Korban dan beberapa rekannya sedang berupaya menghalau kawanan gajah. Konflik gajah dan manusia di Karang Ampar belakangan makin marak. Salah satu penyebabnya diduga akibat penebangan liar.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Abdurrahman, warga Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, meninggal, Minggu (4/7/2021) dini hari, di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru akibat diamuk gajah liar. Peristiwa itu terjadi saat dia berusaha menghalau satwa lindung itu masuk ke kawasan permukiman.
Ketua Tim Pengaman Flora dan Fauna (TPFF) Karang Ampar-Bergang Muslim, dihubungi dari Banda Aceh, Minggu, menuturkan, Abdurrahman tewas diamuk gajah liar pada Sabtu sore. Saat itu, korban bersama sejumlah rekannya sedang menghalau sekelompok gajah liar agar tidak masuk ke kawasan permukiman. Abdurrahman bersama dua temannya bergerak lebih dulu ke hutan untuk memastikan posisi gajah liar.
Namun, tiba-tiba seekor gajah jantan muncul dari belakang mereka. Gajah itu menabrak dan membanting korban. Setelah mengamuk, gajah itu meninggalkan korban dalam keadaan kritis. Korban sempat dirawat di RS Datu Beru, Kota Takengon, hingga mengembuskan napas terakhir.
Tiba-tiba seekor gajah jantan muncul dari belakang mereka. Gajah itu menabrak dan membanting korban. Seusai mengamuk, gajah itu meninggalkan korban dalam keadaan kritis.
Muslim mengatakan, konflik satwa di kawasan Karang Ampar belakangan semakin parah. Gajah liar semakin sering masuk ke kawasan permukiman. ”Penebangan liar di sini masif. Kami melaporkan ke aparat, tetapi penebangan belum berhenti,” kata Muslim.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto menyampaikan belasungkawa atas peristiwa itu. Agus berharap tidak ada lagi korban meninggal akibat konflik satwa.
Gajah jinak mati
Sementara itu, Intan, seekor anak gajah jinak, berjenis kelamin betina, usia 4 tahun, mati pada Kamis, 1 Juli 2021. Gajah jinak itu mati di lokasi perawatan di Conservation Response Unit (CRU) Trumon, Kabupaten Aceh Selatan.
Agus mengatakan, dugaan awal, gajah itu mati karena terinfeksi penyakit. Namun, belum diketahui secara detail penyakit yang dialami. Tim medis BKSDA Aceh telah melakukan neokropsi untuk memeriksa sejumlah organ gajah nahas tersebut. Adapun bangkai gajah telah dikuburkan di CRU Trumon.
”Tidak ditemukan adanya tanda-tanda tindak kekerasan di seluruh bagian tubuh Intan,” kata Agus.
Tidak ditemukan adanya tanda-tanda tindak kekerasan di seluruh bagian tubuh Intan.
Kematian Intan memperpanjang daftar kematian gajah sumatera di Aceh. Catatan BKSDA Aceh sepanjang Maret 2021, dua ekor gajah liar mati. Satu ekor karena terjebak dalam lumpur dan satu lagi karena kekurangan makanan.
Sebelumnya, pada Januari 2020, lima ekor gajah mati bersamaan di Aceh Jaya akibat menyentuh pagar listrik di kebun sawit. Sejak 2016 hingga 2020, jumlah gajah mati sebanyak 42 ekor. Penyebab kematian 57 persen karena konflik, 33 persen mati alami, dan 10 persen karena perburuan.
Diperkirakan, populasi gajah di Aceh tersisa 539 ekor yang tersebar di 15 kabupaten dan kota. Kawasan Pidie, Aceh Timur, Bener Meriah, dan Aceh Jaya paling dominan penyebarannya.