Tenaga Kesehatan di Daerah Kewalahan dan Kelelahan
Ditambah sebanyak apa pun, ruang perawatan bagi pasien Covid-19 akan terus kekurangan jika penularan masih terus tinggi. Pengendalian penularan dan lonjakan kasus kian krusial.
BANDUNG, KOMPAS — Sejumlah daerah berjibaku menambah kapasitas ruang perawatan dan isolasi guna mengatasi kondisi rumah sakit bagi pasien Covid-19 yang kian penuh. Namun, penambahan itu menjadi kurang berarti saat lonjakan kasus kian tidak terkendali. Apalagi, tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas kini kewalahan dan kelelahan.
Upaya menambah kapasitas perawatan dan isolasi dilakukan Pemerintah Provinsi Bandung dengan mengonversi sekitar 2.400 tempat tidur di rumah sakit untuk menampung pasien Covid-19. Hingga Minggu (20/6/2021) malam, rata-rata keterisian tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 di Jabar mencapai 81,96 persen.
Keterisiannya melonjak tajam ketimbang sebulan lalu yang masih 30 persen. Bahkan, keterisian rumah sakit di tiga kabupaten di atas 90 persen, yaitu Purwakarta, Majalengka, dan Bandung Barat. Adapun enam daerah lainnya memiliki keterisian di atas 85 persen.
”Sesuai prosedur kedaruratan Covid-19, kami menambah (rasio) dari rata-rata 20 persen jadi 30 persen. Bahasa singkatnya, sedang dipersiapkan 2.400 tempat tidur,” kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Menurut Kamil, jatah tempat tidur untuk pasien Covid-19 memang mendekati 100 persen. Namun, kondisi itu bukan total dari jumlah tempat tidur di rumah sakit.
Ia mencontohkan, jika dalam suatu rumah sakit ada 500 tempat tidur, 20 persennya atau 100 tempat tidur untuk pasien Covid-19. Saat pasien Covid-19 terus melonjak dan kapasitas untuk pasien Covid-19 hampir penuh, rasio tempat tidur akan dinaikkan menjadi 30-40 persen. Skema penggunaan rumah sakit darurat juga disiapkan untuk menghadapi lonjakan tersebut.
Sesuai prosedur kedaruratan Covid-19, kami menambah (rasio) dari rata-rata 20 persen jadi 30 persen. Bahasa singkatnya, sedang dipersiapkan 2.400 tempat tidur. (Ridwan Kamil)
Penambahan fasilitas bagi pasien Covid-19 memerlukan tambahan tenaga kesehatan. Oleh sebab itu, Pemprov Jabar telah bekerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mengisi kebutuhan tersebut.
”Kami sempat memberhentikan 500 sukarelawan tenaga kesehatan karena saat Idul Fitri (13 Mei) keterisian rumah sakit se-Jabar hanya 29 persen. Sekarang kami panggil lagi karena kondisinya seperti ini (keterisian rumah sakit tinggi),” katanya.
Kasus Covid-19 di Jabar terus meningkat pascalibur Lebaran. Hingga Minggu pukul 19.00, jumlahnya mencapai 342.559 kasus. Sejumlah 27.782 orang masih dirawat atau diisolasi, 310.230 orang sembuh, dan 4.547 orang meninggal.
Baca juga: Kapasitas Rumah Sakit Hampir Penuh
Penambahan kapasitas
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan tambahan sekitar 9.461 tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19. Selain dari penambahan kapasitas di rumah sakit, ruang isolasi juga disiapkan di sejumlah graha wisata, rumah susun, dan gelanggang olahraga.
Ranty Riani, Kepala Subbagian Tata Usaha Unit Pengelola Anjungan dan Graha Wisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta menjelaskan, untuk pasien tanpa gejala yang dirawat di Graha Wisata Ragunan mencapai 140 orang. Adapun di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebanyak 65 orang dirawat.
Pemerintah Daerah (Pemda) DI Yogyakarta juga menambah kapasitas tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan, saat ini tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19, baik dari ruang isolasi maupun ruang rawat intensif, telah ditambah menjadi 1.224 unit. Semula, tempat tidur yang dialokasikan dari sejumlah rumah sakit rujukan hanya sebanyak 941 unit.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan tambahan sekitar 9.461 tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19. Selain dari penambahan kapasitas di rumah sakit, ruang isolasi juga disiapkan di sejumlah graha wisata, rumah susun, dan gelanggang olahraga.
Kondisi Covid-19 di DIY cukup mengkhawatirkan. Penambahan kasus selalu melampaui 500 kasus per hari dalam tiga hari terakhir. Lebih-lebih, angka keterisian tempat tidur isolasi dan ruang rawat intensif sempat mencapai 73,3 persen. Dengan adanya penambahan tersebut, angka keterisian turun menjadi sekitar 65 persen, per Sabtu (19/6/2021) petang.
Penambahan kapasitas tempat tidur juga disertai penambahan jumlah tenaga kesehatan. Mereka berasal dari setiap rumah sakit rujukan Covid-19, yang sebelumnya melayani pasien reguler. Dalam kondisi darurat, para tenaga kesehatan itu dialihkan untuk ikut merawat pasien Covid-19.
