Wapres Ma’ruf Amin: Mempercepat Kesejahteraan di Papua
”Kompas” memperoleh kesempatan wawancara khusus Wapres Ma’ruf Amin terkait beberapa hal, salah satunya Papua. Wapres menyampaikan telah menyiapkan tujuh fokus percepatan pembangunan Papua yang dipetakan hingga 2024.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin adalah Ketua Dewan Pengarah Tim Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Papua. Komitmen percepatan ini sebelumnya ditetapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Tim percepatannya dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2020.
Wapres Ma’ruf Amin sejak awal menjabat telah menyampaikan perhatiannya pada pembangunan di Papua. Karena itu, pembentukan tim ini ditindaklanjuti dengan beberapa rapat koordinasi yang dimulai pada 16 Desember 2020. Sepekan terakhir, Wapres juga bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencananaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa. Semua berkaitan dengan upaya mengharmoniskan program-program untuk pembangunan Papua.
Harian Kompas berkesempatan mewawancarai Wapres Amin secara khusus mengenai strategi dan rencana yang disiapkan untuk Papua. Wawancara ini dilakukan pada Kamis (24/6/2021) secara daring. Berikut hasil wawancara tersebut.
Sebagai Ketua Dewan Pengarah Tim Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Papua, strategi seperti apa yang akan diterapkan untuk percepatan pembangunan dan mengatasi masalah keamanan?
Ini salah satu penugasan Presiden kepada saya selaku Wapres, yaitu kebijakan strategis untuk mengoordinasikan percepatan pembangunan di Papua.
Sesuai Inpres Nomor 9/2020 dan Keppres Nomor 20/2020, ada tujuh fokus sebagai tugas tim ini: kemiskinan, pendidikan, kesehatan, usaha mikro dan kecil, ketenagakerjaan, infrastruktur, dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Ini salah satu penugasan Presiden kepada saya selaku Wapres, yaitu kebijakan strategis untuk mengoordinasikan percepatan pembangunan di Papua.
Kenapa tujuh ini? Karena masih banyak yang tertinggal di Papua ini. Untuk itu, kita melihat memang harus dilakukan secara sistematis, bertahap, dan berkelanjutan, harus dibuat langkah-langkahnya. Kita buat programnya jangka panjang, jangka menengah, dan juga jangka pendek.
Oleh karena itu, kita menggunakan istilah program-program quick win dan kita sudah petakan sampai 2024.
Sebagai contoh, di bidang pendidikan, masih ada kabupaten yang memiliki angka putus sekolah yang tinggi, seperti Kabupaten Puncak. Menurut Badan Pusat Statistik, angka putus sekolah anak umur 16-18 tahun sebesar 235 persen. Tinggi sekali, kan, artinya anak umur 16-18 tahun yang berada di luar satuan pendidikan jumlahnya lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang sekolah.
Kenapa terjadi seperti itu? Salah satu akarnya, buruknya akses menuju sekolah.
Permasalahan seperti ini harus dipecahkan. Oleh karena itu, saya sudah minta Kemendikbud Ristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) bersama Kementerian PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan pemda (pemerintah daerah) untuk bersinergi menanggulangi masalah ini.
Upaya percepatan untuk bidang pendidikan disebut sebagai program Papua Pintar. Antara lain pembangunan sekolah berpola asrama di tujuh wilayah adat, beasiswa afirmasi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Bidikmisi, kebijakan khusus untuk guru, penguatan kajian bertaraf internasional di Universitas Cenderawasih, dan pembangunan perguruan tinggi baru di Biak Numfor dan Jayawijaya.
Kemarin kami sudah berdiskusi secara virtual dengan (akademisi) Uncen untuk percepatan pembangunan, terutama untuk penyiapan sumber daya manusia.
Di bidang kesehatan juga. Delapan dari 13 kabupaten di Papua Barat masih kesulitan berobat ke poskesdes (pos kesehatan desa) atau polindes (pondok bersalin desa). (Daerah itu misalnya) Kabupaten Sorong, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, Maybrat, Tambraw, Kabupaten Sorong Selatan. Saya minta Kementerian Kesehatan dan Kementerian PUPR dan pemda untuk menangani ini.
