Pemenuhan Asupan Gizi Saat Terpapar Covid-19 Bukan Hanya Susu
Asupan gizi bagi pasien yang terpapar Covid-19 tidak hanya dari susu, tetapi justru bersumber dari mengonsumsi makanan beragam termasuk vitamin C dengan menyantap berbagai macam buah-buahan.
SURABAYA, KOMPAS — Bertambahnya kasus positif Covid-19 memunculkan banyak informasi mengenai cara untuk sembuh dari penularan virus korona. Salah satunya susu disebut-sebut sebagai salah satu asupan gizi saat terpapar Covid-19. Akibatnya permintaan susu melonjak. Padahal, susu bukanlah satu-satunya sumber yang dapat memenuhi zat gizi tersebut.
Dosen Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya Stefania Widya Setyaningtyas, Jumat (9/7/2021) mengatakan, ketika ada yang tidak bisa minum susu atau tidak tersedia untuk memenuhi zat gizi, dapat diganti dengan sumber lain, semisal tahu, tempe, daging dan kacang-kacangan,” ujarnya.
Memang saat ini susu memiliki berbagai jenis seperti ultra heat treatment (UHT), pasteurisasi dan steril. Ketiganya memiliki perbedaan pada proses pemanasan yang dilakukan dan masa simpannya. Susu UHT dipanaskan dengan suhu sangat tinggi dan waktu cepat.
Sementara susu pasteurisasi dipanaskan dengan suhu kurang lebih 70 derajat celsius, dan susu steril dipanaskan dengan suhu kurang lebih 100 derajat celsius. ”Biasanya masa penyimpanan susu steril lebih lama dibandingkan dengan lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Stefania menegaskan bahwa susu tidak dapat meningkatkan imun tubuh. ”Sistem imun tubuh sudah memiliki format kerja, maka yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan sistem imun, salah satu dengan mengkonsumsi vitamin C yang terbukti dapat mengurangi gejala penyakit influenza.
Vitamin C memiliki kapasitas sebagai antioksidan yang dapat membantu meringankan peradangan dengan membuang sisa-sisa perlawanan sel imun tubuh. Karena itu, mengonsumsi vitamin C dosis tinggi ketika menderita infeksi pasti berdampak baik. Sebaliknya jika tidak mengalami infeksi sebanyak apa pun vitamin C yang dikonsumsi tidak akan berdampak apa-apa. Hal ini karena tubuh sudah punya mekanisme regulasi untuk menjaga kadar vitamin C dalam darah.
Baca juga: Memastikan Asupan Gizi bagi Pasien Covid-19
Menurut dia, orang Indonesia membutuhkan vitamin C sekitar 75 miligram (mg) pada perempuan dewasa dan 90 mg pada laki-laki dewasa. Kelebihan vitamin C akan dieliminasi oleh tubuh. Vitamin C bisa diperoleh dengan cara mudah dari antara buah-buahan.
Selain itu, sayuran juga memiliki kandungan vitamin C bagi tubuh. Namun, proses pemanasan yang dilakukan dapat menurunkan jumlah vitamin C secara signifikan. Mendapatkan vitamin C, sangat mudah antara lain dengan mengonsumsi jambu biji atau jambu monyet, pisang, pepaya dan mangga.
Stefania juga menyebutkan, jika seseorang terpapar Covid-19, tetapi tidak mengalami gejala berat, disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Tentu isolasi mandiri memiliki berbagai ketentuan tertentu salah satunya adalah pemenuhan nutrisi.
Seperti yang diketahui tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup dapat memberikan energi yang cukup pula bagi tubuh. ”Kebutuhan gizi orang yang isolasi mandiri bergantung pada kondisi fisiknya sendiri. Semisal mengalami gejala demam, butuh asupan energi dan cairan lebih banyak dibandingkan biasanya. Adanya penyakit penyerta juga memengaruhi kebutuhan gizinya,” katanya.
Stefania menegaskan bahwa tidak ada makanan yang dapat mencegah atau menyembuhkan Covid-19. ”Makanan dikonsumsi lebih berperan untuk mengoptimalkan kerja sistem imun, dan makanan yang baik adalah seimbang dan beragam,” ujarnya.
Baca juga: Rentan Terinfeksi Covid-19, Jaga Asupan Gizi Anak Selama Pandemi
Perlu diketahui status gizi seseorang juga dapat memprediksi tingkat keparahan akibat terpapar Covid-19. ”Orang yang obesitas diketahui berpeluang besar untuk menderita Covid-19 dengan gejala yang lebih berat. Oleh karena itu, menjaga pola makan seimbang serta cukup beraktivitas fisik di rumah menjadi hal penting yang harus dilakukan,” ujarnya.
Makanan dikonsumsi lebih berperan untuk mengoptimalkan kerja sistem imun, dan makanan yang baik adalah seimbang dan beragam
Saat mengolah makanan untuk seseorang yang sedang isolasi mandiri tidak ada tata cara khusus bahkan belum ada penelitian yang menerangkan bahwa Covid-19 dapat berpindah melalui makanan. Sebaiknya olah makanan dengan memasak hingga matang atau panaskan kembali makanan yang dibeli jika tidak segera dimakan.
