Nyaris Penuh, RS di Sidoarjo Dirikan Ruang Isolasi Darurat
Tingkat keterisian tempat perawatan khusus ataupun biasa pasien Covid-19 di Sidoarjo mencapai 99 persen. Untuk menampung pasien yang terus berdatangan, RS rujukan mendirikan tempat isolasi darurat dan langsung terisi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Tingkat keterisian tempat perawatan khusus dan biasa (BOR) pasien Covid-19 di Sidoarjo mencapai 99 persen. Untuk menampung pasien yang terus berdatangan, rumah sakit rujukan mendirikan ruang isolasi darurat dan langsung terisi. Di sisi lain, 15 perangkat desa reaktif setelah bepergian ke luar kota.
Dinas Kesehatan Sidoarjo mendata jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di 19 rumah sakit rujukan sudah mencapai 1.000 orang dari jumlah total yang tersedia 1.025 tempat tidur. Tinggal tersisa 25 tempat tidur pada Senin (28/6/2021).
Sisa tempat tidur itu langsung terisi karena pasien terus berdatangan. Salah satunya di RS Anwar Medika di Krian. Pihak RS telah menyediakan 80 tempat tidur dan penuh. Instalasi gawat darurat (IGD) juga telah menampung 30 pasien.
Pengelola akhirnya menambah kapasitas dengan membangun ruang isolasi darurat karena pasien yang datang semakin tidak terbendung. Lokasinya di belakang IGD dengan kapasitas 54 tempat tidur.
”Dari kapasitas 54 tempat tidur pasien, saat dibuka langsung terisi 19 orang. Pasien tidak hanya berasal dari Sidoarjo. Warga dari luar daerah juga banyak dibawa ke sini,” ujar Wakil Bupati Sidoarjo Subandi, Selasa (29/6/2021).
Subandi mengatakan, pihaknya meminta seluruh pengelola rumah sakit menambah jumlah tempat tidur pasien meski sebelumnya pihak RS sudah menaikkan kapasitas ruang perawatannya. RS Mitra Sehat Mandiri Krian, RS Aminah Prambon, dan RS Anwar Medika rata-rata menambah 50 tempat tidur.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, telah menambah kapasitas perawatan Covid-19 sejak pekan lalu. Jumlah RS rujukan yang semula 11 dengan kapasitas tempat tidur 600 unit diminta menambah menjadi 827 unit.
”Setelah itu dilakukan rapat koordinasi dengan semua RS dan hasilnya diperoleh penambahan delapan RS rujukan Covid-19 dengan kapasitas tempat tidur 97 unit sehingga total menjadi 924 unit,” kata Syaf Satriawarman.
Dari kapasitas 54 tempat tidur pasien, saat dibuka langsung terisi 19 orang. Pasien tidak hanya berasal dari Sidoarjo.
Penambahan kapasitas tempat perawatan pasien Covid-19 ini sudah maksimal. Di sisi lain, penambahan kapasitas perawatan juga berimplikasi pada sumber daya manusia (SDM), terutama tenaga kesehatan (nakes) di rumah sakit rujukan. Beban kerja mereka meningkat tajam.
Untuk membantu nakes di RS rujukan Covid-19, sedang diupayakan bantuan tenaga medis dari Pasukan Marinir (Pasmar) di Gedangan. Selain itu juga perbantuan tenaga medis dari mahasiswa kesehatan.
Penambahan kasus baru pada Minggu (27/6/2021) tembus 31 orang. Penambahan kasus itu lebih tinggi dibandingkan dengan Jumat (25/6/2021) sebanyak 24 orang. Peningkatan kasus ini terjadi sejak dua pekan setelah libur Lebaran.
Penambahan kasus baru harian itu menyebabkan jumlah kasus terkonfirmasi positif secara kumulatif menjadi 11.866 orang pada Minggu. Dari jumlah tersebut, 113 orang dalam perawatan, 11.113 orang dinyatakan sembuh, dan 640 orang meninggal.
Sementara itu, sedikitnya 15 perangkat desa di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil uji usap antigen, Minggu (27/6/2021) malam. Para perangkat desa ini baru pulang dari bepergian ke Yogyakarta bersama ratusan perangkat desa lain menggunakan tiga bus.
Saat kembali itulah mereka tidak langsung diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Rombongan perangkat desa ini dikumpulkan dan diwajibkan menjalani uji usap antigen untuk mendeteksi sebaran Covid-19. Selain itu, untuk mencegah penularan virus dari luar daerah masuk ke Sidoarjo.
”Sebanyak 15 orang tersebut saat ini menjalani isolasi mandiri. Untuk memastikan apakah mereka terkonfirmasi positif Covid-19, Dinkes Sidoarjo akan melakukan uji usap dengan metode PCR (reaksi berantai polimerase),” ujar Asisten Pemerintahan Pemkab Sidoarjo Ainurrohman.
Sementara itu, perangkat desa lainnya yang hasil uji usapnya dinyatakan negatif diperbolehkan beraktivitas seperti biasa. Mereka bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemkab Sidoarjo berupaya memastikan pelayanan tidak terganggu dengan adanya kasus tersebut.
Meski demikian, Ainur menyayangkan kegiatan bepergian ke luar kota yang dilakukan oleh para perangkat desa di Kecamatan Buduran itu. Terlepas tujuannya untuk wisata atau dalam rangka kunjungan kerja, kegiatan tersebut tidak seharusnya dilakukan karena pandemi Covid-19 kembali mengganas.
Berpijak pada kasus itu, pihaknya langsung menyusun kebijakan tentang larangan bepergian ke luar kota bagi aparatur sipil negara, organisasi pemerintah daerah, dan perangkat desa. Perjalanan dinas ke luar kota diperbolehkan untuk hal mendesak yang akan diatur tersendiri.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) didorong memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk menunjang kinerja mereka di masa pandemi Covid-19. Hal itu juga diharapkan bisa menekan mobilitas pegawai dan mengurangi pertemuan tatap muka karena berisiko terhadap penularan penyakit.