Dalam rapat-rapat dengan kementerian, kita terus identifikasi program dari semua kementerian/lembaga yang mendukung percepatan pembangunan Papua.
Upaya percepatan quick win-nya kita sebut program Papua Sehat, seperti peningkatan rumah sakit umum daerah (RSUD) di tujuh wilayah adat, pengembangan Institut Kesehatan Papua, penguatan puskesmas plus, rumah layak untuk masyarakat, penanganan anak telantar, dan penanganan stunting (tengkes).
Dalam rapat-rapat dengan kementerian, kita terus identifikasi program dari semua kementerian/lembaga yang mendukung percepatan pembangunan Papua. Semua kementerian/lembaga (KL) sebenarnya sudah punya program, (juga) sejak awal (ada) sumber dana untuk percepatan pembangunan. Jadi, kita mengoptimalkan anggaran yang sudah ada dan tinggal dikoordinasikan saja anggarannya.
Bagaimana meyakinkan masyarakat Papua bahwa ini langkah terbaik?
Kita ingin (ini) dipahami rakyat Papua. Kebijakan ini komitmen pemerintah karena Papua bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan RI.
Pemerintah tidak hanya melihat sebagai suatu kewajiban untuk memperlakukan sama dengan daerah lain, tapi justru ingin memberi prioritas, mempercepat. Ini perhatian yang lebih, karena disadari ada ketertinggalan-ketertinggalan. Karena itu, dilakukan percepatan, afirmasi, termasuk juga untuk penerimaan pegawai di BUMN dan juga pemerintah. Kemarin saya meresmikan 254 dari 1.000 (pegawai BUMN asal Papua), itu afirmasi pemerintah. Jadi, diprioritaskan meski maaf kalau standarnya masih di bawah, diberi dispensasi.
Masalah keamanan itu tidak mengubah kebijakan pemerintah. Tidak menggunakan pendekatan keamanan, tapi tetap pendekatan kesejahteraan.
Keamanan hanya untuk menjaga supaya kondisi Papua kondusif.
Yang dihadapi petugas keamanan kita adalah kelompok yang membuat ketidakamanan, perusuh-perusuh. Rakyat Papua baik, tapi ada sekelompok yang membuat keadaan tidak aman. Jadi, bukan mengamankan Papua dari masyarakat Papua, tapi dari gerombolan pengacau, supaya pembangunan tidak terganggu, tidak tersandera oleh gangguan keamanan.
Saya rencana akan ke Papua untuk bertemu tokoh-tokoh lokal. Saya melihat ada enam kluster local champion (yang akan ditemui), yaitu kluster pemerintahan, kluster adat yang juga penting di Papua, kluster agama, kluster pendidikan dan akademisi, kelompok perempuan, dan kelompok pemuda.
Kemarin kita sudah mulai bicara dengan guru-guru besar Universitas Cenderawasih dan mereka memberi masukan. Kami memberi pemahaman dan menerima juga masukan. Sebab, saya sampaikan program yang ada pada kita bukannya kaku atau mati, tapi kalau ada masukan yang konstruktif atau terlupakan tentu akan digunakan. Karena itu, diskusi dengan kelompok local champion menjadi penting.
Saya tidak tahu berapa kelompok bisa saya (temui), tetapi saya juga masih menunggu, sedang diatur waktu yang tepat dengan pemda dan pihak keamanan.
Saya tidak tahu berapa kelompok bisa saya (temui), tetapi saya juga masih menunggu, sedang diatur waktu yang tepat dengan pemda dan pihak keamanan. Sesuai arahan Presiden, dialog dengan semua elemen masyarakat Papua harus dilakukan. Kalau bisa lebih awal, tetapi kita lihat kondisinya dulu karena ini penting supaya percepatan pembangunan berjalan baik dan mencapai sasaran yang ditetapkan supaya Papua semakin maju dan sejahtera.