Membuat perencanaan menu makanan serta perencanaan belanja dapat dilakukan bagi seseorang yang tengah isolasi mandiri untuk mengurangi intensitas keluar rumah. Jalankan beberapa tips untuk meningkatkan masa simpan bahan makanan seperti menyimpan sayur hijau dengan membungkus pada wadah yang diberi lubang dan kertas atau tisu.
Kesehatan mata
Pandemi Covid-19 membuat kegiatan pembelajaran dilakukan secara dalam jaringan atau online. Tidak hanya itu, banyak karyawan juga menerapkan sistem work from home untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa harus datang ke kantor. Kondisi tersebut membuat orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan gawai. Sementara, menatap layar terlalu lama menyebabkan mata cepat lelah, kering, bahkan menyebabkan kelainan pada mata.
Menurut dokter spesialis mata Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Mohamad Nurdin Zuhri, menjaga kesehatan mata sangat diperlukan pada masa pandemi Covid-19. Alasannya banyak pasien pada era pandemi mengalami kelelahan mata mata kering, ataupun kelainan refraksi atau kabur pada penglihatan.
Baca juga: Begini Cara Menjaga Kesehatan Mata pada Era Daring
”Biasanya yang paling banyak di klinik pasien anak-anak dengan keluhan kabur penglihatan atau mata lelah. Setelah diperiksa dan diagnosis pasien terkena miopi atau astigmatisma,” katanya.
Untuk itu kata Nurdin, penyebab mata lelah pada era daring adalah durasi kerja jarak dekat yang cukup lama. Ketika melihat dengan jarak dekat, mata akan mengalami penyesuaian untuk menerima bayangan yang jelas dari obyek yang dilihat, otot pada mata akan mengalami kontraksi sehingga menyebabkan kelelahan pada mata.
Ketika melihat dengan jarak dekat maka otot mata akan lebih berkontraksi. Ibarat kita mengangkat benda berat, beberapa menit mungkin kuat. Akan tetapi, kalau sudah berjam-jam membuat mata lelah. Untuk itu, perlu mengatur jarak saat menggunakan gawai adalah salah satu hal penting.
Postur tubuh berpengaruh pada jarak ideal penggunaan gawai, biasanya yang paling umum adalah dengan jarak satu lengan atau sekitar 30-40 cm.
”Jarak yang baik antara mata dengan gawai itu tergantung postur tubuh sebenarnya, karena postur tubuh setiap orang pasti berbeda,” tuturnya.
Gawai layar lebar
Dokter dari kota Pasuruan itu menerangkan bahwa penggunaan telepon seluler tidak dianjurkan saat sekolah atau kerja dengan metode daring karena ponsel memiliki layar yang cukup kecil sehingga hal itu menyebabkan otot mata lebih berkontraksi. Jarak penggunaan ponsel terhadap mata juga relatif dekat dibandingkan dengan menggunakan komputer atau laptop.
”Usahakan tidak memakai ponsel, tetapi menggunakan laptop atau komputer karena laptop atau komputer memiliki layar yang lebih besar dan jarak penggunaannya yang juga lebih jauh sehingga itu mengurangi terjadinya astenopia atau mata kelelahan,” tuturnya.
Dijelaskan, aturan dua puluh merupakan aturan yang efektif untuk mencegah kelelahan pada mata. Arti dari aturan dua puluh, yaitu selama dua puluh menit melihat layar, kemudian dilanjut istirahat selama dua puluh detik dengan melihat sejauh dua puluh kaki.
”Saat melihat jarak jauh dengan jarak dua puluh kaki atau sekitar enam meter, otot-otot mata akan berelaksasi sehingga hal itu membuat mata lebih rileks,” ungkapnya.
Menurut Nurdin, mata kering pada dasarnya ada dua prinsip, yang pertama karena produksi air mata yang berkurang, dan yang kedua terjadi peningkatan evaporasi atau penguapan air mata. Pada kebanyakan orang yang tidak memiliki penyakit sistemik, mata kering disebabkan oleh penguapan air mata yang meningkat.
Hal tersebut karena frekuensi kedipan hanya 4-6 kali per menit bahkan sampai 2 kali per menit saat melihat gadget, normalnya kedipan mata terjadi 14-16 kali per menit. ”Saat melihat sesuatu yang serius pada gawai, frekuensi berkedip akan berkurang sehingga meningkatkan evaporasi air mata,” ungkapnya.
Pada gawai terdapat bluelight yang dapat menyebabkan mata cepat lelah karena bluelight memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. Namun, pada gawai saat ini telah dilengkapi dengan bluelight filter atau night mode sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kenyamanan pada mata.
”Dari segi teknologi pun sebenarnya sudah membantu meringankan upaya menjaga kesehatan mata sehingga saat membeli gawai kita bisa melihat ia ramah di mata atau tidak,” tandasnya. Mengonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan mata bukan keharusan, tetapi tergantung pada nutrisi yang masuk pada tubuh seseorang.
Jika nutrisi sudah dianggap baik, mengonsumsi suplemen tidaklah diperlukan. Sepanjang nutrisi sudah cukup untuk kesehatan mata, tidak perlu suplementasi dari luar.