Tenaga Kesehatan ”Kota Pahlawan” Kembali Bertumbangan
Lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Timur berdampak terhadap tenaga kesehatan yang makin rentan tertular saat menangani pasien. Keandalan layanan penanganan pasien dapat terganggu karena hal ini.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
Penanggung Jawab RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara agak lega setelah menerima hasil tes usap PCR negatif, Rabu (30/6/2021). Namun, selain sedikit kelegaan itu, sebenarnya ada rasa sesak dan sedih. Sebanyak 22 tenaga kesehatan sementara tidak bisa bertugas karena terpapar Covid-19.
”Mohon dukungan doa dan perhatian dari pimpinan agar kinerja dapat dipertahankan meski kondisi sedang sulit,” kata Nalendra.
Di RS Lapangan, Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) dan mutasinya menjangkiti 22 tenaga kesehatan. Lima orang di antaranya dokter umum dan tiga orang dokter spesialis. Covid-19 menjangkiti 14 perawat, analis, serta petugas farmasi, administrasi, kebersihan, dan keamanan. Semua unit terkena dan dalam kondisi itu RS Lapangan untunglah tidak limbung.
Di Surabaya tercatat 75 dokter terpapar Covid-19 dan bulan ini ada dua yang gugur.
Dengan tenaga kesehatan dan sukarelawan tersisa, RS Lapangan dalam kompleks Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH di Jalan Indrapura itu harus tetap beroperasi dan saat ini menangani 360 pasien Covid-19. Pasien didominasi lelaki, yakni 222 orang, sedangkan perempuan 138 orang. Jika dibagi lagi, 360 pasien itu terdiri dari buruh migran dari mancanegara (35 orang), kluster Pulau Madura (8 orang), dan pasien mandiri (317 orang).
Disebut kluster Madura karena pasien didapat dari operasi pengetesan dan pelacakan di sana dalam sehari. Adapun 317 pasien mandiri sebanyak 188 orang, di antaranya warga ”Nusa Garam”, julukan Madura, yang terpaksa ditangani di RS Lapangan karena keterbatasan sarana penanganan di pulau tersebut.
”Daftar tunggu pasien yang ingin masuk ke RS Lapangan mencapai 200 orang,” kata Nalendra.
RS ini berkapasitas 410 tempat tidur. Sebanyak 90 tempat tidur tambahan yang sempat dipinjamkan ke Bangkalan, Madura, segera kembali. RS telah mendapat permintaan untuk memaksimalkan kapasitas menjadi 500 dipan guna mengatasi dampak lonjakan kasus yang sedang berlangsung.
Salah seorang dokter spesialis di RS Lapangan saat dihubungi mengatakan kemungkinan besar terpapar Covid-19 dari kegiatan pemeriksaan massal terhadap warga Madura saat terjadi lonjakan di Bangkalan dalam bulan ini. Mereka turut diterjunkan untuk mengoptimalkan pengetesan, pelacakan, dan penanganan (testing, tracing, treatment/3T) di Bangkalan terkait serangan mutasi B.1.167.2 Delta yang dua kali lebih cepat menular dan memperburuk kondisi kesehatan pasien. Sangat mungkin perlindungan tenaga kesehatan ”ditembus” sehingga mereka terpapar meski tanpa gejala atau bergejala ringan sehingga peluang sembuh amat besar.
Situasi itu diamini oleh Nalendra. ”Sedulur, mohon doanya, 22 tenaga kesehatan kami terpapar diduga dari menghadang demonstrasi pasien tanah seberang (Madura) hasil penyekatan. Berhadap-hadapan dengan jarak amat dekat itulah menjadikan mereka korban, padahal selama ini berjibaku menyelamatkan dan merawat warga dari sana,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya Brahmana Askandar mengatakan, keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di ibu kota Jatim ini sudah penuh alias 100 persen. Tenaga kesehatan kesulitan mendapat tempat isolasi dan ruang untuk penanganan agar segera sembuh dan dapat kembali bertugas.
”Teman-teman dokter mendapat tekanan yang begitu hebat sehingga rentan tumbang dan terganggunya layanan,” kata Brahmana.
Para dokter adalah manusia yang dari sisi psikologis punya kebutuhan seperti pasien. Mereka lelah, capek, dan tertekan karena situasi pandemi tak juga mereda. Situasi yang amat tak enak itu membuat mereka rentan tertular dan sebagian berujung kematian.
Di Surabaya tercatat 75 dokter terpapar Covid-19 dan bulan ini ada dua orang yang gugur. Sebanyak 58 dokter menjalani isolasi mandiri karena keluhan ringan. Sebanyak 17 dokter dirawat di RS karena disertai gejala sedang-berat dan membutuhkan penanganan terbaik untuk memastikan keselamatan mereka.
Pada Sabtu (5/6/2021) lalu, warga Jatim dikejutkan laporan lonjakan kasus di Bangkalan. Sebanyak 29 tenaga kesehatan terjangkit Covid-19. Dua orang di antaranya, yakni bidan Puskesmas Arosbaya dan dokter spesialis di UOBK RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu), meninggal dalam status pasien Covid-19. Mereka terpapar saat menangani warga yang ternyata tidak menyadari terjangkit, bahkan enggan melapor.
Sebulan ini, situasi pandemi malah memperlihatkan tren memburuk dilihat dari peningkatan jumlah kasus baru dan kematian pasien. Keterisian tinggi RS menjadi bukti masyarakat sedang tumbang karena Covid-19. Namun, tenaga kesehatan yang melayani juga sedang bertumbangan. Kalau sudah begini, masihkah kita tega abai dengan protokol kesehatan guna mencegah penularan? Masihkah juga kita tega menyepelekan Covid-19?