Ada Indikasi Penularan Covid-19 di Kota Palu dari Varian Delta
Keberadaan SARS-CoV-2 varian Delta di Palu masih diteliti. Pengendalian penularan Covid-19 di Kota Palu perlu dilakukan secara komprehensif.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Sebagian kasus penularan Covid-19 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, terindikasi atau mirip dengan gejala klinis dari varian Delta. Pemerintah Kota Palu masih menunggu hasil pemeriksaan sampel strain virus untuk memastikan hal tersebut. Sementara pendisiplinan penerapan protokol kesehatan terus digalakkan.
Wakil Wali Kota Palu Reny Lamadjido menyampaikan hal tersebut dalam jumpa pers di Palu, Selasa (6/7/2021). Ia menyatakan, sejauh ini belum ada penularan dari varian Delta di Palu, tetapi sejumlah gejala klinis menunjukkan kemiripan dengan penularan Covid-19 yang menyebar di India itu.
”Ada pasien yang tertular Covid-19 meski sudah dua kali divaksinasi. Lalu, ada juga yang pernah positif, ini kena lagi atau reinfeksi. Ini gejala-gejala yang mirip dengan penularan dari varian Delta,” kata Reny. Ia tidak menyebutkan jumlah pasien yang mengalami penularan model tersebut.
Juru bicara Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Palu, Rochmat Yasin, menyatakan, dua gejala penularan tersebut selama ini erat kaitannya dengan varian Delta. Varian baru dari SARS-CoV-2 tersebut dikenal cukup kuat sehingga bisa menerobos atau menyiasati antibodi yang sudah terbentuk baik karena vaksinasi ataupun karena pernah terinfeksi.
Selain itu, varian Delta menular cukup cepat. ”Yang menjadi kekhawatiran, varian ini mempercepat buruknya kondisi kesehatan pasien, terutama terkait dengan pernapasan,” kata Rochmat.
Rochmat memastikan, sejumlah sampel strain virus telah dikirim ke Kementerian Kesehatan. Pihaknya masih menuggu hasil pemeriksaan sampel tersebut untuk mengonfirmasi keberadaan varian Delta.
Varian Delta disebut muncul dan menyebar di India yang sempat membuat negara tersebut kewalahan menangani pandemi. Saat ini, varian Delta juga sudah menyebar di kota-kota besar di Pulau Jawa dan sejumlah daerah di Kalimantan.
Sementara itu, penularan Covid-19 di Kota Palu terus terjadi dan cenderung meningkat. Pada Senin (5/7/2021), tercatat 15 kasus baru. Jumlah pasien yang dirawat juga meningkat menjadi 114 orang dari posisi per Sabtu (3/7/2021) sebanyak 102 orang. Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus harian selalu lebih dari dua digit, hal yang sebelumnya jarang terjadi.
Untuk mengendalikan penularan Covid-19, Reny menyatakan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di Palu diperketat. Selain tetap memberlakukan jam malam (penutupan operasional pukul 21.00 Wita) untuk tempat usaha (restoran, kafe, warung kopi, dan pusat belanja), operasi yustisi untuk disiplin penerapan protokol kesehatan juga makin gencar dilakukan.
Mulai Senin (5/7/2021), operasi dilakukan tiga kali sehari dengan sasaran tempat umum, tempat usaha, dan jalan. Di lingkup Pemerintah Kota Palu, setiap organisasi perangkat daerah hanya membolehkan maksimal 25 persen pegawai atau staf bekerja di kantor. Selebihnya pegawai bekerja dari rumah.
Kita harus selalu waspada dengan terus disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M.
Acara yang mengumpulkan orang di lingkungan masyarakat pun harus dilakukan dengan izin satuan gugus tugas berdasarkan laporan dari pemerintah kelurahan. ”Kita harus selalu waspada dengan terus disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M, yakni selalu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas,” ujar Reny.
Buntoro (45), pengelola hotel di Kota Palu, menyatakan, pihaknya menyesuaikan acara dengan peraturan yang berlaku. Sejumlah acara di hotel telah dilakukan dengan menghadirkan petugas Satuan Gugus Tugas Covid-19 kelurahan setempat. ”Kami menyelenggarakan acara dengan penerapan protokol kesehatan, misalnya, kapasitas hanya separuh, lalu kursi diatur untuk berjarak 1,5 meter,” katanya.
Andi Kaimudin (43), warga Palu, menyatakan, seharusnya pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan sejak siang hari, tidak hanya pada malam hari. Ia mencontohkan, restoran atau warung kopi saat ini bisa menerapkan sistem jual dibawa pulang (take away). ”Ini kami bingung. Jam malam ada, tetapi pada siang hari warung kopi ramai dengan minim penerapan protokol kesehatan. Saya pikir kondisi ini sulit untuk membantu mengendalikan Covid-19,” katanya.
Dari pantauan Kompas, sejumlah warung kopi dan kafe pada siang dan sore hari tetap ramai. Orang-orang berbincang dengan melepas masker atau memakai masker dengan tidak benar (melilit pada dagu). Kursi di meja-meja yang tersedia juga tak berjarak minimal 1,5 meter satu sama lainnya.
Sebelum kasus terus meningkat, kata Andi, sebaiknya pemerintah perlu memikirkan opsi pembatasan dari siang hari. Hanya saja, hal itu perlu dibicarakan terlebih dahulu dengan pelaku usaha agar tercapai kesepahaman.