Warga di Limapuluh Kota Tewas Diduga Diserang Harimau
Seorang warga di Limapuluh Kota, Sumatera Barat, ditemukan tewas dengan sejumlah luka cakar di tubuhnya, diduga akibat serangan harimau sumatera.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Seorang warga di Limapuluh Kota, Sumatera Barat, ditemukan tewas dengan sejumlah luka cakar di tubuhnya. Berdasarkan hasil visum luar, polisi menduga korban diserang harimau sumatera saat beraktivitas di pinggir sungai.
Warga yang tewas itu bernama Adis (53), laki-laki, warga Nagari Koto Bangun, Kecamatan Kapur IX. Jasad nelayan lukah (bubu) itu ditemukan di pinggir Sungai Simonok, Nagari Muaro Paiti, Rabu (30/6/2021) malam.
Wali Nagari Koto Bangun Yusarlis, Sabtu (3/6/2021), mengatakan, Adis dilaporkan hilang oleh keluarganya, Rabu malam. Adis berangkat ke sungai untuk menangkap ikan dengan lukah pada Rabu pagi dan biasanya sudah kembali sore hari.
Petugas pemadam kebakaran, kepolisian sektor, dan nagari kemudian ikut mencari ke lokasi, menyusul keluarga Adis, sekitar pukul 22.00. Petugas menemukan sepeda motor Adis masih terparkir.
”Tim damkar dan beberapa orang lainnya menyusuri sungai. Sekitar 500 meter dari sepeda motor ditemukan Adis sudah tak bernyawa. Kondisinya banyak luka, termasuk luka cakaran,” kata Yusarlis.
Setelah dievakuasi Rabu malam dan divisum luar di puskesmas setempat, jenazah Adis langsung dimakamkan pihak keluarga pada Kamis pagi.
Menurut Yusarlis, lokasi tersebut berjarak 5-6 kilometer dari permukiman. Lokasi berada di sekitar perladangan gambir yang berada di pinggir hutan.
Kepala Polsek Kapur IX Inspektur Satu Despa Ningrat mengatakan, berdasarkan visum luar di puskesmas, korban diperkirakan diserang harimau. ”Wajah korban luka-luka dan ada bekas cakaran di perut. Kami prediksi diserang harimau,” katanya.
Despa pun mengimbau masyarakat berhati-hati ketika beraktivitas di ladang dekat kawasan hutan. ”Ke ladang jangan sendiri-sendiri,” ujar Despa.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Limapuluh Kota BKSDA Sumbar Martias mengatakan, pihaknya terlambat mendapatkan informasi kejadian. Ia baru mendapatkan informasi pada Kamis sehingga tidak sempat melihat langsung kondisi korban.
Pemerintah Nagari Koto Bangun kemudian mengirimkan surat ke BKSDA agar melakukan investigasi lapangan. Martias dan timnya tiba di Nagari Muaro Paiti, Jumat sekitar pukul 14.00, bertemu dengan camat, wali nagari, wali jorong, dan warga yang ikut melakukan evakuasi.
Memang ada jejak kuku harimau di perut. (Martias)
Awalnya, Martias menduga korban diserang beruang. Namun, setelah melihat foto-foto kondisi korban, mendengar keterangan orang yang terlibat evakuasi serta pengakuan peladang di lokasi kejadian, ia menduga korban memang diserang harimau sumatera.
”Memang ada jejak kuku harimau di perut. Warga juga mengaku melihat ada bolong di kuduk korban. Pengalaman kami di BKSDA, itu termasuk (ciri-ciri serangan) harimau. Mereka melumpuhkan mangsa di kuduk. Cuma, kami tidak melihat langsung kondisi korban sehingga tidak bisa dipastikan,” tutur Martias.
Namun, ia dan timnya tidak jadi melakukan investigasi ke lapangan. Padahal, tim BKSDA sudah menyiapkan sepeda motor, perangkap kamera (camera trap), dan lainnya untuk ke lokasi. Sebab, masyarakat setempat, termasuk camat dan wali nagari, kata Martias, menolak ke lokasi karena dikhawatirkan kedatangan tim ke lokasi akan membuat satwa agresif.
Apalagi, salah seorang peladang juga mengaku sempat mendengar auman harimau di sekitar lokasi. Selain itu, hari juga sudah sore.
”Cerita orang dulu, lokasi itu habitat harimau. Kiri kanan bukit, di tengahnya ada sungai. Warga khawatir, kalau ramai-ramai ke sana, nanti satwa agresif. Warga yang berladang di sana merasa terancam,” ujarnya.
Menurut Martias, lokasi itu memang dekat dengan kawasan hutan, tetapi ia belum mengecek status hutannya. Yang jelas kawasan itu bukan hutan konservasi sebab tidak ada hutan konservasi di Kecamatan Kapur IX.
Martias pun meminta masyarakat waspada. Jika menemukan tanda-tanda keberadaan harimau, warga diminta segera menghubungi BKSDA. Petugas akan bertindak, berupa pemasangan perangkap, perangkap kamera, dan sebagainya.
Serangan harimau yang memicu korban jiwa pernah terjadi di Sumbar tahun 2008. Kompas, 28 Januari 2008, melaporkan, dua warga tewas dalam rentang waktu tiga hari di sekitar hutan Bukit Barisan. Para korban bernama Busra (38) dan Safrianto (32).
Busra, warga Kelurahan Bungus Timur, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang, diterkam harimau, Sabtu (26/1/2008). Jenazahnya ditemukan warga di kebun karet yang berbatasan dengan hutan lindung dan suaka alam di dekat rumahnya. Sementara itu, Safrianto, warga Barung-barung Balantai, Pesisir Selatan, jasadnya ditemukan warga, Kamis (24/1/2021).
Kedua daerah tempat korban ditemukan terletak di sekitar Bukit Barisan. Jarak di antara kedua lokasi jenazah lebih kurang 2 kilometer. Sebelum kedua korban ditemukan, sejumlah ternak milik warga juga diduga telah dimangsa harimau yang sama.