Terancam Lesu, IKM Logam Tegal Berencana Rumahkan Sebagian Karyawan
PPKM darurat diperkirakan berdampak pada penurunan jumlah pesanan pada IKM logam di Tegal, Jateng. Sebagian pelaku IKM berencana merumahkan sebagian karyawannya untuk mengurangi beban operasional perusahaan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat dikhawatirkan berdampak pada industri kecil menengah atau IKM logam di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Beberapa pelaku IKM bahkan sudah berancang-ancang kembali merumahkan sebagian karyawan.
Pada Senin (5/7/2021), aktivitas produksi di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, masih berlangsung. Kendati demikian, jumlah orang yang bekerja di lingkungan itu dibatasi 50 persen dari kapasitas normal. Setiap orang yang beraktivitas di LIK Takaru juga diminta menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk menekan risiko penyebaran Covid-19.
Tri Sukamto, salah satu pelaku IKM di LIK Takaru, menyiasati pembatasan jumlah pekerja dengan membagi waktu kerja menjadi dua sif yakni, pukul 08.00-16.00 dan pukul 16.00-23.00. Hal itu dilakukan karena pemilik PT Bimuda Karya Teknik itu ingin mengejar target produksi.
”Saat ini kami masih mengerjakan pesanan komponen dari sejumlah perusahaan otomotif. Pesanan yang kami garap ini merupakan pesanan bulan lalu yang tenggat waktu pengiriman barangnya pertengahan bulan nanti,” kata Tri saat dihubungi, Senin petang.
Penerapan PKKM darurat, diperkirakan Tri, akan berdampak pada penurunan jumlah pesanan yang datang padanya pertengahan Juli mendatang. Dugaan Tri didasarkan pada saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahun lalu.
”Kemungkinan besar, jumlah pesanan kami akan turun hingga 50 persen dari normal. Sebab, perusahaan-perusahaan yang menjadi konsumen kami juga pasti membatasi produksinya selama PPKM darurat ini,” tuturnya.
Kondisi serupa juga diprediksi Sutanto (30), pelaku IKM logam di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Sutanto yang sehari-hari memproduksi aksesori sepeda motor itu memperkirakan pesanan akan turun hingga lebih dari 50 persen dari normal. Normalnya, ia menerima pesanan aksesori berupa behel sepeda motor sebanyak 25 unit per hari dari toko aksesori dan bengkel sepeda motor.
”Kalau sekarang belum terasa dampaknya karena masih awal penerapan. Mungkin nanti sekitar minggu kedua. Kalau ada pembatasan seperti ini, orang-orang pasti enggak kepikiran untuk membeli aksesori sepeda motor, mau makan saja susah,” ucap Sutanto.
Kendati belum ada dampak signifikan yang dirasakan, pelaku usaha sudah ancang-ancang untuk meminimalkan risiko kerugian akibat adanya pembatasan kegiatan. Salah satu upaya yang disiapkan adalah merumahkan sebagian karyawan.
”Karyawan saya ada tiga, kalau nanti pesanan sepi, saya akan kerjakan sendiri. Seluruh karyawan saya minta libur dulu,” kata Sutanto.
Keputusan serupa juga akan diambil Tri. Ia akan merumahkan sementara tujuh dari 14 karyawannya yang sehari-hari bekerja di bagian produksi. Dengan demikian, beban operasional perusahaan akan sedikit lebih ringan.
Secara terpisah, Kepala Bidang Perencanaan dan Pembangunan Industri Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Tegal Irsyad Sumarwanto menuturkan, ada 29.929 IKM di wilayahnya. Hampir seluruh IKM itu terdampak pandemi dan terpaksa merumahkan sebagian karyawannya.
”Karena pesanan yang datang turun hingga 70 persen, para pelaku IKM melakukan efisiensi dengan merumahkan 50 persen karyawannya. Supaya tetap bisa bertahan di tengah pandemi, kami mendorong agar pelaku IKM melakukan diversifikasi produk. Salah satunya dengan membuat produk-produk yang sedang banyak dicari, seperti alat-alat kesehatan,” kata Irsyad.
Menurut Tri dan Sutanto, membuat alat-alat kesehatan bisa dilakukan dengan mudah oleh pelaku IKM Tegal. Adapun yang menjadi kesulitan mereka adalah memasarkan produk tersebut. Mereka berharap, pemerintah ikut membantu mencarikan pasar.
”Kalau ada pasarnya, saya siap produksi apa pun yang berbahan dasar logam. Untuk itu, kami mohon pemerintah membantu kami mencarikan pasar. Kalau hanya produksi saja, tapi tidak ada saluran penjualan, kami malah semakin rugi,” tutur Tri.