Pengelolaan Sampah Makanan Mulai Diajarkan di Bangku Kuliah
Setiap tahun, puluhan juta ton sisa makanan menjadi sampah di Indonesia. Perguruan tinggi memasukkan materi manajemen pengolahan sampah ke dalam kurikulum perkuliahan untuk menyosialisasikan pengurangan sampah makanan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Perguruan tinggi segera memasukkan materi pengelolaan sampah makanan sebagai bagian dari kurikulum perkuliahan. Hal itu diharapkan mampu mengurangi pembuangan sampah makanan di Indonesia yang jumlahnya mencapai puluhan juta ton per tahun.
Berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) bersama sejumlah lembaga, diketahui bahwa Indonesia membuang sampah makanan 23 juta-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019. Timbunan sampah makanan atau food loss dan waste tersebut setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.
Terkait hal itu, Universitas Ma Chung di Malang, bersama sejumlah perguruan tinggi swasta di Indonesia, dan tiga perguruan tinggi Eropa, menggelar training of trainers (ToT) untuk penyusunan kurikulum manajemen pengelolaan sampah makanan. Kegiatan secara hibrida tersebut dilakukan 24-25 Juni 2021 di Hotel Harris Riverside Malang, baik daring maupun luring.
Kegiatan tersebut merupakan langkah lanjutan dari program IN2FOOD (Interdisciplinary Approach Towards Fostering Collaborative Innovation in Food Waste Management) yang didanai oleh Erasmus+ Uni Eropa.
Dalam kegiatan itu, sejumlah perguruan tinggi memaparkan penerapan kurikulum mengenai sampah makanan dalam rencana pembelajaran semester (RPS) mata kuliah yang akan diajarkan. Perguruan tinggi anggota konsorsium tersebut antara lain Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Prasetiya Mulya Jakarta, Universitas Bina Nusantara, Universitas Pembangunan Jaya Jakarta, dan Universitas Ma Chung.
Selain itu, juga diadakan diskusi dengan Garda Pangan, serta digelar workshop mengenai ”Design Thinking Tools” oleh Ghent University, salah satu anggota konsorsium, ”Food Waste Management” oleh Tampere University Finlandia (anggota konsorsium), ”Application of Design Thinking Approach in Students’ Project” oleh Universitas Parahyangan, serta ”21st Century Skills Learning in Student Projects” oleh Hotelschool The Hague Belanda (anggota konsorsium).
”Isu food waste atau sampah makanan ini sangat penting. Di Indonesia, biasanya kita makan lalu tidak menghabiskan makanan adalah hal lumrah. Namun, jika dikumpulkan, ternyata jumlah makanan terbuang itu bisa memberi makan jutaan orang,” kata Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Ma Chung Patrisius I Djiwandono, Jumat (25/6/2021).
Pentingnya kesadaran mengenai sampah makanan, menurut Patrisius, penting bagi mahasiswa untuk diketahui melalui perkuliahan. Dengan begitu, mahasiswa bisa turut memberikan sumbangan pemikiran dan karya dalam isu lingkungan tersebut.
”Wacana ini tidak mudah untuk dimasukkan dalam kurikulum. Namun, dengan usaha bersama, kita bisa. Apa pun yang kita lakukan, pasti untuk kebaikan, dalam hal ini mengenai usaha melestarikan lingkungan hidup melalui manajemen pengelolaan sampah,” tutur Patrisius.
Di Universitas Ma Chung, kurikulum pengolahan sampah makanan akan diberikan mulai semester depan, misalnya di program studi manajemen. Selain itu, kurikulum design thinking terkait sampah makanan akan dimasukkan dalam kurikulum di Ma Chung Festival. Dengan demikian, semua mahasiswa akan mendapatkannya.
Senada dengan Universitas Ma Chung, Universitas Katolik Parahyangan Bandung juga sudah merancang kurikulum perkuliahan dengan muatan manajemen pengelolaan sampah makanan. Beberapa mata kuliah berbasis pengelolaan sampah makanan, seperti Food Security, Design Thinking in Innovation dan Socio-Entrepreneurship, serta Contemporary Logistics. Masing-masing mata kuliah berbobot 3 satuan kredit semester (SKS).
”Kuliah tentang manajemen pengelolaan sampah makanan, terutama akan lebih banyak pada bidang socio-entrepreneurship sehingga, dalam merancang kewirausahaan, apalagi jika mereka ingin mendirikan usaha kuliner, mahasiswa sudah harus memasukkan unsur manajemen pengelolaan sampah makanan,” kata Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Judith Pattiwael.