Lebih dari 16.000 Rumah Tangga di Jawa Timur Belum Teraliri Listrik
Lebih dari 16.000 rumah tangga di 13 desa di Jatim belum teraliri listrik. Salah satu penyebabnya karena lokasinya terpencil di kepulauan. PLN Jatim terus berupaya membuka akses kelistrikan meski banyak kendala.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lebih dari 16.000 rumah tangga di 13 desa di Jatim belum teraliri listrik. Salah satu penyebabnya karena lokasinya terpencil di kepulauan. Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi Jatim terus berupaya membuka akses kelistrikan dan menargetkan seluruh wilayahnya teraliri listrik pada 2023.
Rasio elektrifikasi atau perbandingan jumlah pelanggan rumah tangga yang telah terlistriki dengan total jumlah rumah tangga di Jatim, hingga Mei ini, mencapai 103.53 persen. Angka itu melampaui target capaian hingga akhir tahun sebesar 100 persen.
Namun, tingginya rasio elektrifikasi itu tidak menandai, pekerjaan membuka akses kelistrikan bagi seluruh masyarakat, telah selesai. Realitasnya, dari 38 kabupaten dan kota di Jatim, terdapat 13 daerah yang rasio elektrifikasinya belum mencapai angka 100 persen. Contohnya Kabupaten Sumenep di Pulau Madura yang rasio elektrifikasinya masih 71,68 persen.
”Setidaknya terdapat 13 desa dengan jumlah potensi pelanggan 16.160 rumah tangga di daerah tersebut yang belum teraliri listrik. Meski demikian, PLN sedang menyelesaikan proses survei, pembangunan pembangkit dan pemasangan tiang jaringan secara bertahap” ujar Manajer Unit Pelaksana Proyek Kelistrikan (UP2K) Jawa Timur Imam Asrori, Selasa (22/6/2021).
Sebanyak 13 desa yang belum teraliri listrik itu meliputi Desa Masalima, Sukajeruk, Karamian, Sepanjang, Tanjung Keok, Saur Saibus, Saseel, Sadulang, Pagerungan Besar, Lombang, Jate, Banbaru, dan Banmeleng.
Setidaknya terdapat 13 desa dengan jumlah potensi pelanggan 16.160 rumah tangga di daerah tersebut yang belum teraliri listrik. (Imam Asrori)
Seluruhnya tersebar di kepulauan, seperti Pulau Masalembu, Karamian, Sepanjang, Saur, Saseel, Sadulang besar, Pegerungan Besar, dan Gili Raja yang menjadi bagian dari wilayah kerja Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kangean dan Sumenep, UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Pamekasan.
Asrori mengatakan, pihaknya menargetkan pembangunan pembangkit dan pemasangan jaringan listrik bisa diselesaikan pada 2022-2023. Dengan rampungnya pekerjaan pemasangan jaringan, listrik bisa segera dialirkan ke 13 desa dengan potensi pelanggan 16.160 rumah tangga tersebut.
Kendala
Dia menambahkan, upaya melistriki pulau-pulau kecil di Madura ini bukan pekerjaan mudah. Berbagai kendala kerap dijumpai dalam perjalanan membuka akses kelistrikan. Contohnya, perizinan kawasan untuk pembangunan pembangkit dan pemasangan jaringan listrik.
Kendala lain, kondisi geografis yang sulit dijangkau, sarana transportasi yang terbatas, dan sarana atau fasilitas perhubungan yang kurang memadai. Contohnya, dermaga yang kecil sehingga tidak dapat disinggahi kapal besar pengangkut material.
Selain itu, cuaca ekstrem yang kerap melanda kepulauan, seperti gelombang tinggi juga menghambat mobilitas petugas dalam melakukan survei, membawa material ataupun melaksanakan pekerjaan pembangunan. Beragam kendala itu semakin bertambah berat dalam kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung teratasi.
”Meski demikian, berbagai kendala itu tidak menyurutkan semangat petugas untuk menyalurkan tenaga listrik bagi masyarakat agar mereka dapat meningkatkan taraf kehidupannya, seperti pendidikan, hingga aktivitas ekonomi,” kata Manajer ULP Kangean Muhammad Daan Agung Lazuardi.
Pembangunan ketenagalistrikan
Masih dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, PLN Unit Induk Distribusi Jatim dan Politeknik Negeri Malang telah menandatangi nota kesepahaman tentang kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di Kantor PLN UP3 Malang, Jumat (18/6/2021).
Penandatanganan dilakukan General Manager PLN UID Jatim Adi Priyanto dan Pembantu Direktur IV Politeknik Negeri Malang (Polinema) Lucis Rubianto, serta Staf Ahli Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Politeknik Negeri Malang Abdullah Helmy.
Adi Priyanto mengatakan, nota kesepahaman ini bertujuan meningkatkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk menunjang proses pembangunan nasional yang berkelanjutan, khususnya dalam bidang ketenagalistrikan.
”Polinema sebagai satu-satunya vokasi di Malang diharapkan mampu mendukung program peningkatan penggunaan pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT) di Jatim seperti membuat roadmap untuk memasifkan penggunaan kendaraan listrik,” ucap Adi.
Adapun ruang lingkup kerja sama meliputi kegiatan berbagi pengetahuan dalam bidang ketenagalistrikan, konsultasi kajian teknik atau saksi ahli dalam bidang ketenagalistrikan. Selain itu, kerja sama dalam bidang narasumber untuk kegiatan sosialisasi kesehatan dan keselamatan kerja atau keselamatan ketenagalistrikan, studi dan atau pengujian tentang peralatan primer, konstruksi sipil, serta manajemen konstruksi.