga terus memantau pasokan oksigen medis. Dua hari berturut-turut, Khofifah mengunjungi dua produsen oksigen di Kabupaten Gresik.
Untuk mencegah keterlambatan pendistribusian oksigen ke rumah sakit yang bisa berakibat fatal, Pemprov Jatim meminta seluruh rumah sakit rujukan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota setempat. Manajemen RS juga diminta proaktif membawa silinder atau tabung oksigen ke tempat-tempat pengisian.
”Dari dua pabrik yang saya datangi, produksi oksigennya masih sangat mencukupi untuk kebutuhan medis. Namun, tolong proaktif dari setiap rumah sakit dan para kepala daerah,” ujar Khofifah.
Sikap proaktif ini menjadi penting sebab produsen oksigen mengakui adanya keterbatasan armada dan tenaga untuk mendistribusikan barangnya ke distributor dan ke mitra rumah sakit. Kendala itu bisa disiasati dengan membawa langsung silinder atau tabung oksigen ke tempat pengisian di pabrik untuk memangkas panjangnya rantai distribusi.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini menyadari, rumah sakit saat ini membutuhkan sangat banyak energi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya berharap koordinasi antara rumah sakit dan pemerintah kabupaten/kota harus berjalan optimal agar kendala-kendala teknis di lapangan bisa diatasi segera.
Agar pengisian tabung oksigen berjalan lancar, Khofifah telah berkoordinasi dengan Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal Suharyanto dan Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal (Pol) Nico Afinta untuk mengawal pendistribusian. Pemprov Jatim juga memerintahkan tim ahli BPBD Jatim untuk mengatur ketersediaan dan pendistribusian oksigen supaya tidak sampai kehabisan.