Bantuan Pembaca ”Kompas” Menjangkau Seniman Jegog di Bali
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menyalurkan donasi pembaca ”Kompas” berupa paket bahan kebutuhan pokok kepada komunitas seniman jegog di Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (24/6/2021). Sumbangan diapresiasi para penerima.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas atau DKK menyalurkan 100 paket berisi bahan kebutuhan pokok kepada seniman jegog di Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (24/6/2021). Bupati Jembrana I Nengah Tamba turut menyerahkan paket bantuan pembaca Kompas kepada seniman jegog Jembrana di rumah dinas Bupati Jembrana. Bantuan yang disalurkan Yayasan DKK berasal dari donasi pembaca Kompas.
Sebanyak 100 paket bahan kebutuhan pokok, di antaranya beras, minyak goreng, gula pasir, dan tepung terigu, juga masker, Kamis (24/6/2021), disalurkan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas kepada seniman jegog di Kabupaten Jembrana, Bali.
”Kami berterima kasih atas donasi dari pembaca Kompas,” kata Ketua Yayasan Seni Jegog Jembrana Ketut Suarda mewakili 100 seniman tradisional jegog yang menerima paket kebutuhan pokok di rumah jabatan Bupati Jembrana, Kamis.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembaca Kompas yang peduli dan berdonasi melalui Kompas. Tamba menyatakan, paket bahan kebutuhan pokok yang diserahkan kepada seniman tradisional di Kabupaten Jembrana, khususnya jegog, itu menjadi bentuk kepedulian terhadap pelaku kesenian khas Jembrana selain wujud kebersamaan menghadapi situasi sulit di masa pandemi Covid-19.
”Saya merasa sangat senang dengan kontribusi ini. Luar biasa, harian Kompas peduli dengan seka (kelompok) jegog di Jembrana,” kata Tamba ketika menerima tim Yayasan DKK yang dikoordinasikan Forum Komunikasi Daerah (FKD) Kompas Gramedia Regional Bali di rumah dinas Bupati Jembrana, Kamis.
Tamba juga turut menyerahkan paket bahan kebutuhan pokok itu, yang secara simbolis diterima 10 seniman jegog di rumah dinas Bupati Jembrana, Kamis. Terkait distribusi paket bahan kebutuhan pokok yang bersumber dari donasi pembaca Kompas tersebut, Suarda menyatakan sudah mengoordinasikannya dengan para ketua seka jegog yang bernaung dalam Yayasan Seni Jegog Jembrana untuk dibagikan secara merata.
Tamba mengungkapkan, jegog merupakan seni gamelan khas Jembrana. Jegog menggunakan bahan utama dari bambu, terutama bambu petung. Tamba menyatakan, keberadaan Yayasan Seni Jegog Jembrana juga bertujuan mengangkat kesejahteraan seniman jegog di Jembrana selain mempertahankan dan melestarikan seni khas Jembrana itu.
”Jegog seharusnya dihargai dan bukan dipandang kesenian yang murah,” kata Tamba.
Seni tetabuhan jegog dengan instrumen dari bambu diperkirakan sudah berusia lebih dari seabad. Belum dipastikan siapa seniman yang menciptakan tetabuhan dengan memukul-mukul bambu itu. Namun, seniman jegog di Jembrana memercayai tetabuhan dari bambu berukuran besar itu dikembangkan Kiyang Geliduh, petani dari Desa Dangin Tukadaya, Jembrana, mulai 1912.
Suarda mengatakan, seni jegog bermula sebagai perayaan para petani ketika masa panen. Perayaan kala panen dengan tetabuhan jegog itu juga berhubungan dengan tradisi makepung atau pacuan kerbau khas Jembrana.
”Makepung ini adalah balapan mengangkut hasil panen dari sawah ke rumah,” kata Suarda di Jembrana. ”Ketika pengangkut hasil panen ini sampai di rumah, mereka merayakannya dengan membunyikan jegog,” ujar pemimpin Seka Jegog Dauh Mekar dari Banjar Tunas Mekar, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, itu.
Suara tetabuhan jegog bisa membahana, rancak, dan riuh ketika ditabuh mebarung atau diadu di antara dua kelompok jegog atau lebih. Suaranya terdengar sampai kejauhan. Namun, jegog dapat pula lembut dan merdu saat dimainkan pelan dengan tabuh teruntungan atau perlahan.
Selain perangkatnya yang dibuat dari bambu, jegog juga memiliki ciri lain, yakni titi larasnya bukan pelog atau slendro, tetapi berada antara pelog dan slendro. Seperangkat jegog terdiri atas 14 alat musik, termasuk satu set jegogan, yakni perangkat jegog berukuran besar yang panjang bambunya mencapai 4 meter.
Dari keterangan maestro jegog Jembrana, Ketut Suwentra, semasa hidupnya, titi laras jegog disebut dengan titi laras empat nada jegog. Keunikan jegog, termasuk titi laras empat nada jegog, membuat tetabuhan jegog dapat dikolaborasikan dengan musik jenis lain. Alhasil, jegog Jembrana juga melanglang buana, terutama di kawasan Asia sampai Benua Eropa.
Suarda menyebutkan, jumlah seka jegog di Jembrana melebihi 100 kelompok karena hampir semua kecamatan di Jembrana mempunyai seka atau kelompok. Namun, hanya sekitar 85 kelompok yang aktif dan sudah bergabung dalam Yayasan Seni Jegog Jembrana. ”Dalam kondisi seperti ini (pandemi Covid-19), semuanya terdampak dan merasakan kesulitan,” kata Suarda.
Pemimpin Seka Jegog Tridatu, Berangbang, Kecamatan Negara, Jembrana, Ketut Suwika mengungkapkan hal serupa. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan mengakibatkan seniman tradisional mengalami kesulitan yang berlarut-larut.
Suarda mengungkapkan, donasi pembaca Kompas yang disalurkan Yayasan DKK di masa pandemi ini menjadi bantuan yang bermanfaat karena akan meringankan beban masyarakat menghadapi kondisi sulit. ”Karena situasi Covid-19, kami sangat jarang bisa pentas, termasuk untuk mengisi acara dari pemerintah,” kata Suarda.
Ketua FKD Kompas Gramedia Regional Bali Anak Agung Gede Rai Sahadewa mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, Yayasan DKK sudah menyalurkan bantuan bagi kelompok yang terdampak pandemi Covid-19 sejak 2019. Komunitas seniman termasuk kelompok masyarakat yang juga mengalami kesulitan di masa pandemi Covid-19.
Ketua Bidang Sosial Kemasyarakatan FKD Kompas Gramedia Regional Bali I Wayan Sukra menyatakan, bantuan juga disiapkan bagi komunitas seniman di beberapa daerah lain di Bali, seperti di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
Sukra menambahkan, jegog adalah seni tradisional dari Bali yang sudah dikenal meluas, bahkan hingga internasional. ”Bantuan dalam bentuk paket bahan kebutuhan pokok ini juga bentuk apresiasi kami kepada seniman jegog di Jembrana dan masyarakat Bali,” kata Sukra.