Pelaku Wisata di Batu Berharap Penutupan Tempat Wisata Berbuah Positif
Obyek wisata di Batu tutup selama PPKM darurat. Pelaku wisata memahami hal ini dan berharap kebijakan tersebut bisa membawa hasil memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, menutup semua obyek wisata di wilayahnya selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat, 3-20 Juli 2021. Menanggapi hal ini, pelaku wisata bisa memahami dan akan mengikuti kebijakan tersebut.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu Sujud Hariadi, Jumat (2/7/2021), mengatakan, pihaknya berharap kebijakan pemerintah ini membawa hasil sehingga pandemi tidak berkepanjangan. Sujud juga telah mengimbau anggotanya untuk mengikuti prosedur yang ada.
”Kami bisa memahami keputusan ini. Kami juga minta semua orang di lingkungan kami (PHRI) untuk bisa disiplin. Kita tidak ada pilihan lain,” ujar Sujud yang juga menjabat Direktur Obyek Wisata Taman Rekreasi Selekta.
Di Batu, terdapat sejumlah obyek wisata alam dan buatan. Dalam situasi normal, 50 persen wisatawan berasal dari luar Malang Raya, khususnya daerah Surabaya dan sekitarnya. Sedangkan wisatawan asal Malang Raya hanya 10-15 persen. Sisanya berasal dari daerah lain.
Menurut Sujud, peningkatan kasus Covid-19 kali ini memang luar biasa dan terjadi di hampir semua daerah. Dia menyatakan, apa yang telah diputuskan pemerintah dengan PPKM darurat punya tujuan baik, yakni memotong mata rantai penyebaran Covid-19 yang belum diketahui ujungnya.
Kondisi dunia pariwisata di Batu, lanjut Sujud, sebenarnya sudah mulai bergeliat setelah berbulan-bulan tertekan oleh pandemi. Hal itu bisa dilihat dari jumlah wisatawan. Jika pada 2019 ada 7 juta orang yang berkunjung ke Batu, maka pada 2020 turun separuhnya.
”Pasti turun (selama PPKM darurat). Nanti, setelah dibuka, baru akan naik lagi. Namun, belum bisa seperti kemarin (sebelum PPKM darurat). Naiknya pasti pelan-pelan,” ucapnya.
Sebagian besar pelaku wisata di Batu juga telah divaksinasi. Dari sekitar 6.000 pelaku wisata, sekitar 4.000 orang di antaranya telah divaksinasi.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, selain obyek wisata, mal juga ditutup. Akses masuk ke Batu pun akan disekat. Masyarakat yang tidak memiliki keperluan mendesak diharapkan tetap berada di rumah. ”Ini adalah instruksi (dari pusat), perintah, jadi harus dilaksanakan,” ujarnya.
Terkait subsidi bagi pelaku wisata, Dewanti mengatakan sedang diatur karena kebijakan PPKM darurat datang cukup mendadak. Namun, pihaknya sudah berkomunikasi dengan pelaku wisata dan pengusaha meski baru secara informal.
Rata-rata peningkatan jumlah kasus baru dalam periode Mei-Juli 2021 mencapai 12 kali lipat.
Batu masih berstatus zona oranye atau risiko penularan sedang. Data terbaru dari Satuan Tugas Covid-19 Kota Batu, per 2 Juli ada penambahan 14 kasus. Adapun jumlah kumulatif terkonfirmasi positif mencapai 1.663 orang. Dari jumlah tersebut, 66 aktif, 1.447 sembuh, dan 150 meninggal.
Terkait tingkat keterisian tempat tidur (BOR), juru bicara Satgas Covid-19 Kota Batu, Ony Ardianto, mengatakan, total BOR untuk ruang perawatan intensif (ICU) dan ruang isolasi 90,65 persen. Rinciannya, ruang isolasi 89,47 persen dan ruang ICU 100 persen.
Sementara itu, keterisian shelter isolasi di Kota Batu mencapai 64,1 persen. Dari 156 tempat tidur, terisi 100 buah. ”Rata-rata peningkatan jumlah kasus baru dalam periode Mei-Juli 2021 mencapai 12 kali lipat. Sebagian besar penambahan kasus berasal dari kontak erat keluarga,” kata Ony.
Ony juga menyebut, hingga saat ini ada 62 tenaga kesehatan di wilayahnya dilaporkan positif Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir. Dari 62 orang itu, 53 orang berasal dari lima puskesmas dan 9 orang lainnya dari dinas kesehatan.
Sebagian besar tenaga kesehatan yang positif menjalani isolasi mandiri, beberapa berada di shelter penanganan Covid-19 Kota Batu dan rumah sakit. Menurut Ony, tidak ada tenaga kesehatan dengan status Covid-19 yang melayani masyarakat.