Banyuwangi Injak Rem Darurat, Sukarelawan Kesehatan Dibutuhkan
Lonjakan kasus Covid-19 dan adanya tenaga medis yang harus menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19 membuat RSUD Blambangan kekurangan tenaga.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, meniadakan berbagai aktivitas di tempat umum selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat diterapkan. Tenaga kesehatan tambahan juga dibutuhkan di RSUD Blambangan seiring dengan tingginya kasus Covid-19 di daerah itu.
Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani, Sabtu (3/7/2021), mengumpulkan seluruh pejabat penting di tingkat kabupaten lewat daring untuk menegaskan penerapan PPKM darurat. Dalam pertemuan itu, Bupati menyatakan saat ini kondisi sudah darurat. Berbagai kegiatan masyarakat dibatasi dan wajib menerapkan protokol kesehatan ketat.
”Aturan PPKM darurat jelas. Aktivitas agama di tempat umum ditiadakan, sekolah tak boleh tatap muka, kegiatan lain juga. Kami meminta bantuan para tokoh hingga pemuka agama untuk ikut membantu karena kondisi sudah darurat,” kata Bupati dalam pertemuan itu.
Di Jawa Timur, tiga daerah masuk dalam zona merah, yakni Banyuwangi, Bondowoso, dan Kota Madiun. Di Banyuwangi, zona merah sudah berlangsung tiga hari lalu. Pada Jumat (2/7/2021) penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Banyuwangi mencapai 55 orang. Jumlah itu lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya yang mencapai 40-an orang.
Kami meminta bantuan para tokoh hingga pemuka agama untuk ikut membantu karena kondisi sudah darurat. (Ipuk Festiandani)
Total kumulasi warga yang terinfeksi Covid-19 di Banyuwangi kini ada 7.590 warga. Kasus aktif sebanyak 517 orang, sembuh 6.337 orang, meninggal 736 orang. Bupati juga menekankan agar semua pihak bekerja sama dan saling membantu agar wabah ini segera bisa diatasi. ”Kita kawal PPKM darurat untuk menekan kasus sehingga seluruh aktivitas sosial-ekonomi kita harapkan bisa segera berangsur normal,” tambah Bupati.
Kekurangan tenaga
Saat ini RSUD Blambangan yang menjadi rujukan utama di Banyuwangi kekurangan tenaga medis. Direktur RSUD Blambangan Indah Sri Lestari, Sabtu (3/7/2021), mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 dan adanya tenaga medis yang harus menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19 membuat RS-nya kekurangan tenaga.
Selain itu, tenaga tambahan juga dibutuhkan untuk mendukung penerapan PPKM darurat yang mulai diterapkan di Banyuwangi pada Sabtu ini hingga dua minggu ke depan. Tenaga yang dibutuhkan mulai dari tenaga dokter umum, perawat, analis laboratorium, radiografer, juru rawat jenazah, petugas oksigen, hingga petugas kebersihan (housekeeping).
Dikatakan, sukarelawan tersebut akan bekerja setidaknya satu bulan. Tidak tertutup kemungkinan akan diperpanjang. ”Selama bekerja, para sukarelawan akan mendapat intensif sesuai standar di RSUD Blambangan. Untuk sementara bekerja selama satu bulan, tetapi bisa diperpanjang,” kata Indah, seperti dikutip Humas Pemkab Banyuwangi.
Indah menjelaskan, warga yang berminat bisa langsung datang ke RSUD Blambangan membawa segala persyaratan sesuai dengan klasifikasi latar belakang pendidikan. Untuk dokter umum, klasifikasinya telah berprofesi sebagai dokter.
Perawat minimal D-3 keperawatan, bidan minimal D-3 kebidanan, analis laboratorium minimal D-3 analis kesehatan, dan radiografer minimal D-3 radiologi. Sementara untuk juru rawat jenazah, petugas oksigen, dan petugas kebersihan minimal SMA/SMK sederajat.
”Proses seleksi juga tidak terlalu ketat. Asalkan sesuai dengan kriteria dan klasifikasi bisa diterima dan langsung bergotong royong bersama kami,” tambah Indah. Dengan adanya tambahan tenaga, diharapkan pelayanan RSUD akan optimal.