Perangi Kejahatan Laut, Indonesia-AS Bangun Pusat Latihan Maritim di Batam
Indonesia dan Amerika Serikat membangun pusat latihan maritim di Batam, Kepulauan Riau. Pusat latihan senilai Rp 50,56 miliar itu dibangun untuk memperkuat peran Indonesia-AS dalam memelihara perdamaian kawasan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Indonesia dan Amerika Serikat bekerja sama membangun pusat latihan maritim di Pangkalan Armada Keamanan Laut Barat, Pulau Setokok, Batam, Kepulauan Riau. Pusat latihan senilai Rp 50,56 miliar itu dibangun untuk memperkuat peran Indonesia-AS memelihara perdamaian kawasan dan melawan kejahatan laut lintas negara.
Seremonial peletakan batu pertama pembangunan pusat latihan maritim itu disaksikan secara virtual oleh Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim dan Kepala Bakamla RI Laksamana Madya TNI Aan Kurnia, Jumat (25/6/2021). Adapun peletakan batu pertama diwakili oleh Kepala Kantor Keamanan Laut Zona Maritim Barat Laksamana Pertama Bakamla Hadi Pranoto.
Lewat keterangan tertulis, Deputi Kebijakan dan Strategi Bakamla RI Laksamana Muda Bakamla Tatit Witjaksono mengatakan, nantinya, pusat pelatihan maritim itu akan dimiliki dan dioperasikan oleh Bakamla RI. ”Pusat pelatihan ini akan menjadi sarana penting bagi kami guna meningkatkan kompetensi personel dalam menjawab tantangan tugas menjamin keamanan dan keselamatan di laut,” katanya.
Pembangunan pusat latihan maritim yang dapat menampung 50 siswa dan 12 instruktur itu ditargetkan rampung pada tahun ini. Fasilitas tersebut juga akan dilengkapi ruang kelas, kantor, barak, dapur makan, dan landasan peluncuran kapal.
Pusat pelatihan senilai Rp 50,56 miliar itu merupakan upaya kolaborasi antara Bakamla RI, Penjaga Pantai AS (USCG), Kantor Urusan Narkotika dan Penegakan Hukum Internasional di Kedutaan Besar AS, Satuan Tugas Antarbadan Gabungan Barat AS, Komando Indo-Pasifik AS, serta Komando Fasilitas Teknik Angkatan Laut AS.
Sejak 2014, AS memberikan dukungan kepada Indonesia berupa penyediaan peralatan, pelatihan, dan bantuan teknis kepada Bakamla RI. (Sung Y Kim)
Duta Besar Kim mengungkapkan, pembangunan pusat latihan maritim di Batam adalah bagian dari upaya berkelanjutan AS dan Indonesia memerangi kejahatan transnasional. Sejak 2014, AS memberikan dukungan kepada Indonesia berupa penyediaan peralatan, pelatihan, dan bantuan teknis kepada Bakamla RI.
”Sebagai sahabat dan mitra Indonesia, AS tetap berkomitmen mendukung peran utama Indonesia dalam memajukan perdamaian dan keamanan regional dengan melawan kejahatan domestik dan transnasional,” kata Kim.
Dalam catatan Kompas, latihan gabungan Bakamla RI dan USCG pertama kali dilakukan di Batam pada 9 Agustus 2019. Saat itu, personel Bakamla RI di Kapal Negara Tanjung Datu dan anggota USCG di Kapal Cutter Stratton bekerja sama mengasah kemampuan melakukan penindakan di sekitar Selat Malaka selama tiga hari.
Dalam upacara pembukaan latihan bersama tersebut, Direktur Latihan Bakamla Laksamana Pertama Bakamla Yehezkiel Katiandagho menyatakan, upaya menjaga keamanan kawasan laut tidak bisa dijalankan sendiri. Indonesia butuh bekerja sama dengan negara lain dengan tetap menghormati kedaulatan masing-masing.
Menurut dia, upaya penegakan hukum di laut berkontribusi langsung terhadap laju pertumbuhan ekonomi negara. Oleh karena itu, pengamanan di perbatasan Selat Malaka yang juga merupakan salah satu jalur pelayaran internasional tersibuk di dunia menjadi prioritas Bakamla.
Sementara itu, Kapten Kapal (Commanding Officer) USCG Cutter Stratton Bob Little mengatakan, tugas Bakamla sebagai penjaga pantai semakin berat di tengah permasalahan kawasan yang bertambah kompleks. ”Namun, saya yakin Bakamla saat ini dalam fase yang sedang berkembang menjadi lebih kuat,” ujarnya.