Bandara di Cepu Diusulkan Bernama Abdurrahman Wahid
Bupati Blora Arief Rohman mengusulkan Bandara Ngloram di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, diberi nama Abdurrahman Wahid. Pembangunan bandara dengan landas pacu 1.500 meter itu kini sudah mencapai 85 persen.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Bupati Blora Arief Rohman mengusulkan Bandara Ngloram di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, diberi nama Abdurrahman Wahid, yang merupakan Presiden keempat Republik Indonesia. Usulan itu pun disetujui Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Adapun kemajuan pembangunan terminal Bandara Ngloram telah mencapai 85 persen.
Arief melalui keterangan tertulis, Kamis (24/6/2021), mengatakan, selain mantan presiden, KH Abdurrahman Wahid (1940-2009) juga merupakan bapak pluralisme Indonesia yang dikenal dunia. Di samping itu, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.
”Kami sudah komunikasi dengan keluarga Gus Dur. Semoga dengan kebesaran nama tokoh Gus Dur, Blora juga semakin besar dan dikenal dunia. Untuk diketahui, cabang Nahdlatul Ulama pertama di Indonesia juga di Blora, dipimpin Mbah Maksum Kidangan Jepon. Almarhum Gus Dur juga sempat ke sini sebelum menjadi presiden,” ujarnya.
Ganjar Pranowo, yang pada Kamis meninjau penanganan Covid-19 di Blora, juga membicarakan hal tersebut. Ganjar pun langsung menyetujui usulan penamaan Abdurrahman Wahid untuk bandara yang terletak di Desa Ngloram, Cepu, itu.
Kami sudah komunikasi dengan keluarga Gus Dur. (Arief Rohman)
Menurut Arief, Ganjar juga menyarankan untuk membangun patung Gus Dur di depan bandara. ”Akan segera kami koordinasikan dengan satuan kerja bandara. Mohon doanya, semoga Agustus (2021) bisa selesai semua. Kami berharap nanti dapat diresmikan langsung Pak Presiden, Pak Menteri, dan Pak Gubernur,” lanjutnya.
Bandara Ngloram, yang tidak aktif selama 34 tahun, sebelumnya dikhususkan mendukung industri minyak dan gas di Cepu dan sekitarnya. Pada 2018, aset milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral itu dialihkan ke Kementerian Perhubungan untuk dijadikan bandara umum. Landas pacu bandara tersebut kini 1.500 meter dengan lebar 30 meter.
Sebelumnya, beberapa kali telah dilakukan penerbangan uji coba menuju Bandara Ngloram. Pada 11 Januari 2020 dan 25 Desember 2020, pesawat King Air 200 GT mendarat di Ngloram. Sementara pada 30 Desember 2020, untuk pertama kalinya pesawat ATR 72 mendarat di Ngloram, yakni ATR 72-600, yang dioperasikan NAM Air dari Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, ke Ngloram, kemudian kembali ke Bandara Ahmad Yani.
Ganjar mengemukakan, kemajuan pembangunan terminal sudah mencapai 85 persen. ”Pembebasan tanah dari pemprov sudah beres, tinggal persiapan. Jadi kami bebaskan lalu dihibahkan. Pak Bupati juga sudah menghubungi Citilink dan Wings (Air). Akan disiapkan agar bisa segera uji coba seperti (bandara) di Purbalingga,” ujarnya.
Adapun rencana rute penerbangan pergi-pulang adalah Jakarta (Halim Perdanakusuma)-Cepu, Semarang-Cepu, dan Surabaya-Cepu. Bandara Ngloram bakal bisa didarati pesawat ATR 72-600 atau jet privat jenis Hawker.
Selain itu, Pemkab Blora juga telah mengambil inisiatif kerja sama dengan beberapa kabupaten di sekitarnya, yakni Kabupaten Bojonegoro, Tuban (Jawa Timur), dan Rembang (Jateng). Nanti akan dibicarakan bagaimana skema pembiayaan hingga penyiapan terkait operasional.
Bandara Ngloram juga diharapkan mendongkrak perekonomian di Blora. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jateng, tingkat kemiskinan di Blora sebenarnya sempat menurun dari 11,90 persen pada 2018 menjadi 11,32 persen pada 2019. Namun, pada 2020 angkanya kembali meningkat menjadi 11,96 persen.
Sebelumnya, berdasarkan data Satuan Pelayanan Bandar Udara Ngloram-Blora, terminal penumpang bisa menampung 280 penumpang sewaktu sibuk. Terminal penumpang tersebut memiliki luas 2.800 meter persegi.
Berdasarkan keterangan Dinas Perhubungan Jateng, menurut rencana juga akan disiapkan transportasi intermoda dengan kereta api. Bandara Ngloram hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer dengan Stasiun Kapuan, yang merupakan bagian dari jalur KA Jakarta-Semarang-Surabaya.