Kluster Covid-19 di Toko Swalayan Kembali Terjadi di Kepulauan Sangihe
Toko swalayan terbesar di Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, ditutup karena puluhan pegawainya terkena Covid-19. Penularan di swalayan bukan hal baru di Tahuna.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Toko swalayan terbesar di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, ditutup setelah 40 pegawainya terpapar Covid-19. Jumlah tersebut masih bisa bertambah karena pemeriksaan masih berlangsung. Sebelumnya, kluster penularan Covid-19 di toko swalayan juga pernah terjadi di Kepulauan Sangihe.
Toko Swalayan yang jadi kluster penyebaran Covid-19 tersebut, yakni Megaria Supermarket di Desa Sawang Bendar, Tahuna. Dihubungi dari Manado, Selasa (22/6/2021), General Manager Megaria Supermarket Tahuna, Ambo Upe Rifin, mengatakan total ada 40 karyawan yang terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan hasil uji reaksi rantai polimerase (PCR) di laboratorium di Manado.
Sebanyak 39 karyawan baru dinyatakan positif pada Senin (21/6) malam. ”Tadinya terindikasi dari satu karyawan. Hari Sabtu (12/6), dia sakit dan besoknya demam. Dia periksa ke rumah sakit, Senin (14/6). Ternyata tes antigennya positif, dan memang positif setelah tes PCR,” kata Ambo.
Manajemen Megaria pun menindaklanjutinya dengan tes PCR bagi 163 karyawan lainnya pada Sabtu (19/6). Hingga kini, 39 sampel positif belum final karena pemeriksaan belum selesai. Angka infeksi pun masih dapat bertambah.
Untuk sementara, Toko Swalayan Megaria ditutup hingga ke-163 sampel lendir seluruh karyawannya tuntas diperiksa. Ambo mengatakan, karyawannya sedang isolasi mandiri di tempat tinggal masing-masing, termasuk yang belum diketahui terjangkit Covid-19 atau tidak. ”Nantinya kami akan membimbing karyawan soal protokol kesehatan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Sangihe Jopy Thungari mengatakan, sampel lendir karyawan Megaria dikirim ke Manado pada Minggu (20/6) malam. Setelah tiba keesokan paginya, sampel itu langsung dibawa ke laboratorium. ”Kami berikan kepada Dinas Kesehatan Sulut, dan mereka yang memilihkan laboratoriumnya,” kata Jopy.
Hasil 39 sampe positif itu didapat hanya dari setengah jumlah sampel yang dikirim. Ia memperkirakan, seluruh sampel akan selesai diperiksa pada Selasa (22/6) sore atau malam. Jumlah akhir yang terpapar nantinya akan menjadi faktor pertimbangan toko swalayan penentu kapan Megaria bisa buka. ”Yang penting bisa terseleksi, siapa (karyawan) yang bisa masuk kerja dan tidak,” ujar Jopy.
Menurut Jopy, karyawan pertama yang terinfeksi di swalayan itu tidak punya riwayat perjalanan ke luar daerah. Ia menduga, infeksi terjadi secara lokal sebelum menyebar ke rekan kerjanya. Pola ini diakui cukup lazim di Kepulauan Sangihe.
Megaria juga bukan toko swalayan pertama yang menjadi pusat kluster Covid-19. Pada 2020, Supermarket Paragon, yang terletak di Sawang Bendar, sempat mengalami hal serupa. Begitu pula beberapa supermarket lain. Namun, Megaria ia sebut sebagai kluster terbesar karena statusnya sebagai swalayan terbesar di Tahuna, bahkan Kepulauan Sangihe.
Hingga Senin sore, data Satuan Tugas Covid-19 Sulut menunjukkan, Kepulauan Sangihe telah mengakumulasi 316 kasus terkonfirmasi. Hanya dua yang tercatat sedang dirawat. Angka ini belum mencakup kluster Megaria. Pada Senin malam, Satgas Covid-19 Sulut hanya melaporkan temuan 16 kasus baru di 15 kabupaten/kota.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sulut Mery Pasorong mengatakan, hal itu disebabkan 39 kasus baru di Megaria baru diumumkan laboratorium pada malam hari, sedangkan data nasional diperbarui setiap 14.00 WIB setiap hari. ”Satgas provinsi baru bisa mengumumkan setelah mendapat nomor Inacovid Nasional,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel menyebut langkah isolasi mandiri bagi kasus-kasus positif yang telah ditemukan adalah tindakan yang tepat. Karantina perlu segera dilakukan untuk memisahkan yang sakit dengan yang tidak sakit serta untuk pemeriksaan lanjut.