Kebutuhan Oksigen di DIY Naik Dua Kali Lipat, Pusat Turun Tangan
Lonjakan jumlah pasien Covid-19 membuat kebutuhan oksigen untuk rumah sakit di DIY meningkat dua kali lipat lebih. Kebutuhan oksigen yang sebelumnya 20 ton per hari melonjak menjadi 47,6 ton per hari.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Lonjakan pasien Covid-19 beberapa pekan belakangan membuat kebutuhan oksigen untuk semua rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat dua kali lipat lebih. Jika sebelumnya kebutuhan semua rumah sakit hanya sekitar 20 ton per hari, kini kebutuhannya telah mencapai 47,6 ton oksigen per hari. Atas kondisi itu, pemerintah pusat pun turun tangan.
”DIY secara reguler butuh lebih kurang 20 ton oksigen per hari. Namun, begitu ada lonjakan yang cukup tajam dengan pasien Covid-19, kebutuhan oksigen di DIY menjadi lebih kurang 47,6 ton per hari,” kata Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji dalam pernyataan melalui video, Minggu (4/7/2021) malam.
Pernyataan itu disampaikan Kadarmanta seusai mendampingi Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengikuti rapat secara daring dengan pemerintah pusat pada Minggu sore hingga malam. Rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan itu membahas sejumlah hal, termasuk pemenuhan kebutuhan oksigen.
Kadarmanta mengatakan, kebutuhan oksigen sebanyak 47,6 ton itu mencakup kebutuhan rumah sakit rujukan Covid-19 dan rumah sakit nonrujukan Covid-19 di DIY. Dia menambahkan, dalam rapat tersebut disepakati bahwa pemerintah pusat akan mencukupi kebutuhan oksigen sebanyak 47,6 ton per hari untuk DIY. Bahkan, pemerintah pusat juga berjanji memberikan cadangan 50 persen dari total kebutuhan tersebut.
”Pemerintah pusat akan mengalokasikan 47,6 ton oksigen per hari untuk DIY. Pak Menko (Luhut) juga menyampaikan, akan ada persediaan cadangan sebesar 50 persen dari 47,6 ton itu,” ujar Kadarmanta.
Dengan komitmen pemerintah pusat itu, ia berharap kebutuhan oksigen untuk rumah sakit rujukan Covid-19 dan rumah sakit nonrujukan Covid-19 di DIY bisa terpenuhi. ”Mudah-mudahan dengan adanya persediaan yang cukup, kebutuhan oksigen di DIY untuk rumah sakit rujukan (Covid-19) ataupun rumah sakit bukan rujukan akan tercukupi,” katanya.
Seperti diberitakan, kebutuhan oksigen di DIY menjadi sorotan setelah menipisnya ketersediaan oksigen sentral di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, DIY. Bahkan, pada Sabtu (3/7/2021) pukul 20.00, persediaan oksigen sentral di rumah sakit itu telah habis. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen untuk pasien di RSUP Dr Sardjito kemudian dipenuhi dengan oksigen tabung.
Untuk mencukupi kebutuhan oksigen itu, RSUP Dr Sardjito juga sempat mendapat bantuan oksigen tabung dari sejumlah pihak, misalnya Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada dan Kepolisian Daerah DIY. Selain itu, pada Minggu dini hari, RSUP Dr Sardjito juga sudah mendapat tambahan pasokan oksigen cair untuk menyuplai stok oksigen sentral di rumah sakit tersebut.
Sultan HB X mengatakan, pada Minggu dini hari dan pagi, RSUP Dr Sardjito telah mendapat pasokan oksigen yang diangkut menggunakan dua truk trailer. Satu truk mengangkut 2 ton oksigen, sementara satu truk lain membawa 12 ton oksigen. Dengan demikian, total pasokan oksigen yang diterima RSUP Dr Sardjito sebanyak 14 ton.
Sultan memaparkan, peningkatan kebutuhan oksigen tidak hanya terjadi di RSUP Dr Sardjito. Namun, semua rumah sakit rujukan Covid-19 di DIY yang berjumlah 27 rumah sakit memang membutuhkan tambahan oksigen akibat lonjakan kasus Covid-19.
”Sebetulnya kekurangan oksigen itu tidak hanya di RSUP Dr Sardjito. Tapi, dengan kenaikan penderita Covid-19, sebanyak 27 rumah sakit rujukan itu perlu ditambah jatah oksigen,” kata Sultan yang juga merupakan Raja Keraton Yogyakarta.
Antisipasi
Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto, menyatakan, manajemen RSUP Dr Sardjito sebenarnya sudah melakukan antisipasi terkait kelangkaan oksigen sejak jauh-jauh hari. Pada 29 Juni 2021, manajemen RSUP Dr Sardjito telah berkoordinasi dengan sejumlah perusahaan penyuplai oksigen, misalnya PT Samator dan PT Surya Gas, untuk mendapatkan pasokan oksigen cair secara rutin untuk memenuhi kebutuhan, termasuk jika terjadi lonjakan jumlah pasien.
Pada Sabtu, Rukmono juga berkirim surat kepada sejumlah pihak, misalnya Menteri Kesehatan, Gubernur DIY, dan Dinas Kesehatan DIY, untuk melaporkan kondisi stok oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito yang mulai menipis.
”Untuk itu, kami mengajukan permohonan dukungan agar kebutuhan oksigen dapat terpenuhi, mengingat RSUP Dr Sardjito Yogyakarta termasuk RS rujukan dalam penanganan Covid-19 sampai tingkat critical,” katanya melalui surat itu.
Dalam surat itu juga disebutkan, persediaan oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito akan menurun pada Sabtu pukul 16.00 dan diperkirakan akan habis pada pukul 18.00. Namun, stok oksigen sentral itu baru benar-benar habis pada Sabtu pukul 20.00.
”Pada kenyataannya, oksigen liquid central habis baru pada sekitar pukul 20.00,” ujar Rukmono dalam pernyataan tertulis.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD DIY, Muhammad Yazid, mengatakan, menipisnya stok oksigen di RSUP Dr Sardjito merupakan persoalan yang sangat serius. Bahkan, Yazid menyebut persoalan itu sebagai krisis oksigen.
”Kami sangat menyayangkan sekelas Rumah Sakit Sardjito sampai mengalami krisis oksigen. Kami sangat prihatin sekali dengan kondisi ini,” ujar Yazid.
Ia memaparkan, Pemerintah Daerah DIY harus bertanggung jawab terhadap krisis oksigen yang terjadi di rumah sakit. Oleh karena itu, Pemda DIY harus melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit-rumah sakit di provinsi tersebut. ”Pemerintah harus cepat dan harus tanggap untuk mencari solusi,” katanya.