Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur kembali memburuk. Perlu kesadaran dan ketertiban umum terutama disiplin protokol kesehatan dan penanganan secara terpadu yang jangan sampai kendur demi keselamatan masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur memburuk. Bahkan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali terpapar. Penanganan menyeluruh perlu terus diutamakan.
Wabah kembali memburuk dapat dilihat dari peningkatan kasus harian. Selain itu, jumlah kabupaten/kota berstatus zona merah atau risiko tinggi penularan juga bertambah. Situasi kian memprihatinkan karena Khofifah terpapar lagi Covid-19.
Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, Jumat (25/6/2021), yang terjangkit bertambah 975 orang menjadi 167.806 orang. Sebanyak 62 orang meninggal sehingga jumlah total kematian 12.414 orang. Ada peningkatan kesembuhan 512 orang menjadi 149.032 orang. Kasus aktif atau jumlah pasien yang sedang ditangani bertambah 401 orang menjadi 6.360 orang.
Tingkat kesembuhan 88,8 persen. Fatalitas atau tingkat kematian 7,4 persen. Daerah dengan zona merah adalah Bangkalan di Pulau Madura sejak 15 Juni atau sudah bertahan sebelas hari. Selain itu, Kabupaten Ngawi dan Ponorogo juga memburuk menjadi zona merah sejak Rabu lalu atau tiga hari ini. Tersisa satu zona kuning atau risiko rendah, yakni Sumenep di Madura paling timur. Sebanyak 34 kabupaten/kota lainnya berstatus zona oranye atau risiko sedang.
Memburuknya situasi pandemi terlihat sejak lonjakan kasus di Bangkalan pada 5 Juni lalu. Secara statistik, peningkatan kasus harian hampir dan akhirnya melewati 700 kasus terjadi ketika Bangkalan berstatus zona merah atau 15 Juni. Tiga hari terakhir, penambahan kasus harian di angka 873, 945, dan 975. Terakhir kali peningkatan kasus melebihi 700 terjadi pada pertengahan Februari. Kasus menyentuh dan melewati 1.000 terjadi pada Januari.
Lonjakan pada Januari terjadi dua-tiga pekan setelah Natal dan Tahun Baru. Peningkatan mulai terasa sejak awal Juni yang notabene dua pekan dari masa Lebaran (13-14 Mei). Artinya, ada pola yang berulang dan bisa diyakini mengapa terjadi karena peningkatan mobilitas yang memicu penularan.
Padahal, dalam pengalaman Natal-Tahun Baru dan Lebaran lalu, aparatur negara memberlakukan pembatasan mobilitas. Namun, peningkatan kasus dua-tiga pekan setelah masa libur memperlihatkan pengabaian protokol kesehatan terutama dalam menekan mobilitas.
Kepada seluruh masyarakat saya mohon dengan sangat untuk selalu waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Pandemi Covid-19 belum berakhir. (Khofifah Indar Parawansa)
Pada masa Ramadhan dan Lebaran atau April-Mei, di Jatim juga telah terkonfirmasi adanya serangan mutasi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Awalnya diketahui varian B.1.1.7 Alpha kemudian, B.1.351 Beta. Awal bulan ini, serangan B.1.617.2 Delta juga terkonfirmasi dari hasil sequencing terhadap belasan warga Bangkalan. Mutasi baru terutama Delta dua kali lipat lebih cepat menular dan memperburuk kondisi kesehatan pasien.
Menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, kombinasi pengabaian protokol dan serangan varian baru memperlihatkan dampak memprihatinkan dari situasi pandemi. Sebelum lonjakan, wabah baru dalam kondisi landai yang sekarang memburuk. ”Tentu ini kembali menguras energi bahkan bisa kembali memunculkan rasa frustrasi,” katanya.
Dalam situasi pandemi yang memburuk, menurut Windhu, perlu kepemimpinan yang tegas dan dapat mendorong kesadaran untuk ketertiban umum demi melindungi keberlangsungan kehidupan masyarakat. Sosialisasi bahaya Covid-19 dan protokol kesehatan perlu terus ditempuh bersamaan dengan digencarkannya strategi penanganan. Program pengetesan, pelacakan, dan penanganan (testing, tracing, treatment atau 3T), vaksinasi Covid-19, dan seluruh langkah pencegahan dan penanganan yang diperlukan jangan sampai kendur.
Namun, dalam situasi yang memburuk, Gubernur Jatim Khofifah ternyata kembali terinfeksi Covid-19. Pada Januari, Khofifah terinfeksi dan menghabiskan hampir satu bulan untuk isolasi mandiri dan penanganan. Menurut Khofifah, reinfeksi mengakibatkan dirinya tidak bisa melaksanakan serah terima jabatan Bupati-Wakil Bupati Tuban dalam kegiatan tatap muka tetapi secara virtual.
”Berdasarkan hasil PCR swab test tim RSUD Dr Soetomo, Kamis tadi malam dan (Jumat) pagi ini hasilnya keluar, saya dinyatakan positif Covid-19,” kata Khofifah dalam keterangan tertulis, Jumat ini. Khofifah melanjutkan, dirinya tetap tertular Covid-19 meski tes antibodi empat hari sebelumnya menyatakan hasil 275 U/ml yang berkategori tinggi untuk mencegah gejala berat Covid-19. Khofifah akan kembali menempuh isolasi mandiri sampai dinyatakan negatif.
”Kepada seluruh masyarakat saya mohon dengan sangat untuk selalu waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Pandemi Covid-19 belum berakhir. Virus ini dapat menyerang siapa saja dan kapan saja. Jangan lengah dan jangan anggap sepele,” kata Khofifah.
Anggota Dewan Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, Agung Dwi Wahyu Widodo, meminta seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan disiplin protokol. Ada enam langkah protokol yang berkembang dari lima dan sebelumnya tiga.
Tiga langkah awal adalah memakai masker (pelindung diri) dengan benar, menjaga kebersihan tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain. Dua langkah tambahan ialah menghindari kerumunan dan menekan mobilitas atau pergerakan. Langkah keenam adalah menjaga pola hidup sehat dengan makanan bernutrisi dan bervitamin, berolahraga, dan beristirahat cukup.
”Dalam situasi seperti ini, sulit untuk memastikan dari diri sendiri disiplin padahal peluang terserang selalu ada,” kata Agung.
Masyarakat diharapkan tidak jemu diingatkan tentang bahaya pandemi dan diharapkan disiplin protokol. Sigaplah dan cepatlah memeriksakan diri ketika ada keluhan kesehatan. Ikuti tes jika keluhan kesehatan mengindikasikan ke arah penularan Covid-19. Jika benar tertular, taati seluruh tahapan penanganan dan kembali disiplin protokol.