Penumpang Pesawat Diduga Bawa Varian Baru Covid-19 ke Sulut
Pelaku perjalanan udara terbukti menjadi agen penularan Covid-19, yang akan memperpanjang pandemi di Sulawesi Utara. Puluhan penumpang yang tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado, telah terkonfirmasi positif.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pelaku perjalanan udara terbukti menjadi agen penularan Covid-19, yang akan memperpanjang pandemi di Sulawesi Utara. Puluhan penumpang yang tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, telah terkonfirmasi positif berdasarkan hasil penapisan dengan tes cepat antigen selama tiga hari pertama Juli 2021. Tak tertutup kemungkinan ada varian baru Covid-19 di antara penumpang yang positif tersebut.
Dihubungi pada Kamis (8/7/2021), juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, mengatakan, 48 penumpang yang tiba di Manado pada Kamis-Jumat (1-2/7/2021) telah dipastikan positif Covid-19 berdasarkan tes reaksi rantai polimerase (PCR). Sebelumnya, mereka mengikuti tes cepat antigen di bandara dan dinyatakan positif.
”Para penumpang itu berasal dari Pulau Jawa, Bali, dan Papua. Mereka terjaring di Bandara Sam Ratulangi setelah landing (mendarat). Setelah terkonfirmasi positif dengan PCR, mereka diisolasi di kantor Bapelkes (Balai Pelatihan Kesehatan) Manado,” kata Steaven. Ke-48 penumpang itu termasuk dalam 162 kasus positif yang diumumkan pada Selasa (6/7/2021).
Ada pula penumpang positif Covid-19 di antara 128 kasus yang diumumkan pada Rabu (7/7/2021), tetapi belum dapat dipastikan jumlahnya. Steaven mengatakan, sampel mereka diambil pada Sabtu (3/7/2021) lalu. Artinya, ada jarak 4-5 hari antara pengambilan sampel dan pengumuman hasil.
Keadaan ini membuktikan bahwa pelaku perjalanan belum tentu sehat dan malah menjadi ancaman bagi Sulut sebagai daerah tujuan. Padahal, kata Steaven, semua penumpang pesawat tujuan Manado kini wajib melampirkan hasil tes PCR minimal 2 x 24 jam sebelum keberangkatan.
Penapisan dengan tes cepat antigen di Bandara Sam Ratulangi mulai diterapkan sejak Kamis (1/7/2021). Gubernur Sulut Olly Dondokambey menginstruksikannya dalam Surat Edaran tentang Ketentuan Pemeriksaan Swab PCR dan Rapid Antigen bagi Pelaku Perjalanan di Provinsi Sulut.
Olly juga menyatakan, tes antigen sebagai syarat perjalanan ke Sulut tidak berlaku lagi, digantikan dengan tes PCR. Setibanya di Manado, para penumpang wajib isolasi mandiri selama lima hari sekalipun negatif setelah ditapis. Jika selama isolasi muncul gejala demam, batuk, flu, dan diare, penumpang tersebut wajib mengikuti tes PCR.
Kebijakan ini diambil seiring peningkatan eksponensial kasus harian di Sulut. Selama 1-7 Juli ada 658 kasus baru atau 94 kasus per hari. Padahal, sepanjang 1-7 Juni hanya terdeteksi 45 kasus baru atau 6,4 kasus per hari.
Satgas Covid-19 Sulut berhipotesis, varian virus SARS-CoV-2 yang dikhawatirkan dunia (variant of concern/VoC), seperti Alfa, Beta, Delta, dan Kappa, telah ada di Sulut, dibawa oleh, salah satunya, pelaku perjalanan dari Jawa. VoC, terutama Delta, bisa menginfeksi orang dalam hitungan detik serta meningkatkan risiko menjadi pasien di rumah sakit.
Namun, Steaven belum dapat memastikan hal ini. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit (BTKLPP) Manado telah mengirimkan sampel ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan untuk pemeriksaan sequencing genomik. ”Tetapi kami belum dapat feedback sama sekali,” katanya.
Wali Kota Manado Andrei Angouw sempat memantau langsung pemberlakuan penapisan dengan tes antigen di Bandara Sam Ratulangi. Penapisan telah diperketat, dari yang awalnya hanya menyasar penumpang dari Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan menjadi semua daerah keberangkatan.
Masyarakat tidak perlu keluar rumah kalau tidak terlalu penting.
Menurut Andrei, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Manado akan turut serta berkontribusi dengan mengawasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro yang diwajibkan juga oleh Pemerintah Provinsi Sulut. Efek kebijakan ini sudah terlihat dari unit-unit usaha yang tutup sejak pukul 20.00 Wita, lebih awal dari biasanya pukul 23.00 Wita.
”Masyarakat tidak perlu keluar rumah kalau tidak terlalu penting. Kalau tidak enak badan atau merasa pernah berkontak erat dengan penderita Covid-19, segera tes antigen atau PCR, kemudian isolasi mandiri supaya tidak menularkan kepada orang lain. Ini untuk kebaikan kita bersama,” katanya.
Vaksinasi
Kini, sebanyak 16.901 kasus positif Covid-19 telah terkonfirmasi di Sulut, 15.460 kasus di antaranya telah dinyatakan sembuh, sedangkan 562 kasus berujung kematian. Di tengah situasi ini, upaya mencapai kekebalan komunitas melalui vaksinasi terus berlangsung. Dari target 1,85 juta orang, vaksinasi dosis pertama telah mencakup 31,06 persen, sedangkan dosis kedua 8,02 persen.
Target vaksinasi terkonsentrasi di Manado, yaitu 363.334 orang. Hingga kini, vaksinasi dosis pertama telah mencakup 61 persen dari target dan dosis kedua 19,57 persen. Selain pemprov dan pemkot, upaya vaksinasi di Manado juga didorong sejumlah lembaga, seperti TNI dan Polri.
Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) VIII Manado, misalnya, memvaksin warga pesisir di Manado dalam program Serbuan Vaksinasi. Ratusan pekerja di Pelabuhan Manado telah divaksinasi, terdiri dari tenaga kerja bongkar muat, pedagang, dan penumpang. Mereka juga menyasar para nelayan di pesisir Kecamatan Wenang.
”Serbuan Vaksinasi ini menyasar setiap warga masyarakat yang kerap beraktivitas di satu lokasi. Ini adalah upaya kami membantu mencapai target pemerintah, yaitu vaksinasi bagi 1 juta orang setiap hari,” kata Komandan Lantamal VIII Manado Brigadir Jenderal (Mar) I Wayan Ariwijaya.
Sementara itu, Polda Sulut membuka 20 Gerai Vaksinasi Presisi di seluruh Sulut, salah satunya di Markas Polresta Manado. Kepala Polda Sulut Inspektur Jenderal Nana Sudjana mengatakan, ia menetapkan target 1.955 penerima vaksin setiap hari di semua gerai. ”Sambutan masyarakat positif. Ini sungguh kami apresiasi,” ujarnya.