Permasalahan Petani di Tengah Pandemi Kian Kompleks
Permasalahan petani di tengah situasi pandemi Covid-19 kian kompleks. Dalam konteks reforma agraria, situasi pandemi Covid-19 nyatanya tidak mengurangi ancaman terhadap petani dan orang-orang yang bekerja di perdesaan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menyelamatkan gabah kering panen dari banjir, Rabu (10/2/2021). Warga yang mayoritas bertani belum bisa beraktivitas normal karena lahan pertanian masih terendam.
BANJARBARU, KOMPAS — Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang semakin menjadi-jadi, para petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia atau SPI menggelar pertemuan daring untuk merayakan ulang tahun ke-23 SPI. Dalam pertemuan itu mengemuka bahwa permasalahan petani di tengah pandemi kian kompleks.
Pertemuan daring perayaan ulang tahun SPI kali ini disiarkan secara langsung dari Sekretariat Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Kalimantan Selatan di Banjarbaru, Kamis (8/7/2021) malam. Acara pertemuan melalui aplikasi Zoom dan disiarkan lewat Facebook itu diikuti para petani dari 22 provinsi se-Indonesia.
Ketua Umum SPI Henry Saragih mengatakan, kelahiran SPI adalah hasil dari perjalanan panjang perjuangan petani Indonesia demi memperoleh kebebasan untuk menyuarakan pendapat, berkumpul, dan berorganisasi guna memperjuangkan hak-haknya yang telah ditindas dan diisap, yang menyebabkan kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan.
”Memasuki usia ke-23 di tahun 2021 ini, perjuangan SPI dihadapkan pada tantangan merebaknya pandemi Covid-19. Dalam konteks reforma agraria, situasi pandemi Covid-19 nyatanya tidak mengurangi ancaman terhadap petani dan orang-orang yang bekerja di perdesaan,” kata Henry lewat siaran pers yang diterima di Banjarmasin, Jumat (9/7/2021).
ARSIP DPW SPI KALSEL
Acara potong tumpeng pada perayaan ulang tahun ke-23 Serikat Petani Indonesia di Sekretariat Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Kalimantan Selatan di Banjarbaru, Kamis (8/7/2021) malam.
Laporan dari anggota SPI di berbagai wilayah menyebutkan intimidasi dari berbagai perusahaan di atas tanah konflik agraria masih terus terjadi. Bahkan, mengarah pada diskriminasi hukum dan kriminalisasi kepada petani.
Dalam konteks reforma agraria, situasi pandemi Covid-19 nyatanya tidak mengurangi ancaman terhadap petani dan orang-orang yang bekerja di perdesaan. (Henry Saragih)
Di bidang kebijakan, reforma agraria melalui redistribusi tanah kepada petani juga berjalan sangat lambat, yang menjadikan penyelesaian konflik agraria tidak berujung. Hal ini semakin dipersulit dengan disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja, yang justru mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkontradiksi dengan pelaksanaan reforma agraria dan kedaulatan pangan di Indonesia.
Karena itu, pada peringatan hari ulang tahun ke-23, SPI mengusung tema ”Gelorakan Perjuangan Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan dengan Menggalang Persatuan Nasional untuk Merebut Kedaulatan Rakyat Menuju Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Menurut Henry, tema itu menegaskan perjuangan reforma agraria dan kedaulatan pangan merupakan solusi. ”Solusi ini tidak hanya bagi petani, tetapi bagi seluruh rakyat di dunia. Ini mengingat ancaman krisis pangan maupun ekonomi yang membayang-bayangi di tengah pandemi Covid-19,” tuturnya.
Memicu krisis
Sejak ditetapkan statusnya sebagai pandemi pada awal tahun 2020 lalu, ujar Henry, Covid-19 belum dapat teratasi sampai saat ini. Bahkan di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, situasinya semakin genting dan harus diperhatikan secara saksama.
”Ancaman terjadinya krisis kesehatan semakin nyata. FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian PBB) bahkan memperkirakan apabila situasi terus memburuk, maka dapat memicu krisis lainnya termasuk juga krisis pangan,” katanya.
Menurut Ketua DPW SPI Kalsel Dwi Putra Kurniawan, permasalahan petani di Borneo juga tidak sedikit di tengah pandemi Covid-19, mulai dari konflik agraria, pencemaran, hingga bencana ekologi yang menimpa para petani di Kalsel. Petani di Kalimantan juga harus berjuang menghadapi berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap kaum tani maupun masyarakat perdesaan.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga membuat persemaian padi baru agar tidak terendam banjir di Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (10/2/2021).
”Harapan serta mimpi-mimpi petani dan keluarga petani untuk hidup sejahtera masih jauh panggang dari api. Perayaan milad SPI tahun ini kiranya menjadi tonggak sejarah bagi para petani di pulau Kalimantan yang juga punya rencana-rencana besar,” katanya.
Dwi mengatakan, perwakilan petani se-Kalimantan berencana menggelar rapat akbar di Banjarbaru untuk konsolidasi. Hal itu mengingat kepentingan petani Kalimantan dengan adanya pemindahan ibu kota Negara yang baru di Kalimantan Timur, yang tentu saja akan menjadi tantangan baru bagi kaum petani.
”Konsolidasi dan persatuan petani-petani di seluruh Kalimantan akan menjadi penting bagi organisasi Serikat Petani Indonesia untuk bersama-sama berjuang meraih kedaulatan petani,” katanya.