5.000 Hektar Kawasan Mangrove Kaltim Segera Direhabilitasi
Data yang dihimpun BRGM menyebuitkan, total kerusakan mangrove di Kalimantan Timur seluas 17.879 hektar. Pada tahun 2021, pemerintah berencana merestorasi 5.000 hektar kawasan mangrove yang sudah beralih fungsi.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Badan Restorasi Gambut dan Mangrove atau BRGM menargetkan bisa merehabilitasi 5.000 hektar kawasan mangrove di Kalimantan Timur yang sudah rusak pada 2021. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah maraknya tambak rakyat di hutan mangrove. Kerja sama lintas sektor diperlukan untuk edukasi dan sosialisasi tambak rakyat ramah lingkungan.
Hal itu menjadi pembahasan dalam Sosialisasi Percepatan Rehabilitasi Mangrove Provinsi Kalimantan Timur 2021 yang diselenggarakan BRGM secara daring, Rabu (7/7/2021). Data yang dihimpun BRGM menunjukkan, total kerusakan mangrove di Kalimantan Timur seluas 17.879 hektar. Lahan kritis seluas 9.084 hektar berada di dalam kawasan dan sisanya 8.795 hektar berada di luar kawasan mangrove.
”Kawasan kritis itu akibat penebangan liar, pembukaan mangrove untuk tambak, pertanian masyarakat, kebun, dan sejumlah penyebab lainnya,” ujar Kepala Kelompok Kerja Program dan Anggaran BRGM Teguh Prio Adi Sulistyo.
Ia menjelaskan, pemerintah mengucurkan dana Rp 1,5 triliun untuk pelaksanaan rehabilitasi mangrove tahun anggaran 2021. Sebagian besar anggaran untuk penanaman mangrove, yakni Rp 1,4 triliun. Khusus untuk persemaian mangrove modern di Kaltim, pemerintah menganggarkan Rp 10,5 miliar.
Kawasan kritis itu akibat penebangan liar, pembukaan mangrove untuk tambak, pertanian masyarakat, kebun, dan sejumlah penyebab lainnya. (Teguh Adi)
Teguh menjelaskan, seluruh program akan dilaksanakan dengan skema padat karya atau dengan melibatkan banyak sumber daya manusia. Skema tersebut diharapkan mampu mendorong perekonomian warga dalam rehabilitasi lingkungan ini.
Sepanjang 2021, program rehabilitasi akan dilaksanakan di Kabupaten Berau (2.153 hektar), Kota Bontang (51 hektar), Kutai Kartanegara (2.025 hekatar), Kabupaten Paser (710 hektar), dan Penajam Paser Utara (61 hektar).
”Tantangan pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove ini salah satunya ketersediaan bibit belum terpenuhi di sembilan provinsi dari target luasan yang direncanakan,” ujarnya. Hal itu akan diupayakan dengan melibatkan masyarakat yang bisa membantu penyediaan bibit.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Mahakam Berau sudah melakukan orientasi lapangan sejak Mei 2021. Salah satu perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kaltim itu juga sudah selesai melakukan sosialisasi kepada warga di sekitar kawasan yang akan direhabilitasi.
”Penanaman (mangrove) baru mencapai 20 hektar. Saat ini kami sedang proses penyediaan bahan seperti ajir dan benih atau bibit,” kata Kepala Seksi Evaluasi DAS dan Hutan Lindung BPDASHL Mahakam Berau Selly Oktashariany Ayub.
Kepala Kelompok Kerja Partisipasi dan Kemitraan BRGM Muhammad Yusuf menjelaskan, kawasan mangrove di Kaltim banyak yang sudah beralih fungsi menjadi tambak warga. Dalam program penghijauan ini, pemilik tambak perlu diyakinkan bahwa penghijauan ini tidak akan merusak tambak warga.
Nilai tambah
Program rehabilitasi kawasan mangrove ini diharapkan ikut mendorong kesejahteraan masyarakat dan mendorong peningkatan nilai tambah kawasan mangrove bagi warga.
”Kasus di Kaltim banyak areal tambak. Saya pikir, model ekowisata perlu secara nyata didiskusikan. Selain itu, dikaji bagaimana sih pengelolaan tambak secara ramah lingkungan,” ucap Yusuf.
Program ini dilakukan sebagai implementasi dari arah kebijakan dan strategi pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan Indonesia 2020-2024. Salah satu programnya adalah dengan meningkatkan luasan rehabilitasi hutan dan lahan, termasuk pemulihan ekosistem dan rehabilitasi mangrove.
Mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon 10 kali lipat dibandingkan dengan hutan sekunder. Kawasan sekitar mangrove juga diuntungkan dengan ketersediaan udara yang bersih. Selain itu, mangrove juga mampu mengurangi hantaman ombak dari arah laut sehingga mencegah abrasi.
”Bagi para petambak, mangrove mendorong pertumbuhan benih ikan, kepiting, dan udang karena menjadi tempat berpijah alami,” kata Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari.