Umat Katolik di Palembang dan Padang Miliki Uskup Baru
Takhta Suci Vatikan, Sabtu (3/7/2021), mengangkat dua uskup baru di Indonesia, yakni di Palembang dan Padang. Pengangkatan itu disambut gembira umat Katolik keuskupan setempat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI/YOLA SASTRA
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Takhta Suci Vatikan, Sabtu (3/7/2021), mengangkat dua uskup baru di Indonesia, yakni di Palembang dan Padang. Pengangkatan itu disambut gembira umat Katolik keuskupan setempat.
Uskup Tanjung Karang Mgr Yohanes Harun Yuwono ditunjuk Paus Fransiskus menjadi Uskup Agung Palembang menggantikan Mgr Aloysius Sudarso SCJ yang sudah memasuki masa purnatugas (emeritus).
Selain itu, Mgr Vitus Rubianto Solichin SX diangkat sebagai Uskup Padang di Sumatera Barat. Vitus mengisi kekosongan jabatan yang ditinggalkan Mgr Martinus Dogma Situmorang OFM Cap yang wafat pada 19 November 2019.
Sekretaris Keuskupan Agung Palembang Pastor Guido Suprapto, Pr, saat dihubungi, Sabtu (3/7/2021) malam, mengatakan, sekitar pukul 17.00 WIB, Takhta Suci Vatikan telah mengabulkan permohonan pensiun dari Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso dan menunjuk Mgr Yohanes Harun Yuwono sebagai penggantinya.
Mgr Yohanes lahir di Wates Way Ratai, Kabupaten Pesawaran, Lampung, pada 4 Juli 1964 dan ditahbiskan menjadi imam untuk Keuskupan Pangkal Pinang pada 8 Desember 1992. Pada 19 Juli 2013, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai Uskup Tanjung Karang. Ia ditahbiskan sebagai uskup pada 10 Oktober 2013 dengan moto ”Non est personarum acceptor Deus”, yang berarti Tuhan tidak membeda-bedakan orang.
Sebenarnya, ujar Pastor Guido, permohonan pensiun sudah disampaikan oleh Mgr Aloysius sekitar satu tahun lalu. Permohonan itu disampaikan karena Mgr Aloysius sudah memasuki usia 75 tahun pada 12 Desember 2020.
Mgr Aloysius diangkat menjadi uskup di Palembang pada 25 Maret 1997 dan kemudian menjadi uskup agung ketika Palembang berubah status menjadi Keuskupan Agung pada 23 September 2003.
Dalam kepemimpinannya, Mgr Aloysius yang memiliki moto pelayanan ”Tuus servus sum ego/Aku ini hamba-Mu” ini selalu berupaya untuk terus mendewasakan umat. ”Beliau selalu memberikan semangat persaudaraan kepada umat, terutama rasa untuk berbagi dan saling menghargai,” ucap Pastor Guido.
”Non est personarum acceptor Deus” yang berarti Tuhan tidak membeda-bedakan orang.
Tidak hanya kepada umat, Uskup Agung Aloysius juga terus memupuk sikap toleransi dan berperan aktif dalam segala bentuk kegiatan sosial dengan antar-umat beragama. Hal ini ditunjukkannya dengan selalu mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan semangat toleransi. Misalnya, dalam setiap perayaan hari besar keagamaan, Mgr Aloysius selalu melakukan kunjungan ke sejumlah pemuka agama dan tokoh masyarakat lain.
Sebaliknya ketika Natal tiba, pintu keuskupan selalu terbuka bagi semua orang. ”Banyak pemuka agama dan pejabat yang selalu datang mengunjungi beliau ketika hari raya. Dari sana kita mengetahui bagaimana Uskup Agung sangat dekat dengan tokoh lintas agama,” ujar Pastor Guido.
Rasa saling menghargai dan bertoleransi inilah yang selalu disuarakan oleh Uskup Aloysius kepada setiap umat yang digembalakannya. Keuskupan Agung Palembang memiliki 27 paroki, 2 unit pastoral, dan 1 kuasi paroki di tiga provinsi, yakni Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi.
Terkait pelantikan, ujar Pastor Guido, hal itu sangat bergantung pada kesepakatan kedua uskup dan juga keputusan dari Kedutaan Besar Vatikan. ”Proses pelantikan tentu harus disepakati, apalagi saat ini Palembang masih dalam situasi pandemi,” ujarnya. Setelah itu akan dilakukan proses instalasi uskup untuk mengangkat Uskup Yohanes menjadi uskup agung.
Pastor Paroki Santa Maria Palembang Pastor Petrus Sukino menuturkan, Mgr Aloysius sangat dekat dengan umat dan tokoh masyarakat. Dia sungguh menjalankan tugas penggembalaannya dengan baik untuk internal umat Katolik.
”Untuk kami para imam, beliau berpesan untuk menjadi imam yang baik, setia melayani dan bekerja keras, serta selalu mengembangkan semangat persaudaraan untuk semua orang. Beliau berpesan agar umat harus bisa bersaudara dengan siapa pun dan bekerja sama dengan siapa pun,” ucapnya. Semangat toleransi itu yang selalu disampaikan.
Dari Padang dilaporkan, pengangkatan Pastor Rubi, demikian sapaan Mgr Vitus Rubianto Solichin SX, dilansir Takhta Suci di Roma, Sabtu (3/7/2021) pukul 12.00 waktu Roma atau pukul 17.00 waktu Padang. Di Padang, pengumuman itu dibacakan di Gereja Katedral Santa Theresia Padang.
”Bapa suci mengangkat Pastor Vitus Rubianto Solichin SX, Rektor Skolastikat Novis Xaverian dan dosen di STF Driyarkara di Jakarta, sebagai Uskup Padang yang baru,” kata Administrator Diosesan Keuskupan Padang RD Alexander Irwan Suwandi di Padang, Sabtu.
Pastor Rubi lahir di Semarang pada 15 November 1968. Ia menyelesaikan pendidikan S-1 di STF Driyarkara. Pendidikan S-2 bidang kitab suci ia lanjutkan di Institut Biblicum Roma, Italia, pada 1997-2001. Adapun gelar doktornya di bidang yang sama diraih di Universitas Gregoriana Roma, Italia, pada 2012.
Sejauh ini jadwal dan lokasi penahbisan Pastor Rubi sebagai uskup belum ditentukan. Hal itu nanti akan dibahas lebih lanjut oleh keuskupan.
Menurut Pastor Alexander, Pastor Rubi merupakan sosok yang baik, pintar, dan ramah. ”Semoga menjadi uskup yang dapat menggembalakan seluruh umat Katolik di Keuskupan Padang,” ujarnya.
Fitri Widya MR Hulu (23), umat Katolik di Kecamatan Koto Tangah, Padang, menyambut bahagia kabar penunjukan Pastor Rubi sebagai uskup. ”Akhirnya, informasi yang ditunggu-tunggu sejak 2019 tentang uskup baru terdengar juga,” kata Widya.
Karena rekam jejak Pastor Rubi bagus di dunia pendidikan, Widya berharap Keuskupan Padang memiliki citra yang lebih baik dari masa sebelumnya. ”Semoga Uskup mampu mendengar dan melihat semua situasi di Keuskupan Padang yang wilayahnya tidak hanya di Sumbar, tetapi juga sampai ke Riau,” ujarnya.