Vaksinasi menjadi salah satu jalan menyelematkan nyawa saat pandemi. Pintu yang dibuka untuk vaksinasi terbilang banyak, tetapi bukan perkara mudah untuk mendapatkannya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/ABDULLAH FIKRI ASHRI/TATANG MULYANA SINAGA/CORNELIUS HELMY
·5 menit baca
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum jelas ujungnya, vaksinasi menjadi salah satu pelindung nyawa. Namun, sekadar mendapat satu suntikan vaksin ternyata tidak semudah virus korona baru menebar ancaman. Ibaratnya, banyak pintu yang dibuka, tetapi tidak mudah untuk memasukinya.
Haryanto (34) dengan bangga menunjukkan stiker di belakang helmnya yang bertuliskan ”Saya Sudah Divaksin”, Senin (21/6/2021), di Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pengemudi ojek daring itu mengatakan, itu tandanya dia sudah mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap.
Bersama ratusan pengemudi ojek daring lainnya, ia menjalani vaksinasi sebagai pelayan publik pada 20 Mei dan 16 Juni. Pemberitahuan vaksinasi datang dari aplikasi ojek daring, tempatnya bekerja.
”Setelah vaksin dosis pertama, lengan rasanya ngilu dua hari,” kata Haryanto. Nyeri tidak masalah. Katanya, khasiat vaksin melawan virus korona baru jauh lebih penting.
Menjelang dosis kedua, warga Sumber ini diminta membawa warga lanjut usia sebagai syarat divaksin. Ia dijanjikan bakal meraup insentif Rp 25.000 jika membawa seorang warga lansia. Ia lantas mengajak kedua orangtuanya yang berumur lebih dari 60 tahun. ”Saya rayu bapak dan ibu untuk ikut, tetapi bapak enggak mau,” katanya.
Ayahnya menolak divaksin karena khawatir ada efek samping. Ibunya yang memiliki riwayat penyakit diabetes juga awalnya tidak ingin divaksin. Setelah diberi pemahaman, ibunya lantas bersedia divaksin. ”Kata ibu, dia merasa tambah sehat,” ucapnya tersenyum.
”Saya mengajak lansia bukan faktor intensifnya yang tidak seberapa, tetapi untuk kesehatan. Enggak dapat insentif juga enggak apa-apa,” lanjutnya yang sempat mengajak dua lansia lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengakui, vaksinasi Covid-19 menghadapi berbagai kendala. Selain pasokan vaksin terbatas, warga lansia juga belum sepenuhnya bersedia divaksin.
”Masih banyak warga yang percaya hoaks kalau vaksin itu berbahaya. Ini butuh kerja sama tokoh masyarakat dan agama,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Cirebon Ahmad Fariz bersama tenaga kesehatan di RSUD Waled juga ditugaskan membawa lansia untuk divaksin. ”Dari 200 lansia yang dipanggil, hanya enam orang datang. Padahal, kami sudah menyiapkan transportasi dan makanan ringan. Alasannya, mereka takut,” katanya.
Terjebak kerumunan
Di Kota Bandung, ibu kota Jabar, vaksin juga tidak mudah didapat. Syarat mendapatkan vaksinasi di layanan kesehatan hingga kantor penegak hukum berbeda-beda. Ada yang menetapkan aturan prioritas warga di satu kecamatan tanpa memperhitungkan usia. Di tempat lain, penyuntikan hanya dilakukan untuk warga berusia 18 tahun asal membawa dua lansia atau pra-lansia.
Panji (30), warga Kecamatan Panyileukan, merasakan kesulitan itu. Beberapa tautan terkait vaksinasi dia coba. Namun, semuanya berakhir hampa karena sudah tidak bisa diakses kembali dan diminta menunggu lagi.
”Saya tidak ingin istri dan anak saya yang baru berumur 1 tahun terpapar. Apalagi, beberapa teman saya sudah ada yang kena Covid-19,” ujarnya.
Titik terang sempat muncul saat vaksinasi massal diapungkan. Syaratnya mudah. Warga hanya diminta membawa KTP. Namun, tingginya animo warga justru memicu kerumunan baru. Kamis (10/6/2021), misalnya, warga berdesak-desakan di pintu gerbang Sudirman Grand Ballroom, Bandung.
”Ngeri, sih. Kita tidak tahu di tengah kerumunan itu ada yang sakit. Saya ingin pergi, tetapi sudah keburu terjebak. Saya tetap tunggu, apalagi saya sudah ada di sini dari jam 07.30,” ujar Tia (33), warga Kecamatan Bandung Kulon.
Gerbang baru dibuka sekitar pukul 10.00. Petugas yang berjaga pun meminta warga untuk mengantre meski jaga jarak lebih dari 1 meter sulit diterapkan. ”Yang penting sekarang saya sudah divaksin, semoga pandemi segera pergi,” ujarnya.
Hal serupa juga terjadi saat vaksinasi massal di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Kamis (17/6/2021). Dilakukan sehari, vaksinasi ditujukan untuk warga Bandung Raya dengan target 5.000 orang.
Kerumunan muncul saat antrean mulai mengular. Kondisinya kian runyam saat turun hujan deras dan angin kencang. Proses vaksinasi pun terpaksa dilaksanakan di dalam ruangan stadion yang terbatas.
”Kami selaku Komite Penanganan Covid-19 Daerah meminta maaf atas ketidaknyamanan dan kerumunan dalam vaksinasi massal di Stadion GBLA,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Ke depan, Kamil mengatakan, untuk mempercepat pembentukan kekebalan kelompok, vaksinasi di Jabar diperbolehkan bagi warga berumur di atas 18 tahun. Tidak ada lagi pembatasan hanya untuk tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik, dan warga lanjut usia.
Keputusan itu mulai membuahkan hasil. Beberapa hari terakhir, mulai banyak pendaftaran daring untuk vaksinasi 18 tahun ke atas di kampus hingga fasilitas kesehatan. Syaratnya tidak sulit, hanya membawa KTP.
Kami selaku Komite Penanganan Covid-19 Daerah meminta maaf atas ketidaknyamanan dan kerumunan dalam vaksinasi massal di Stadion GBLA.
Langkah itu dilakukan karena, hingga Selasa (22/6/2021), baru 2,82 juta orang atau sekitar 41 persen yang disuntik vaksin dosis pertama di Jabar. Sementara realisasi vaksinasi dosis kedua jauh lebih kecil, hanya 1,81 juta orang (26 persen). Penyuntikan vaksin dosis pertama terhadap lansia hanya 12 persen dan dosis kedua masih 7 persen.
Saat ini, Jabar melakukan vaksinasi terhadap 36.000-50.000 orang per hari. Ke depan, targetnya mencapai 175.000 orang per hari.
Vaksinasi ini juga berpacu dengan waktu karena persebaran Covid-19 semakin meningkat dengan ancaman varian baru. Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19, hingga Selasa (22/6/2021) pukul 17.30, sebanyak 347.287 warga Jabar terkonfirmasi Covid-19. Angka ini bertambah 2.719 dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 30.202 warga tengah menjalani isolasi dan perawatan dan sebanyak 312.448 orang dinyatakan sembuh. Pandemi ini juga merenggut 4.637 jiwa korban meninggal akibat terpapar Covid-19.
Vaksinasi menjadi salah satu cara melawan pandemi. Dengan menekan dampak virus, besar kemungkinan ikut mengurangi tingginya keterisian tempat tidur. Ujungnya, kematian akibat Covid-19 bisa ditekan. Dengan ragam alasan itu, sudah saat akses terhadap vaksin itu lekas dipermudah.