Kasus Covid-19 di NTT Terus Naik, tetapi Pesta Jalan Terus
Kasus Covid-19 di NTT terus meningkat, tetapi acara pesta yang memunculkan kerumunan massa di perkampungan jalan terus. Warga diimbau untuk menahan diri dengan tidak menggelar pesta atau hajatan untuk sementara waktu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN/KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Masyarakat Nusa Tenggara Timur diminta menahan diri dengan tidak menggelar pesta. Apalagi, di sejumlah daerah, kasus Covid-19 meningkat tajam akibat penularan di lokasi pesta. Tokoh agama, pemerintah daerah, dan aparat keamanan diminta bergandengan tangan untuk mengendalikan masyarakat.
Informasi yang dihimpun Kompas, Kamis (1/7/2021), di Kabupaten Flores Timur, warga ramai-ramai menggelar berbagai pesta, seperti perkawinan. Pesta itu berlangsung di banyak kampung. Di setiap kampung pun biasanya terdapat lebih dari satu pasangan yang menggelar pernikahan.
Di Flores Timur, pesta pernikahan selalu melibatkan keluarga dari kedua belah pihak dengan jumlah puluhan orang. Pesta berlangsung di perkampungan. Terkadang, kedua pihak berasal dari kampung berbeda. Itu belum termasuk undangan. Sebagaimana pesta, sangat sulit mengajak orang menerapkan protokol kesehatan.
Kondisi ini sangat rentan menularkan Covid-19. Padahal, kenaikan kasus Covid-19 di Flores Timur dalam satu pekan terakhir tergolong tinggi, yakni dari 587 menjadi 883 kasus.
”Memang ada imbauan dari pemerintah dan tokoh agama, tapi agak sulit meminta orang untuk tidak menggelar pesta. Ini kembali pada kesadaran,” kata Gaspar Sogen (46), warga Pulau Solor, Flores Timur.
Menurut dia, dari pihak gereja Katolik telah mengeluarkan peringatan kepada umatnya agar tidak menggelar pesta. Acara makan-makan pun dibatasi hingga pukul 18.00 waktu setempat. ”Banyak yang patuh, tapi ada juga yang melanggar protokol kesehatan,” ujarnya.
Maraknya pesta juga terjadi di Kabupaten Sikka. Dihubungi secara terpisah, juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Sikka, dr Clara Y Francis, mengatakan, berdasarkan hasil penelusuran kontak, banyak warga Sikka tertular saat menghadiri pesta. Mereka di antaranya tamu dan warga yang menggelar hajatan pesta.
Akibatnya, pada pekan lalu, kasus Covid-19 di Sikka meningkat lebih dari 100 kasus hingga mencapai 1.353 orang. Tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah dr TC Hillers terisi penuh. Sebagian pasien Covid-19 dirawat di ruang instalasi gawat darurat.
”Kalau pesta tidak berhenti, kasus akan naik terus,” ujarnya.
RD Yudel Neno, tokoh agama Katolik yang bertugas di Paroki Betun, Keuskupan Atambua, mengatakan, pihak keuskupan telah mengeluarkan surat larangan bagi umat Katolik untuk menggelar pesta. ”Gereja tetap memberikan sakramen komunio pertama dan perkawinan, tetapi gereja melarang digelarnya pesta. Akan ada sanksi dari gereja,” ucapnya.
Yudel berharap agar imbauan dari keuskupan itu perlu diikuti pula imbauan dari pemerintah daerah dan aparat keamanan. Selain itu, dibutuhkan langkah penertiban di lapangan. Dengan melihat sikap tegas aparat, warga akan mengurungkan niat untuk menggelar pesta.
Kirim sampel
Sementara itu, Pemprov Nusa Tenggara Timur mengirim sampel spesimen Covid-19 ke Jakarta dan Surabaya untuk diperiksa di laboratorium. Pengiriman sampel ditujukan guna mendeteksi varian baru.
Lonjakan kasus dalam beberapa hari terakhir cukup tinggi, terutama di Flores Timur dan Lembata. Kepulangan ratusan pekerja migran dari luar negeri dan provinsi lain ke NTT diduga turut menyumbang lonjakan kasus tersebut, selain mudik Lebaran 2021.
Juru bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Nusa Tenggara Timur (NTT), Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Kamis (1/7/2021), mengatakan, sejumlah daerah di NTT yang sebelumnya masuk zona hijau dan kuning berubah menjadi zona merah dan orange dalam satu pekan terakhir. Lonjakan kasus begitu cepat dan cukup tinggi sehingga dikhawatirkan varian baru telah masuk NTT.
”Karena itu, Pemprov dan Pemkot Kupang telah mengirim sampel spesimen Covid-19 ke Laboratorium Kesehatan Kementerian Kesehatan RI di Jakarta dan ke RSUD Dr Sutomo Surabaya, Jawa Timur. Kami masih menunggu hasil dari sana untuk memastikan apakah NTT sudah ada varian baru atau belum. Jika ada varian baru, maka kita harus lebih serius lagi dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada mengatasi hal ini,” kata Jelamu.
Ia mengatakan, varian Delta yang saat ini sudah masuk ke sejumlah provinsi di Indonesia sulit terdeteksi dengan alat PCR yang ada di Kupang. Mobilitas masyarakat dari Kupang ke Denpasar, Surabaya, Jakarta, dan Makassar atau sebaliknya diduga telah membawa varian baru ke NTT. Namun, hal ini perlu penelitian lebih mendalam.
Kabupaten Flores Timur dan Lembata mengalami lonjakan kasus cukup tinggi dalam satu pekan terakhir. Jumlah kasus aktif Covid-19 di Flores Timur, Senin (21/6/2021), tercatat 587 kasus. Per 29 Juni 2021, jumlah kasus naik menjadi 883 kasus, dengan 246 kasus baru. Sedangkan di Kabupaten Lembata, jumlah kasus aktif naik dari 311 kasus menjadi 466 kasus.
”Saya sudah hubungi Bupati Flores Timur Anton Gege Hadjon. Ia mengatakan, saat ini mereka sedang menunggu izin operasional alat PCR dari Kemenkes. Kalau sudah ada izin, mereka tidak lagi kirim sampel spesimen PCR ke Kupang. Jika bisa diperiksa di Larantuka, pelacakan pun makin cepat sehingga kasus segera ditangani,” kata Jelamu.
Kepala Biro Administrasi Pemerintahan Setda NTT ini mengajak masyarakat NTT menjalankan protokol kesehatan secara ketat. ”Kasus ini sudah berlangsung dua tahun, masyarakat semestinya sudah paham menerapkan pola hidup baru tersebut dengan mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan,” kata Jelamu.