Baca juga: Tanda Bahaya dari Rumah Sakit yang Kian Kritis
Tidak cukup
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie mengungkapkan, penambahan tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 memang penting. Namun, langkah itu saja tidak cukup. Ditambah sebanyak apa pun, jika penularan masih terus tinggi, pasti nanti akan dilakukan penambahan tempat tidur kembali.
Selain itu, menurut dia, fasilitas layanan kesehatan juga bisa kolaps jika kondisi ini terus dibiarkan. Bahkan, ia memperoleh laporan bahwa sejumlah tenaga kesehatan yang selama ini merawat pasien Covid-19 sudah terpapar Covid-19. Tingginya angka penambahan kasus membuat tenaga kesehatan mulai kewalahan dan kelelahan.
”Kami kewalahan. Kami semua lelah. Kami semua capek. Tenaga kesehatan kami pertahanannya turun. Sekarang sudah mulai beberapa puskesmas dan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) swasta tenaga kesehatannya mulai terpapar,” kata Pembajun.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DIY, terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 665 kasus, Minggu sore. Secara kumulatif, total kasus positif berjumlah 52.641 kasus. Jumlah kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Bantul dengan jumlah 249 kasus. Disusul setelahnya, di Kabupaten Sleman, yang berjumlah 234 kasus.
Kami kewalahan. Kami semua lelah. Kami semua capek. Tenaga kesehatan kami pertahanannya turun. Sekarang sudah mulai beberapa puskesmas dan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) swasta tenaga kesehatannya mulai terpapar. (Pembajun Setyaningastutie)
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji menyampaikan, melihat angka penambahan kasus harian yang masih tinggi, diharapkan masyarakat terus menerapkan protokol kesehatan. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di tingkat desa dan kelurahan harus lebih diperketat lagi. Kesadaran menerapkan protokol kesehatan ketat pun hendaknya tumbuh dari diri setiap orang.
Namun, Kadarmanta mengakui, PPKM mikro yang diterapkan selama ini masih kurang optimal. Buktinya, angka penularan kasus harian masih tinggi. Ia pun mendorong jajaran pemerintah di tingkat kabupaten hingga desa/kelurahan agar semakin konsisten menerapkan kebijakan tersebut.
Kendari tak terkendali
Dari Sulawesi Tenggara, dilaporkan, sebaran kasus positif Covid-19 di Kendari terus meluas dan mulai tidak terkendali. Dalam tiga pekan terkonfirmasi 100 kasus, atau meningkat sembilan kali lipat.
”Dalam tiga pekan terakhir terjadi lonjakan kasus baru Covid-19, mencapai 100 kasus. Secara kluster, kita tidak tahu lagi karena sudah sulit dideteksi. Padahal, sebelumnya kasus di Kendari hanya bertambah sedikit setiap hari,” kata juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Kendari Algazali.
Lonjakan kasus yang terjadi, kata Algazali, salah satunya disebabkan oleh masyarakat yang tidak patuh lagi terhadap protokol kesehatan. Di tempat-tempat umum, baik itu pasar maupun tempat ibadah, warga yang memakai masker bisa dihitung dengan jari. Menjaga jarak atau mencuci tangan tidak lagi menjadi rutinitas.
Oleh sebab itu, kata Algazali, pemerintah akan terus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat agar kepatuhan terhadap protokol kesehatan kembali meningkat. Operasi yustisi juga digalakkan di tempat-tempat yang ramai masyarakat.
Total kasus positif Covid-19 di Kendari mencapai 4.684 kasus. Sebanyak 59 orang meninggal dunia dan 4.625 orang dinyatakan sembuh. Sejumlah daerah di Kendari kembali masuk dalam kategori zona merah, khususnya di Kecamatan Kadia dan Puuwatu.
Baca juga: Saatnya Menarik Rem Darurat
La ode M Sety, epidemiolog Universitas Halu Oleo, menilai, lonjakan kasus yang terjadi saat ini diakibatkan pemerintah dan masyarakat yang terlena dengan kondisi sebelumnya. Setelah hampir tidak ada kasus, kepatuhan masyarakat, dan kinerja pemerintah berkurang dalam penegakan protokol.
Akibatnya, seiring meningkatnya aktivitas warga di ruang publik, jumlah kasus kembali melonjak drastis. Pelaku perjalanan, baik antarwilayah maupun lintas provinsi, terus terjadi tanpa ada penapisan ketat di pintu masuk daerah.
Di Surabaya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melantik Aditya Halindra Faridzky dan Riyadi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tuban periode 2021-2024. Khofifah meminta Aditya-Riyadi mengendalikan penularan Covid-19 di Tuban. Pelantikan di Gedung Grahadi Surabaya itu tanpa dihadiri Riyadi yang tengah menjalani isolasi mandiri setelah terkonfirmasi positif Covid-19.(TAM/HLN/NCA/JAL/NIK)